Suami Misterius - Bab 1026 Ingat Dengan Bentuk Wajah Ayah

“Papa, Papa!”

Setelah bertemu dengan Ahmed, Yaya terkesan sangat senang dan bersemangat.

Dia mengulurkan tangan dan ingin meminta pelukan Ahmed.

Akan tetapi, di antara mereka telah dibatasi oleh kaca jendela yang tebal, mereka bahkan tidak dapat bersentuhan.

Yaya terus memukul kaca jendela dengan membawa emosional.

Ahmed masih tergolong tenang, hanya saja matanya telah kemerahan.

Meskipun dia sedang mengenakan seragam penjara, namun rambutnya telah digunting dan dirapikan, kumisnya juga baru saja dicukur, seluruh orangnya terkesan segar dan bersih.

Ahmed mengetahui bahwa hari ini adalah hari terakhirnya dia bertemu dengan anak perempuannya, sehingga sengaja membereskan penampilan.

Di dalam kaca tebal yang membatasi mereka, Ahmed mengangkat tangan untuk mengelus wajah kecil anaknya.

“Papa, Papa, aku kangen padamu, kamu kapan mau pulang ke rumah?”

Yaya bertanya dengan nada nyaring.

“Yaya, Papa juga kangen padamu.”

Ahmed berkata dengan nada serak, “Papa, Papa sangat sibuk, makanya tidak bisa pulang ke rumah.

Yaya harus menjadi anak yang baik, harus mendengarkan kata-kata Mama, tahu kan.”

“Yaya akan baik-baik, Papa boleh cepat pulang ke rumah?”

Yaya mencibir bibir kecilnya, lalu berkata dengan nada kasihan.

Ahmed tersenyum padanya, namun tidak menjawab apapun.

Dia tidak akan berjanji dengan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya.

“Aku sudah selesai membuat VISA, aku dan Yaya, ke depannya akan tinggal di Prancis.

Di sana ada sedikit aset, aku sudah selesai mengurus rumah dan sekolahnya.

Ruang lingkup di dalam negeri terlalu sempit, aku tidak ingin Yaya dikritik oleh orang lain.”

Talia berkata pada Ahmed.

Ahmed mengangguk setelah selesai mendengarnya.

Dia sendiri juga mengerti, apabila memiliki seorang ayah pelaku pembunuhan seperti dirinya, Yaya tidak akan bisa menjadi orang biasanya apabila terus menetap di dalam negeri.

“Iya, pertimbanganmu sudah cukup perhatian. Yaya memiliki ibu sepertimu, aku juga sangat tenang.”

Ahmed tersenyum, lalu mengingatkannya lagi, “Kalau bertemu dengan pria yang cocok…” “Sudahlah, kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi.”

Talia memutuskan pembicaraannya, “Aku dan Yaya, pasti bisa hidup dengan baik.

Aku juga malas melayani orang lain lagi.

Kalian lelaki mana ada yang baik.”

Ahmed mengerut bibir dan tidak menjawabnya, setelah keheningan beberapa saat, Ahmed baru berkata dengan suara serak, “Talia, terima kasih.

Dan juga, maaf.”

Mata Talia juga mulai kemerahan, meskipun mereka tidak pernah mengalami proses cinta mati, namun bagaimanapun juga pernah menjadi suami istri, dan memiliki seorang anak perempuan bersama.

Pada saat Yaya dilahirkan dan ketika mereka baru menjadi orang tua, mereka juga pernah melalui kehidupan yang senang dan bahagia.

“Ahmed, mendapat hasil seperti saat ini, kamu merasa pantas?”

Talia tidak bisa bertahan untuk bertanya.

Pada kenyataannya, dia sangat tidak menyetujui tingkah laku Ahmed.

Demi keegoisan diri sendiri, Ahmed bahkan mencelakai sebuah nyawa yang tidak bersalah, jangan-jangan di dalam pandangannya, nyawa manusia sama sekali tidak berharga ya?

Namun pada detik ini, Talia sudah tidak sanggup melontarkan kata-kata yang menyalahkan dirinya lagi, dikarenakan Ahmed sudah akan mendapatkan hukumannya.

Sejak dahulu kala, utang uang dibayar dengan uang, utang nyawa dibayar dengan nyawa, semuanya telah sesuai dengan hukum alam.

Ahmed tersenyum pahit, “Aku orangnya seperti apa, kamu masih belum mengerti ya.

Kalau tidak mencapai tujuannya, aku tidak akan bisa puas.

Sekarang juga lumayan bagus, kalah harus terima kekalahan, aku tidak ada penyesalan apapun lagi.”

“Baguslah kalau kamu tidak menyesal.”

Talia mengeluh lagi, sejak mengetahui bahwa Ahmed melarikan diri dari penjara, Talia sudah menebak bahwa dirinya akan mendapatkan hasil seperti saat ini.

“Tidak perlu menyesali apapun lagi, meskipun ingin menyesal, sekarang juga sudah terlambat.”

Ahmed menatap Talia dan Yaya dengan tatapan datar, lalu lanjut berkata :”Sebelum meninggal dunia, orang biasanya akan berkata kepada saudaranya bahwa 'aku akan berada di surga dan terus menemani kalian'.

Tetapi orang seperti diriku, mungkin saja hanya bisa masuk ke neraka.

Makanya, kalian ke depannya harus hidup baik-baik, jangan merindukan aku lagi.”

Talia mengerut bibir dan tidak berkata apapun.

Yaya menatap Ahmed dengan tatapan kebingungan, mulutnya terus menjerit :”Papa.”

Ahmed menatap Yaya dengan tatapan dalam, air matanya akhirnya mengalir dari sudut matanya, “Yaya, benaran ingin memelukmu, ingin melihat apakah kamu sudah bertambah tinggi lagi, atau sudah bertambah berat lagi.”

“Papa, Yaya sudah bertambah tinggi, juga bertambah cantik.”

Yaya berkata dengan nada manja.

Ahmed tersenyum mengangguk dengan mata yang bergenang air, “Kalau Yaya kita sudah bertumbuh dewasa, pasti akan menjadi tuan puteri yang paling cantik.`”

Ahmed menempelkan wajah sendiri pada kaca jendela.

“Yaya, ingat bentuk wajah Papa, boleh?”

“Baik.”

Yaya mengangguk dengan erat,

“Yaya, maaf, Papa tidak bisa menemani kamu hingga dewasa.

Kamu harus bertumbuh dengan baik dan sehat, dengar kata ibumu, ke depannya harus menjadi orang yang baik.”

Pada saat selesai berbicara, Ahmed sudah menangis mati-matian.

Pada akhirnya, dia menatap istri dan anaknya dengan tatapan dalam, lalu berbalik badan dengan cepat dan langsung meninggalkan tempat.

Setelah melihat kepergian ayahnya, mungkin dikarenakan adanya hubungan batin antara ayah dan anak, sehingga meskipun Yaya masih tidak terlalu jelas dengan konsep kematian, namun dia seolah-olahnya juga merasakan bahwa mungkin dirinya tidak bisa bertemu dengan ayahnya lagi.

Oleh sebab itu Yaya terus saja ribut dan menangis, lalu menjerit dengan nada tragis :”Papa, Papa!”

Talia memeluk anaknya dengan erat, namun juga telah menangis tragis.

……. Setelah keluar dari rumah sakit, Clara baru mengetahui bahwa Ahmed telah meninggal dunia.

Dia tidak berkata apapun, hanya saja sedikit mengeluh dengan takdir,

Orang zaman sekarang sering mengatakan kalau manusia akan mati demi uang.

Namun apakah memang pantas kalau merelakan nyawa hanya demi barang duniawi ini? Seandainya Ahmed tidak melakukan kejahatan demi mendapatkan uang dan kekuasaan, maka dirinya juga tidak akan mendapatkan hasil akhir seperti ini.

Sebenarnya Ahmed juga dapat memiliki sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia, dapat menemani pertumbuhan anaknya, dapat melihat anak kecil di dalam pelukannya bertumbuh menjadi gadis yang cantik, melihat dirinya menikah dan menjadi ibu.

Dalam seumur hidup manusia, saudara adalah yang terpenting, selanjutnya adalah kesehatan dan keselamatan.

Rudy berkata padanya :”Bagaimanapun Ahmed tetap saja orang keluarga Sunarya, dia baru saja meninggal dunia, tidak enak juga kalau kita mengadakan acara meriah, kalau begitu kesannya kita terlalu kejam dan tidak berperikemanusiaan.”

Clara mengangguk, dia tidak berkomentar apapun.

Clara hanya sekedar bertanya, “Ahmed sudah meninggal dunia, jadi keluarganya….” “Talia membawa anaknya keluar negeri.

Dia sangat pintar, kalau keluar negeri, mereka berdua dapat memulai hidup barunya di negara yang asing.

Kalau terus menetap di dalam negeri, takutnya akan dikritik orang.

Apalagi bagi Yaya, dia memiliki seorang ayah yang menjadi pelaku pembunuhan, teman-teman di sekelilingnya akan menilai dirinya dengan membawa prasangka buruk, tidak baik juga bagi pertumbuhannya.

Ahmed termasuk pilar rumah paman kedua, setelah dia meninggal dunia, rumah paman kedua sudah runtuh separuh.

Pernikahan Altria yang baru ditetapkan juga dibatalkan oleh pihak pria.

Paman kedua masuk rumah sakit karena pendarahan otak, bagian bawah tubuhnya terjadi kelumpuhan setelah melakukan operasi.

Bibi kedua sudah selesai mengurus masalah pemakaman Ahmed, saat ini dia bersama Altria sedang merawat paman kedua di rumah sakit.”

Clara selesai mendengarnya, keadaan menjadi hening sejenak.

Rudy mengulur tangan untuk memeluk pundaknya, “Tidak ada yang patut di prihatin, semua ini hanya hukum karma.

Apabila paman kedua dan istrinya ada salah seorang saja yang lebih pengertian, mereka juga tidak akan mendapat hasil seperti ini.

Keadaan mereka pada saat ini, malahan sangat berguna dalam memberikan peringatan kepada saudara keluarga Sunarya lainnya, sehingga mereka cenderung diam dalam beberapa waktu ini.

“Kita ke depannya, apakah sudah boleh berhidup tenang?”

Clara mengangkat dagu, lalu menatapnya dan bertanya.

“Iya.”

Rudy mengangguk, “Ada aku, tidak akan menyusahkan kalian.”

Pada saat suami istri ini sedang mengobrol, tiba-tiba terdengar suara tangisan anak kecil yang berasal dari kamar sebelah.

Suara nona kecil sangat nyaring, setiap kalinya menangis, suaranya akan bergema di seluruh rumah.

“Rudy, anakmu sudah bangun. Cepat membujuk anak.”

Clara mengulur tangan untuk mendorong Rudy.

Anak perempuan adalah kekasih ayah pada kehidupan sebelumnya, pernyataan ini memang ada benarnya.

Hubungan Rudy dan anaknya cenderung sangat baik.

Setiap kalinya apabila nona kecil ini menangis histeris dan tidak mempan dibujuk oleh siapapun, maka otomatis akan langsung terdiam apabila dipeluk oleh ayahnya.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu