Suami Misterius - Bab 2 Tidur Dengan Orang Yang Salah

Seorang laki-laki yang asing, Clara yakin dirinya sama sekali tidak mengenal laki-laki itu.

"Kamu salah masuk kamar?"

Aura laki-laki itu dingin, menatap Clara, membuat orang bisa merasakan kalau dia seorang yang memiliki kekuasaan. "Rudy Sutedja, ayah dari anak itu."

Perkenalan dirinya singkat dan to the point, jelas-jelas nada suaranya dingin, tapi bagi Clara perkataannya itu seperti kilat yang menyambar membuat kepalanya pusing.

Clara yang dari awal sudah pucat sekarang menjadi lebih pucat lagi, dia berusaha bangkit dan duduk di atas kasur, mengambil bantal dan melempar ke arah laki-laki itu.

"Pemerkosa, masih berani muncul, tidak takut aku lapor polisi!" Clara berteriak dengan marah.

Seiring dengan teriakan histerisnya, Rudy dengan santainya mengulurkan tangan menutupi wajahnya agar tidak terkena bantal yang dilempar, kemudian, melangkahkan kaki berjalan ke samping kasur.

Di samping kasur, bayi yang tidur dengan pulas, wajahnya merah.

Clara tidak tahu apa yang sedang laki-laki itu pikirkan, dengan cepat memeluk bayi itu dalam dekapannya.

"Kenapa belum lapor polisi?" Pandangan Rudy beralih dari bayi itu, melihat kembali ke arah Clara. Sepasang mata yang dalam.

Clara menggigit bibirnya keras-keras, tubuhnya bergetar, marah sampai tidak bisa berkata-kata.

Clara tidak mungkin lapor polisi, karena, dia tidak memiliki bukti Rudy memperkosa dia.

Malam itu, dia sendiri yang salah masuk ke kamar Rudy, Clara menganggap Rudy orang lain, sama sekali tidak ada perlawanan.

"Sebenarnya apa yang kamu mau?" Clara bertanya.

"Kamu punya dua pilihan, menikah denganku, atau, berikan anak itu kepadaku." Nada bicara yang biasa, seperti dia sudah biasa memberi perintah.

Clara tidak sabar ingin merobek wajah tampannya itu. Seorang pemerkosa masih berani berkata seperti ini. "Mimpi kamu……"

"Tidak perlu buru-buru menjawab, kalau sudah mempertimbangkan matang-matang telepon aku." Rudy memotong ucapannya, meletakkan selembar kartu nama di meja samping tempat tidur.

Pintu kamar dibuka dan ditutup kembali, laki-laki itu meninggalkan kamar tanpa suara.

Bayi di dalam dekapannya masih tertidur dengan sangat pulas, seperti meskipun langit runtuh juga tidak ada hubungan dengannya.

Clara memejamkan mata dengan tidak berdaya, merasa sedih, air mata kembali membasahi wajahnya.

Kejadian setahun yang lalu, muncul kembali dalam benaknya.

Saat dia berulang tahun yang ke 18, dia bersepakat dengan tunangannya, Marco, untuk saling memberikan pertama kalinya.

Kakak perempuannya, Elaine, kakak dari ayah yang sama ibu yang berbeda, setelah membuat dia mabuk, menggantikan dia tidur dengan Marco.

Sedangkan dia yang berada di kamar yang lain, ditiduri laki-laki asing.

Clara terus mengira, yang bersama dengan dia malam itu adalah Marco. Sampai pada keesokan harinya dia terbangun, dia yang telanjang terbaring di dalam selimut, tidak ada orang lain selain dia.

Clara sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, seperti orang bodoh yang terus menerus meneriakkan nama Marco. Kemudian, ibu tirinya, Rina membawa orang lain masuk ke kamarnya, memeluk dia dan menangis dengan kencang, "Clara, anakku yang malang, kenapa bisa terjadi hal ini. Tante sudah lapor polisi, tidak akan membiarkan pemerkosa kejam itu lepas……"

Dibuat gaduh seperti ini oleh Rina, kejadian dia tidur dengan laki-laki tidak dikenal tersebar kemana-mana.

Ayahnya, Yanto Santoso, tidak tahu jelas bagaimana kejadiannya, dengan penuh amarah menampar dia……

Tok tok suara pintu diketuk, membuyarkan pikiran Clara barusan.

Clara mengira Rudy yang datang lagi, memegang erat sprei, berteriak ke arah pintu, "Kamu masih mau apa lagi!"

"Amarah yang besar sekali!" Diluar pintu, Elaine mengulurkan tangan melepas kacamata hitam yang dia kenakan, terlihat wajahnya yang cantik, senyumnya yang manis.