Suami Misterius - Bab 335 Tetap Bersama Dia Selamanya

Rudy tertawa kecil dan tidak berkomentar tentang itu. Wanita memang sentimental. Sebagai seorang pria, dia cenderung mengatur perasaan dan pernikahannya secara rasional.

Rudy menemani Clara nonton satu film sampai selesai, Waktunya sudah hampir habis.

Mobil berhenti di pintu gerbang hotel. Clara dengan berat hati melihat Rudy masuk ke dalam mobil, sampai mobil menghilang dari pandangannya, Clara baru kembali ke kamarnya dengan perasaan kehilangan.

Melanie kemarin malam menyewa kamar lain untuk istirahat, sampai Rudy pergi, Melanie baru kembali ke kamar Clara.

"Muka kamu ceria sekali, Tadi malam mantap ya, kamu dibikin nyaman sama Tuan Keempat Sutedja." Melanie menggodanya.

Pipi Clara sedikit merah, tapi tidak menanggapi Melanie.

Kemudian mereka pergi ke lokasi syuting.

Mereka berjalan masuk ke lokasi syuting, dan para anggota kru dan aktor dari setiap departemen sedang beristirahat, tangan mereka masing-masing ada ice cream Haagen Dazs.

Melanie sama sekali tidak malu-malu. Langsung ambil empat kotak.

Clara hanya ambil sekotak dari tangannya Melanie, membukanya, sambil memakannya dengan suapan kecil, sambil bertanya, "Sutradara sangat bermurah hati, traktir kita makan Haagen Dazs."

Melanie memandang Clara dengan bingung dan berkata, "Apakah kamu tidak tahu? Ini adalah hadiah dari Tuan Keempat Sutedja kamu. Salah seorang asistennya yang bernama Johan mengirimkannya kesini. Ada beberapa peti, banyak sekali, seolah-olah Haagen Dazs ini gratis."

Clara: "…....."

Tidak heran semua orang di kru memandangnya dengan tatapan sedikit aneh. Ini semua ulah pacarnya sendiri, Rudy ingin seluruh pemain dan kru tahu bahwa mereka berdua telah menghabiskan malam yang indah!

Ketika semua anggota kru sudah selesai makan Haagen Dazs, mereka siap

untuk mulai bekerja lagi.

Syuting malam ini sedikit berat, tentang tahun-tahun terakhir selir Qing Wan.

Make-up merias wajah Clara, Dia terlihat lebih tua sepuluh tahun lebih.

Clara menjangkau dan menyentuh wajahnya sendiri, melihat penampilannya di cermin, "Aku akan seperti ini dalam sepuluh tahun lagi?"

Clara mengeluarkan ponselnya, mengambil foto dirinya, dan kemudian mengirimkannya ke Rudy. Clara bertanya, "Apakah kamu akan membenciku 20 tahun kemudian?"

Setelah foto dikirim, Clara langsung menerima balasan.

Tuan Keempat Sutedja hanya menulis dua kata: Tidak akan.

Clara : "……..."

Ya deh, Dalam kamus Tuan Keempat Sutedja tidak ada kata "Membujuk dengan rayu tipu demi kebaikan".

"Ini adalah efek dari make-up. Sekarang ada semua jenis produk perawatan kulit. Selama dirawat dengan baik, tidak akan ada banyak perubahan dalam dua atau tiga puluh tahun lagi." Make-up artis berkata sambil tersenyum.

Clara berpikir dalam hati: Penata rias saja bisa berkata lebih manis daripada Rudy yang begitu kaku.

Setelah selesai make-up, ganti pakaian, Clara membawa Melanie masuk ke lokasi syuting.

Syuting hari ini adalah adegan terakhir dengan Afri. Ini adalah percakapan

terakhir antara kaisar dan sang selir sebelum kematian kaisar.

Afri memerankan kaisar dan sedang berbaring di tempat tidur bercorak Naga, ditutupi dengan selimut berwarna kuning cerah, rambut dan janggut sudah menjadi putih, tampak tua dan kuyu.

Ketika Clara melihat riasan wajah Afri, dan perasaan dalam hatinya langsung merasa lebih stabil dan lebih percaya diri.

Ketika semuanya sudah siap, Sutradara mengambil walkie talkie dan berteriak, "Action."

Saat kamera bergerak maju, Clara yang memerankan Qing Wan duduk di samping tempat tidur bercorak Naga dengan semangkuk obat sup yang berwarna hitam pekat di tangannya.

"Kaisar, saatnya minum obat." Dia berkata dengan lembut, terdengar sedikit parau.

Kaisar mencoba duduk dari ranjang bercorak Naga dengan susah payah, lalu mengulurkan tangan untuk menghalangi mangkuk obat yang Clara berikan.

Kaisar tahu bahwa batas waktunya segera tiba. Tidak ada maknanya lagi minum obat ini.

"Kaisar..." Ada getaran dalam suara jernihnya Qing Wan.

Kaisar hanya bisa tersenyum lemah, mengambil mangkuk obat dan meletakkannya di samping, dan memegang tangannya.

Setelah make-up, tangan Afri terlihat tua dan kering, dan sedikit bergetar.

"Setelah aku meninggalkan dunia ini, kamu harus hidup dengan baik-baik. Aku akan menjaga kamu, putra ke empat sangat berbakti."

Qing Wan menggigit bibirnya, matanya terlihat sangat terharu, dan dia hanya menggelengkan kepalanya perlahan.

Kaisar menepuk punggungnya dan menghiburnya, "Untuk apa kamu menangis? Kamu tahu, aku paling tidak bisa melihat kamu menangis. Setiap kali kamu menangis, aku merasa tak berdaya."

Qing Wan menggelengkan kepalanya, dan memaksakan diri untuk tersenyum, "Aku tidak menangis."

"Aku hanya manusia biasa, bukan dewa. Aku merasa sudah sangat diberkati dan beruntung karena bisa mati dalam usia tua dan penuh ketenangan." Kata kaisar sambil batuk ringan.

Qing Wan segera berdiri dan menepuk punggungnya untuk membantu supaya kaisar lebih nyaman.

Kaisar menenangkan napas dan meminta Qing Wan duduk disisinya. "Aku ingat, kamu memasuki istana pada usia 14 dan melahirkan seorang putra ke empat untukku pada usia 19 tahun. Waktu begitu cepat berlalu, sudah hampir 50 tahun yang lalu.

"Ya, Qing Wan telah bersama kaisar selama hampir lima puluh tahun."

Kaisar memandangnya, matanya sedikit bergetar, "panggil aku Xuan Ye. Kamu sepertinya tidak pernah memanggilku dengan nama asli."

Pada saat ini, kaisar tidak menyebut dirinya dengan "aku".

Qing Wan tertegun. Dia mendengar bahwa hanya ratu yang pernah memanggil nama asli kaisar. Dia tidak memenuhi syarat karena hanya sebagai selir yang rendah saja.

Pada saat ini, mata kaisar yang sudah tua, malah terlihat sangat mengharapkan Qing Wan menurutinya.

Qing Wan menggerakkan bibirnya dan menyapa dengan suara bergetar, "Xuan Ye."

Ketika kaisar mendengar ini, dia tersenyum tipis dan menyandarkan kepalanya ke ranjang, tetapi dia masih memegang tangannya Qing Wan dengan erat. "Aku hanya mencintai dua wanita dalam hidupku, yang pertama adalah Fan kecil, dan yang kedua adalah kamu."

Fan kecil yang dimaksud kaisar adalah nama kecil dari putri yang meninggal.

Qing Wan merasakan panas di matanya dan segera menundukkan kepalanya untuk menghindari air mata mengalir di depan kaisar.

Qing Wan telah menjalani sebagian besar hidupnya dengan kaisar, diam-diam mencintai dan menantikan pria yang berstatus sangat tinggi ini, tetapi dia tidak pernah berani berharap terlalu banyak kaisar akan memperhatikannya, apalagi cintanya sang kaisar.

Namun, di ambang kematiannya, Qing Wan malah mendengar isi hatinya kaisar.

Qing Wan tiba-tiba menyadari bahwa dalam perhatian sang kaisar padanya selama ini, ada mengandung unsur "cinta" didalamnya.

" Qing Wan, apakah kamu pernah mencintaiku?" Kaisar memandangi matanya dan bertanya dengan suara lemah.

Mereka saling memandang, dan baru menemukan bahwa satu sama lain ternyata sudah tua.

Qing Wan mengangguk dengan air mata dan tawa.

Setelah melihat ekspresi Qing Wan, kaisar tersenyum lega, perlahan-lahan menutup matanya dan berkata: "untungnya, aku tidak bertepuk sebelah tangan."

Kaisar menatapnya dengan tenang dan penuh perhatian, dan perlahan menutup matanya dengan puas.

Mata Qing Wan terbuka lebar. Dia melihat bahwa kaisar sudah tidak bernapas lagi di depannya. Ada air mata mengalir dari mata. Tangan mereka masing-masing masih tergenggam.

Dalam adegan menangis ini, Clara tidak menggunakan air cabai. Tapi bisa menangis dengan alami.

Clara memandangi tampilan tua Afri, entah kenapa malah terpikir wajah Rudy.

Apakah Rudy akan sama seperti ini ketika sudah tua. Suatu hari, dia juga akan tua dan mati.

Ada pepatah: dalam kehidupan seratus tahun, yang bisa bertahan selama tujuh puluh tahun sangat langka. Dia dan Rudy bisa hanya bersama paling paling hanya bisa selama beberapa puluh tahun ini saja.

Beberapa puluh tahun, kedengarannya seperti waktu yang sangat lama, tetapi waktu berlalu dengan cepat. Dalam sekejap, mereka mungkin sudah tua.

Clara tidak bisa membayangkan akan seperti apa ketika dia sudah sekarat. Apakah akan seperti kaisar yang diperankan oleh Afri saat ini, menanyakan kekasihnya dengan hati-hati apakah pernah mencintai dia.

Pada saat ini, Clara tiba-tiba memiliki dorongan kuat untuk menikah dan tinggal bersama Rudy selamanya.

Syuting adegan ini, bisa dibilang sempurna, Sutradara berteriak, "selesai." Clara masih membenamkan dirinya dalam perannya.

Dalam perjalanan kembali ke hotel, mata Clara masih merah. Matanya bengkak dan terasa sakit. Awalnya, Clara berencana untuk kembali ke hotel dan kompres dengan es batu. Namun, ketika dia membuka pintu dengan kartu kamarnya dan tidak menyangka akan melihat Luna duduk di sofa ruang tamu.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu