Suami Misterius - Bab 949 Menghalangi Jalan Siapa

Penculik mengirimkan sebuah video pada Talia.

Di dalam video, kaki serta tangan Yaya dan pengasuh diikat, dilemparkan ke ruangan kosong, mulut mereka berdua ditempel plester hitam. Wajah Yaya penuh bekas air mata, wajah pucat sekali karena ketakutan, tapi mulut tersumbat dan tidak bisa mengatakan apa-apa.

Talia melihat anak di dalam video, hati seperti dicengkeram oleh sesuatu, sakit sekali.

Dia selalu memanjakan putrinya, mana pernah membiarkan Yaya menderita seperti ini.

Kedua tangan Talia gemetaran, menelepon kembali ke sana.

Telepon berdering lama baru diangkat, jelas sekali sebelah sana menggunakan pengubah suara, suara terdengar aneh sekali.

“Selagi putrimu masih hidup, baik-baik melihatnya, kelak, takutnya tidak bisa lihat lagi.”

“Kamu jangan sakiti putriku! Berapa banyak uang yang kamu inginkan, katakan saja.” Talia pura-pura tenang mengatakannya.

Orang yang ada di seberang telepon tertawa, suara tertawa terdengar melalui alat pengubah suara, suaranya sangat memekik telinga.

Saat ini, Ahmed berada di samping Talia, dia merebut ponsel di tangan Talia, bergegas mengingat nomor telepon, dan dikirimkan ke bawahan untuk melacak lokasi nomor itu.

Kemudian, langsung menekan tombol hands-free.

“Nyonya Sunarya sungguh orang kaya yang luar biasa, sayang sekali, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang.” Orang dari seberang telepon berkata.

“Kamu lepaskan putriku, tidak peduli syarat apa pun, aku akan menyetujuinya!” Talia agak bergelora mengatakannya, karena Ahmed yang memegang ponsel, dia hanya bisa memegang tangan Ahmed.

“Hehe, apakah syarat apa pun? Aku lihat nyonya Sunarya juga wanita cantik, kalau tidak, kamu temani aku tidur, layani aku hingga senang dan puas, aku bisa mempertimbangkannya.”

Meskipun melalui alat pengubah suara, suara dari ihak lain tetap terdengar cabul sekali.

Seluruh wajah Ahmed gelap sekali seperti langit mendung yang akan hujan.

Tubuh Talia tidak bisa dikendalikan terus gemetar, tapi tetap mengertakkan gigi menjawab: “Aku setuju, asalkan kamu melepaskan putriku.”

“Benar-benar seorang ibu yang mulia!” Orang di seberang telepon berbicara sambil mendesah, nada suara juga berubah berkata: “Aku sudah hampir bangkit karena kamu. Sayang sekali, putrimu telah menghalangi jalan orang lain, dia harus mati. Kamu juga jangan menyalahkanku, salahkan saja kamu yang tidak bisa lihat situasi.”

Talia adalah orang pintar, bagaimana mungkin tidak mengerti mendengarnya, penculik ini melakukan sesuatu untuk orang lain demi mendapatkan uang.

“Siapa yang menyuruhmu menculik putriku? Berapa banyak uang yang dia berikan padamu, aku kasih kamu dua kali lipat, tidak, tiga kali lipat, kamu lepaskan putriku!” Talia berteriak ke ponsel.

“Nyonya Sunarya, sudah aku katakan, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang.” Pihak lain mengulang kalimat itu lagi.

“Bukankah kamu meneleponku demi uang?” Talia bertanya.

“Oh, tentu saja.” Pihak lain berkata dengan santai, suara terdengar melalui alat pengubah suara, nada suaranya menjadi panjang sekali. “Awalnya memang tidak seharusnya ada niat lain, tidak berdaya, siapa suruh aku ini orangnya berhati lembut. Kamu beri aku dua miliar, aku akan memberikan jasad putrimu. Kalau tidak, aku akan langsung membuang mayatnya ke sungai. Tiba saat itu, kamu bisa menemukan mayat putrimu atau tidak, aku tidak akan bisa menjamin hal itu.”

Tidak bisa membedakan suara pihak lain pria atau wanita, mendengar hal ini Talia merasa pusing, dia hanya merasa di depan gelap sekali, hampir saja terjatuh ke lantai.

“Tidak, tidak boleh! Kamu jangan menyakiti putriku, jangan menyakiti putriku……aku akan memberimu uang, memberimu uang, kamu kembalikan Yaya padaku!” Talia hampir hilang kendali sambil berteriak.

Namun, di seberang telepon, hanya tersisa suara sibuk bip bip bip. Orang itu sudah menutup telepon.

Talia memegang ponsel, membungkuk sambil menangis.

Pada saat bersamaan, tiba-tiba ponsel Ahmed berdering, dia selesai mengangkat telepon, berkata pada Talia: “Nomor telepon pihak itu sudah berhasil dilacak. Ada di Daerah Petengan.”

Ahmed dan Talia membawa orang, bergegas ke sana.

Lokasi nomor telepon itu muncul di sebuah gedung pembongkaran yang telah ditinggalkan, dua bulan yang lalu warga di sini sudah pindah, hanya tersisa bangunan yang sudah rusak.

Talia seperti orang gila menerobos ke dalam, dari lantai satu berlari hingga lantai enam, mencari di setiap rumah, bahkan mencari dua kali di karpet, bahkan bayangan Yaya saja tidak telihat.

Akhirnya, Ahmed menemukan kartu sim yang dibuang balkon lantai empat.

Tangan Ahmed memegang kartu sim itu, akhirnya percaya, Yaya diculik bukanlah sebuah kecelakaan. Supir mobil biasa tidak mungkin memiliki perhitungan yang begitu teliti. Apa yang dikatakan oleh Talia benar, ini adalah insiden yang telah lama direncanakan.

Tapi sebenarnya siapa, ingin turun tangan terhadap Yaya anak yang baru berusia beberapa tahun.

“Di mana Yaya? Apakah orang-orangmu sudah menemukan Yaya?” Talia bergegas ke sini, memegang tangannya sambil bertanya.

Ahmed menggeleng kepala, membuka telapak tangan, memberikan kartu sim itu padanya. “Orang itu hanya melakukan panggilan telepon di sini, sebelum kita datang, dia sudah pergi. Yaya tidak berada di sini.”

Talia mendengarnya, hanya merasa kedua kaki lemas sekali, langsung jatuh ke lantai.

Ahmed jongkok, dua tangan memapahnya, mengerutkan kening berkata: "Talia, apakah kamu telah menyinggung orang?"

Tebakan Ahmed bukannya tidak beralasan, jika orang-orang ini memang menargetkannya, maka akan meneleponnya untuk mengajukan persyaratan. Tapi sekarang, orang-orang ini malah mencari Talia, jelas sekali ini adalah masalah yang disebabkan oleh Talia, baru melibatkan Yaya.

Talia adalah orang pintar, bagaimana mungkin tidak bisa menebak pikirannya.

Dia langsung menyingkirkan tangannya, mencibir sambil berkata: “Aku telah menyinggung banyak orang, setiap kali kamu bermain dengan wanita, selalu aku yang membereskan kekacauan untukmu. Para kekasih simpananmu itu, semua ingin menghabisiku.”

Talia memang hanya ingin menyindir dia saja.

Selesai bicara, mendadak dia teringat apa yang dikatakan penculik dalam telepon.

Penculik berkata: putrimu telah menghalangi jalan orang lain, dia harus mati. Kamu juga jangan menyalahkanku, salahkan saja kamu yang tidak bisa lihat situasi.

Yaya seorang anak yang baru berusia beberapa tahun, bisa menghalangi jalan siapa? Takutnya dia dan putrinya telah menghalangi jalan kekasih gelap Ahmed untuk maju ke atas!

Talia mengertakkan gigi, memaksa diri untuk tetap tenang, otak berputar dengan cepat, sedikit demi sedikit menganalisis dengan teliti.

Wanita yang pernah berhubungan dengan Ahmed bahkan tidak terhitung jumlahnya, tapi yang memiliki kemampuan dan rencana seperti ini bisa dihitung jumlahnya.

Kemudian, sebuah nama mendadak muncul di dalam benak Talia-- Su Loran!

Berpikir sampai di sini, Talia mendadak bangkit dari lantai, menarik kerah baju Ahmed, berkata dengan suara keras: “Apakah Su Loran, apakah dia yang menculik Yaya!”

Ahmed tidak menyangka Talia ternyata mencurigai Su Loran, tanpa sadar langsung marah. “Bagaimana mungkin Loran melakukan hal seperti ini, aku lihat kamu benar-benar mengalami gangguan delusi penganiayaan.”

“Kenapa tidak mungkin, dia berulang kali datang mencariku, ingin aku bercerai denganmu, agar bisa mengosongkan posisi ini untuknya. Aku yang tidak bisa lihat situasi, menempati posisi nyonya Sunarya dan tidak mau lepas tangan, jadi baru membuatnya marah.”

Talia semakin berpikir, semakin merasa Su Loran paling mencurigakan.

Ahmed selesai mendengar kata-katanya, sedikit banyak juga merasa goyah. Dia dan Su Loran sudah saling kenal lama sekali, dia sudah pernah melihat taktik licik dan kekejaman Su Loran.

Jika, Su Loran demi posisi nyonya Sunarya baru turun tangan pada Yaya, bukan tidak mungkin juga.

“Su Loran ada di mana? Aku mau pergi mencarinya!” Talia berkata dengan emosi bergejolak, berbalik dan langsung mau keluar.

“Talia, kamu lebih tenang sedikit!” Ahmed tepat waktu menghentikannya.

Su Loran sedang hamil, Talia bertindak begitu gegabah pergi mencarinya, akibatnya benar-benar akan fatal sekali.

“Aku pergi tanya dia, jika memang Su Loran yang menculik Yaya, aku pasti tidak akan mengampuninya.” Ahmed berkata dengan wajah suram.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu