Suami Misterius - Bab 649 Rahma, Kamu Gila Ya?

Ekspresi wajah Rahma sedikit berubah.

Perlakuan untuk Istri Rudy memanglah berbeda.

Segala akses masuk di dalam perusahaan, Rudy bahkan membuat semua kemudahan ini untuk Clara.

Lift dengan cepat sampai ke kantor Presdir di lantai paling atas.

Clara menginjakkan sepasang sepatu hak tinggi warna putihnya berjalan keluar dari lift duluan, lalu berjalan langsung ke kantor Rudy. Semua karyawan yang lewat, memanggilnya "Nyonya Sutedja."

Clara berhenti di depan pintu kantor presdir dan mengetuk pintu sebagai formalitas saja lalu tanpa menunggu jawaban apapun, dia langsung membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam.

Di kantor, Rudy sedang bicara dengan beberapa eksekutif. Ketika Clara masuk, dia cukup terkejut sejenak dan kemudian terlihat ekspresi yang lembut dan hangat muncul di wajahnya.

“Urusan hari ini dibicarakan sampai sini dulu saja.”

Kata Rudy kepada para eksekutif perusahaan.

Setelah semua orang itu menyapa Clara, mereka satu persatu pergi.

“Kenapa datang kesini tiba-tiba?”

Tanya Rudy lalu merangkul pinggang Clara yang ramping seperti biasanya.

Ekspresi Clara jengkel tak berdaya lalu mengulurkan tangan menunjuk ke arah pintu masuk.

Rudy mengangkat pandangan matanya dan melihat Rahma yang berdiri di depan pintu.

"Seseorang memintaku untuk datang dan mendengarkan, apalagi dia bilang tidak baik kalau tidak ikut datang."

Nada bicara Clara begitu malas lalu dia berjalan ke sofa di ruang tamu dan terlihat seperti orang luar.

Rahma terus mengatakan kalau anaknya adalah Rudy, tetapi Rudy mengatakan kalau dia tidak pernah tidur dengan Rahma.

Sekarang dua orang ini saling berhadapan. Clara merasa cukup menarik untuk melihat keributan ini.

"Kamu duduk sebentar dulu, aku akan membereskannya dengan cepat."

Selesai bicara, Rudy menyuruh sekretaris untuk membuat secangkir teh bunga untuk Clara.

Kopi akan melukai perut, tetapi teh bunga akan memelihara kesehatan tubuh seseorang.

Seorang pria tidak peduli dengan seorang wanita, bisa dilihat dari setiap detail dia memperlakukan wanita itu.

Jemari Clara yang sebagus giok mengangkat cangkir tehnya yang dari kaca bening. Dia pun meniup kelompak bunga yang mengambang di tehnya lalu dengan anggunnya meminum teh itu. Tatapan matanya yang sedikit rumit menatap Rudy dan Rahma.

Rudy mengangkat alisnya dan memandang Rahma. Ada sedikit rasa dingin di antara kedua alisnya, "Katakan dengan sesingkat-singkat semuanya."

Rahma menundukkan kepalanya dan mengeluarkan dokumen asli hasil tes DNA dari tasnya. Lalu menyerahkan dengan seriusnya ke depan Rudy.

Sudut mata Rudy hanya melirik sja, bahkan terlihat kalau Rudy sama sekali tidak berniat untuk membukanya.

“Rahma, menurutmu apa aku sangat bodoh sampai jika semua orang datang ke hadapanku membawa tes DNA, aku mengakuinya?”

Nada suara Rudy cukup santai. Dia pun mengambil kotak rokok yang ada di mejanya lalu menyalakan korek. Asap putih mengepul di sepanjang jemarinya.

Ekspresi di wajah Rahma agak bingung. Ini jelas tidak sama dengan apa yang dia bayangkan.

Dia membawa tes DNA ini sebagai bukti kuat. Sedangkan Rudy adalah orang yang sangat memandang penting tanggung jawab dibandingkan semuanya. Dia bukanlah orang yang akan mengabaikan anak kandungnya sendiri, bahkan harusnya dia akan memberi kompensasi besar kepada ibu dari anaknya karena merasa bersalah.

Tapi pada saat ini, sikap Rudy sangat dingin sehingga membuat Rahma mulai panik.

Dia tanpa sadar menatap Clara.

Clara sedang minum teh dan masih duduk di sofa. Pose dan sikapnya sangat santai, matanya yang indah sedikit menyipit terlihat begitu manja sekali.

Hanya seorang wanita yang manja saja. Rudy bisa seberapa mencintainya. Apa jangan-jangan dia tidak mau darah dagingnya sendiri demi wanita itu?

Rahma tidak percaya kalau Clara punya kecantikan dan pesona sebesar itu.

Ketika Rahma melamun, Rudy akhirnya mengulurkan tangan dan mengambil hasil tes DNA itu. Dia melihat dengan asal-asalan ke hasil itu.

“Tanpa sepengetahuanku, bagaimana tes DNA ini bisa dilakukan?”

Tanya Rudy tiba-tiba.

“Rambutmu dan Bobo digunakan sebagai sampel dan dikirim ke lembaga tes DNA paternitas profesional. Tes DNA ini punya kekuatan hukum yang aktif. Rudy, kamu tidak bisa mengabaikannya.”

Kata Rahma

Selesai mendengar itu, Rudy hanya melihatnya santai. Jari panjangnya menjentikkan abu rokok, “Dari mana mendapatkan rambutku?”

“Hal ini tidak perlu kamu pedulikan. Pokoknya aku punya caraku sendiri.”

Jawab Rahma.

Dia tentu saja tidak akan mengkhianati Gevin.

Sekarang, Gevin telah mengambil alih perusahaan teknologi yang masih di bawah Sutedja Group jadi dia masih membutuhkan Rudy untuk menjalani hidupnya.

Rudy juga tidak mau bertanya lebih jauh. Ekspresi di wajah tampannya malah semakin santai, “Rahma, jika kamu tidak amnesia dan aku tidak salah ingat. Kamu dan aku harusnya tidak pernah punya hubungan dan sentuhan yang terlalu intim. Hasil tes DNA ini, apa menurutmu tidak menggelikan hah?”

Ucapan Rudy ini membuat ekspresi di wajah Rahma langsung berubah, berubah jadi semakin tidak senang. Bahkan terlihat terdistorsi, “Rudy, apa maksudmu?”

Rahma mencibir dingin dengan ejekan dan sindiran dalam nada suaranya,”Aku tidak menyangka kalau Tuan muda keempat keluarga Sutedja bisa tidak mengakui kalau sudah pernah meniduri seseorang seperti ini.

Aku tentu saja tidak amnesia. Tapi karena Tuan muda keempat Keluarga Sutedja ini tidak ingat. Kalau begitu aku punya keharusan untuk mengingatkanmu lagi. Hari itu kita minum terlalu banyak....” “Hari itu hari yang mana?”

Kata Rudy tiba-tiba memotong ucapan Rahma.

“21 july tahun XX”

Jawab Rahma dengan sangat jelas.

Pertamanya dia dengan Rudy, mana mungkin dia melupakannya.

"Rudy, kamu mungkin minum terlalu banyak saat itu jadi kamu bahkan tidak ingat apa yang sudah kamu lakukan."

Rudy mengulurkan tangan untuk memadamkan rokoknya ke asbak dengan jemarinya. Bibirnya melengkung dengan lengkungan yang menggoda dipenuhi dengan sedikit kesinisan.

"Seberapa mabuk diriku, aku tidak akan mungkin tidak tahu dengan jelas dengan wanita mana aku tidur.”

“Rudy, kamu apa harus menyangkalnya seperti ini!”

Mata Rahma memerah dan dia berteriak tak terkendali.

"Fandy dan istrinya ada di sana hari itu. Kita semua minum bersama di clubhouse dan kita semua minum cukup banyak. Ketika kita pergi sudah hampir dini hari.

Kita pulang bersama dan kamu memapahku kembali ke kamar. Aku bilang kalau tubuhku sangat panas dan kamu bilang kamu akan mengambilkan handuk dingin.

Kamu segera kembali setelah pergi, mengambil handuk dan menyeka wajahku dan melepas pakaianku dan menyeka tubuhku. Adegan selanjutnya, apa aku harus mengatakannya?”

Selesai bicara, tatapan mata Rahma langsung memandang ke arah Clara.

Clara masih duduk di sana dan terlihat tenang. Tapi jelas sekali kalau tubuhnya menegang.

Tangan yang memegang cangkir teh itu sedikit bergetar.

Rahma akhirnya punya perasaan untuk membalikkan semua situasinya.

Walaupun, dia dan Rudy sudah menjadi masa lalu.

Tapi, sebagai seorang wanita, dia sangat mengerti kalau tidak ada wanita mana pun yang tidak terganggu dan keberatan kalau prianya sendiri pernah tidur bersama wanita lain.

“Aku rasa nyonya Sutedja harusnya tidak ingin mendengar bagaimana aku dan suamimu melakukan seks kan! kalau begitu tolong pergi sebentar. Karena Presdir Sutedja tidak mengingatnya, kupikir perlu membantunya mengingat detail-detail spesifik adegan itu."

Clara mengerutkan kening dan teh di tangannya diletakkan dengan tenang di atas meja di depannya.

"Kamu memaksaku untuk datang kesini. Sekarang kamu menyuruhku pergi. Rahma, kamu sudah gila ya!”

Kata Clara dengan tidak ada sopannya.

Dia tidak mungkin tidak mengakui kalau ucapan Rahma barusan ini mulai mempengaruhi emosi dan suasana hatinya.

Clara juga tidak mungkin tidak mengakui kalau kata-kata Rahma ini sungguh punya tingkat bisa dipercaya cukup tinggi. Bahkan dia sama sekali tidak bisa mendengarkan satupun hal yang tidak masuk akal dalam kata-kata itu.

Apa jangan-jangan memang pernah terjadi sesuatu dengan mereka tapi Rudy tidak mengingatnya?

Clara tidak ingin mendengarnya lagi juga tidak berani mendengarkan lagi.

Jika hanya terjadi sesuatu hal seperti itu saja dengan mereka, Clara bisa membujuk dirinya sendiri untuk tidak keberatan karena bagaimana pun itu adalah masa lalu Rudy sebelum mengenalnya.

Rudy lebih tua sepuluh tahun darinya. Pria seperti itu tidak mungkin tidak punya pengalaman apa pun tentang itu.

Tetapi ini tidak berarti kalau Clara bisa menerima kenyataan kalau wanita itu juga sama mengandung anak Rudy.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu