Suami Misterius - Bab 831 Ada Negara Baru Ada Keluarga

Wilson sangat cepat dalam belajar menulis, setelah selesai menulis, Rudy akan menjelaskan dengan sabar mengenai arti dari kata-kata tersebut, dan bahkan mengulur tentang penjelasan pepatah.

Dalam hati Clara berpikir, Wilson masih begitu kecil, tidak tahu juga apakah dia sanggup mengerti dengan maksud penjelasannya, lagu pula, meskipun Wilson telah mendengarnya dengan serius, namun ekspresi wajahnya malahan sangat kebingungan.

Akan tetapi, ayah dan anak ini malahan bisa bercerita dengan bersenang hati, Clara tentu saja tidak akan memutuskannya.

Setelah selesai mengerjakan tugas, Wilson meminta mereka temani dirinya bermain puzzle.

Puzzle tersebut berisi seribu keping, mereka terus menyusun hingga sore hari, kepala Clara telah menjadi pusing, dia langsung membawa Wilson pergi mandi dan tidur.

Setelah Wilson mulai ketiduran, dia baru keluar dari kamarnya dengan gerakan ringan.

Pada koridor yang kosong, Rudy sedang menyandar di sisi dinding, dia berdiri di tempat dengan tatapan dalam.

Berdasarkan keadaan biasa, Rudy akan meninggalkan apartemen setelah Wilson mulai tertidur.

Clara tidak kepikiran kalau Rudy masih belum pulang, sehingga reaksi wajahnya sedikit kaget setelah melihat keberadaannya.

“Kamu, masih ada perlu ?”

Clara mengerut bibir dan bertanya dengan nada datar.

“Antar aku.”

Rudy berkata dengan suara yang enak didengar, nada bicaranya juga sangat wajar.

Setelah ragu sejenak, Clara berkata lagi :”Aku ambil jaket dulu.”

“Iya.”

Rudy mengangguk, lalu tetap berdiri di tempat.

Clara mengenakan sebuah sweater yang tebal, dia sangat takut dengan kedinginan, meskipun saat ini baru menginjak awal musim dingin, namun dia tetap membungkus dirinya dengan berlapis-lapis.

Mereka berdua turun ke lantai dasar dengan lift, lalu berjalan keluar gedung.

Pada malam di musim dingin, meskipun Clara telah mengenakan sweater tebal, namun tetap saja merinding kedinginan, akhirnya hidungnya menjadi gatal dan bersin.

Rudy memiringkan kepala dan menatapnya, dia dengan wajarnya menarik tangan Clara yang kecil dan lembut, lalu menggenggam dengan erat ke dalam telapak tangannya.

Clara dengan refleksnya ingin melepaskan pegangannya, namun bagaimanapun tetap saja tidak berhasil memberontak, sehingga dia hanya bisa membiarkan Rudy terus menggenggam dirinya .

“Aku akan naik pesawat di besok pagi.”

Rudy berkata dengan nada ringan.

“Oh.”

Clara hanya menjawab dengan suara kecil, namun sepertinya dia juga merasa sikapnya sendiri yang kurang baik, sehingga dia bertanya lagi, “Pergi berapa lama ?”

“Kalau lancar, setidaknya butuh satu bulan.

Kalau tidak lancar, mungkin harus setengah tahun atau bahkan lebih lama lagi.”

Rudy menjawabnya, nada bicaranya ada rasa tidak berdaya yang sangat dalam.

Perancangan dirinya menjadi kacau, setelah mengagetkan penjahat di tempat, mereka tidak boleh bertindak sembarangan lagi.

Rudy juga masih belum ada bayangan mengenai perancangan baru, sehingga dia hanya boleh mengambil keputusan terbaru setelah kembali ke wilayah perbatasan.

Pasukan di Wilayah perbatasan terus menyusun rencana untuk menangkap penjahat narkoba, namun tetap saja tidak pernah berhasil.

Apabila ingin berhasil menangkap mereka di saat seperti ini, dirinya hanya boleh menanti kesempatan terbaik dengan penuh kesabaran, agar dapat menghindari pengorbanan yang tidak sia-sia lagi.

Akan tetapi, hubungan dirinya dan Clara masih dalam keadaan kaku, sebelumnya dia beranggapan kalau dirinya masih memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan semua ini.

Namun penggantinya memang bodoh sekali, bahkan menghancurkan kesempatan berprestasi yang sebesar ini.

Oleh sebab itu, Rudy merasa dirinya tidak memiliki banyak waktu lagi untuk memulihkan hubungannya bersama Clara, Rudy tidak bisa menebak keadaan dan hubungan yang terbentuk setelah dirinya kembali dari pasukan.

Perasaan tidak terkendali dan tidak tenang ini membuat Rudy merasakan kepanikan dan ketakutan yang tidak pernah ada.

Tangan Rudy yang menggenggam Clara tiba-tiba menjadi erat, setelah itu dia mengulur lengannya dan memeluk Clara ke dalam pelukannya.

Saat ini Clara sedang mengenakan pakaian tebal, setelah dipeluk erat oleh Rudy, nafasnya menjadi semakin menyesakkan.

Clara baru saja ingin memberontak lagi, tiba-tiba terdengar suara Rudy yang muncul di atas kepalanya, suaranya menyebarkan rasa kesedihan yang dalam.

“Clara, rekanku di pasukan telah mati berkorban.”

Tubuh Clara menjadi kaku setelah mendengarnya.

Clara kepikiran lagi dengan adegan pertemuan mereka di pertama kalinya, saat itu Rudy bahkan melindungi dirinya dengan tanpa ragu, dia menggunakan tubuhnya sendiri untuk menahan peluru.

Tentara pantas dihormati karena mereka rela mengorbankan nyawanya demi melindungi negara dan rakyat.

“Salah satunya hanya berumur dua puluh dua, anak tunggal di rumahnya.

Aku sendiri yang memilih dirinya dari sekolah tentara.

Sebelum aku pulang, aku masih bertemu dengannya lagi, dia dengan semangatnya berkata padaku bahwa dirinya akan menuntaskan tugas ini…” Rudy tidak menyelesaikan pembicaraannya lagi, namun suaranya menjadi sangat serak.

Clara tiba-tiba merasa hatinya menjadi berat, dia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan balik memeluk Rudy.

Mereka tidak berbicara apapun lagi dan hanya saling berpelukan, beberapa saat kemudian, Rudy baru melepaskan pelukannya, namun tangannya yang hangat terus menggandeng tangan Clara, dia diam-diam menatapnya dengan tatapan dalam, dan juga tatapan yang tidak tega.

Clara merasa sedikit tidak nyaman karena tatapannya, sehingga dia berbisik lagi, “Buat apa terus menatapku.”

“Tidak tega denganmu.”

Rudy berkata lagi, nada bicaranya penuh dengan jejak kasih sayang.

“Tidak perlu pergi ya kalau tidak tega ?”

Clara berbisik lagi, nada bicaranya tidak mengandung emosional apapun.

Clara terus menunduk kepalanya, sehingga Rudy juga tidak dapat melihat reaksi wajahnya pada saat ini.

Hubungan mereka telah retak dan masih belum sempat pulih kembali, namun Rudy malah akan pergi meninggalkannya lagi.

Setelah Rudy meninggalkannya lagi pada kali ini, keretakan di hubungan mereka akan semakin besar.

Clara adalah gadis yang kekurangan rasa tenang, dia membutuhkan seorang lelaki yang menyayangi dirinya dan dapat diandalkannya, bukan seorang lelaki yang hilang tanpa jejak selagi dia membutuhkannya.

Hubungan jarak jauh seperti ini memang sangat menyengsarakan.

Tangan Rudy perlahan-lahan memegang pada pundaknya, lalu mengeluh nafas berat dan berkata, “Clara, maaf.”’

Clara tidak berbicara lagi, dia mengerti sekali, bagaimanapun Rudy juga mesti pergi.

Kewajiban tentara adalah mematuhi perintah.

Sementara kata ‘maaf’ini, dia terlalu sering mendengarnya, sehingga sudah hampir mati rasa.

Clara menunduk dan tidak berkata apapun, sehingga Rudy lanjut berkata lagi dengan nada yang sangat tegas dan yakin, “Clara, aku seorang tentara, bagi seorang tentara, ada negara baru ada keluarga.”

Hati Clara menjadi sakit dalam seketika.

Pada saat itu, sejak dirinya diselamatkan oleh Rudy, dia merasa sangat kagum dan hormat dengan dirinya yang mengenakan seragam tentara.

Namun pada saat ini, ketika orang tersebut telah menjadi suaminya dan mereka sedang menjalani hidup yang penuh dengan perpisahan, hatinya menjadi bimbang dan sedih.

Perasaan seperti ini memang terlalu bertentangan.

Clara memikul rasa bertentangan seperti ini dalam melewati malam harinya, sehingga dia tidak bisa tidur dengan nyenyak pada malam tersebut.

Setelah bangun tidur di keesokan harinya, Clara berdiri di depan cermin, dia memperhatikan mata panda di wajahnya, matanya juga sedikit bengkak, sehingga kelihatannya memang bagaikan seekor panda.

Clara buru-buru berdandan untuk menutupi wajahnya yang pucat, lalu mengenakan jaket dan bersiap-siap untuk keluar rumah.

Pada ruang tamu di lantai dasar, Wilson telah selesai sarapan dan sedang menggendong tas kecilnya.

Clara berjalan menghampiri anaknya, lalu membungkuk badan dan berkata dengan penuh kesabaran :”Wilson sayang, hari ini Sus Rani yang mengantarmu ya, Papa mau pergi menangkap penjahat, Mama mau mengantar dia ke bandara.”

Setelah selesai berbicara, dia mengecup ringan pada dahi anaknya dan berangkat dengan buru-buru.

Rudy akan berangkat pada jam sembilan pagi ini, Clara telah berjanji akan mengantarnya di bandara.

Dikarenakan pada waktu berangkat kerja, sehingga mobil Clara juga macet beberapa waktu di jalan raya, setelah dirinya tiba di bandara, pesawat masih belum terbang.

Sementara Rudy tetap duduk di ruang tunggu untuk menantinya.

“Maaf, aku telat.”

Clara terus berlarian ke dalam bandara, sehingga nafasnya masih terengah-engah.

“Belum telat.”

Rudy tersenyum dan berkata, reaksi wajahnya penuh dengan jejak kehangatan.

Pada barusan, Rudy masih saja merasa tidak tenang dan gelisah, takutnya Clara tidak akan datang lagi.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu