Suami Misterius - Bab 609 Lumayan Canggung

“Untuk sementara belum membicarakan ini, namun dia adalah wanita yang cerdas, dia pasti sudah memperkirakannya. Ketika dia merasa tidak senang pasti akan memperlihatkannya padaku.”

Rudy menyeruput tehnya, lalu berkata dengan datar : “Hubungan Keluarga Santoso rumit, Clara tidak punya keluarga yang dia rindukan di Kota A. meskipun pamannya sekarang menjabat di kota A, namun cepat atau lambat akan di pindah tugaska ke Jing . Da pekerjaan Clara jauh lebih sering keluar kota, sama sekali tidak masalah tinggal dikota mana.”

“Baguslah kalau begitu.” Bahron mengangguk, namun segera bicara lagi : “Istrimu sangat baik dalam semua hal, hanya saja profesinya yang sebagai artis itu yang kurang bagus. Dia berkeliling dunia dengan para kru film, kalian sering terpisah, dia sangat sulit untuk menjagamu dan juga Wilson, kalau dia bersedia mengganti profesinya, aku bisa mengatur sebuah pekerjaan yang lebih stabil untuknya. Aku pernah mendengar Ardian berkata kalau dia kuliah dibidang penyiar, pekerjaan di stasiun televise jauh lebih cocok untuknya.”

Setelah Rudy mendengarnya, ia langsung tersenyum dan berkata, “Clara masih muda, tidak perlu mengikatnya dengan urusan rumah tangga, bukankah kamu juga tidak ikut campur urusan pekerjaan kakak.”

“Terserah kalian.” Bahron berkata dengan datar. Bagaimana pun itu kehidupan putra juga menantunya. Rudy tidak mempermasalahkan kehidupan rumah tangga yang seperti itu, maka dia sebagai orang tua juga tidak bisa ikut campur terlalu jauh. “Kamu dan kakakku sudah tinggal bersama?” Rudy mengangkat teko di meja dan menuangkan teh sambil bertanya dengan santai. “Sejak aku kecelakaan, dia terus tinggal disini, kenapa?” Bahron menjawab. Setelah Rudy mendengarnya, ia terbiasa mengangkat alisnya. Jelas sekali pak tua ini sedang menyamarikan jawaban. Bahron orang yang begitu cerdas, bagaimana mungkin tidak mengerti maksud putranya apaah mereka sudah berhubungan atau belum. “Maksudku, apakah kalian sudah tidur satu kamar?”

“Hm.” Bahron menjawab dengan ringan, “Kenapa? Kamu ingin mengomentari apa?”

Mesipun dia adalah ayahnya, namun kehidupan pribadinya tidak perlu dia laporkan pada putranya, dan topic ini cukup membuat canggung. Sebenarnya, Ardian bersedia pindah masuk ke dalam rumah ini, mereka tidur bersama merupakan hal yang akan terajdi cepat atau lambat, hanya butuh kesempatan saja. Suatu hari pada dua bulan yang lalu, Bahron pulang larut dalam kondisimabuk berat. nenek Sunarya dan pelayan sudah tidur, sehingga Ardian yang memapahnya masuk ke dalam kamar, ia juga memasakkan sup pereda mabuk untuknya. Ketika Bahron menerima sup pereda mabuk itu, ia sekalian menarik tangan Ardian lalu menariknya keatas ranjang, lalu semua terjadi begitu saja. Lalu kemudian lagi, dia yang menebalkan muka untuk tidur dikamar Ardian. Namun mereka berdua tidur di kamar tamu tidak akan bisa terlalu nyaman ketika berhubungan, sehingga Ardian akhirnya memutuskan untuk pindah ke kamar utama. Usia mereka baru 50 tahun, masih berhubungan intim merupakan hal yang normal. Rudy berdehem, lalu melemparkan satu kotak kondom keatas meja. “Wilson menemukan ini di laci kamarmu.”

Ketika Bahron melihat kotak kondom itu, ekspresinya langsung terlihat canggung dan berkata dengan wajah serius, “Suruh istrimu untuk menjaga anakmu dengan benar, semabrangan membongkar barang orang sungguh keterlaluan.”

“Oh.” Rudy menjawab singkat, lalu berkata lagi : “Kamu dan kakak sebaiknya lebih hati-hati, jangan sampai membuat seorang adik untukku, itu lumayan canggung.”

Apalagi status Bahron yang begitu sensitive, anak diusia tua sangat berpengaruh pada imagenya. Usia Ardian juga sudah tidak muda lagi, melahirkan anak diusia setua itu memiliki resiko yang sangat besar. Setelah Bahron mendengarnya, ia merasa canggung, hanya memelototi Rudy, “Urus saja urusanmu sendiri. Jangan mengurusi urusanku dna ibumu.”

Bahron sudah mempersiapkan papan caturnya, ia mengisyaratkan Rusy untuk menghampirinya. Lalu kapten Bahron mulai membantai dengan kejam, satu biji catur pun tidak disisakan untuk Rudy. Rudy : “…..” dia tiba-tiba sadar kalau pak tua ini dulu sungguh sudah mengalah padanya. Rudy dan Clara menginap di Jing selama tiga hari, karena masih ada pekerjaan Rudy yang menunggunya di Kota A, Clara juga sudah akan memulai syuting film barunya, mereka tidak mungkin tinggal terlalu lama di kediaman Sunarya. Sebelum pergi, nenek Sunarya terlihat begitu tidak rela melepas kepergian mereka, beliau tidak hentinya berpesan pada mereka untuk sering datang kalau sempat. Mereka memesan tiket pesawat pagi untuk terbang ke Kota A, setelah pesawat mendarat, Raymond yang menjemput mereka langsung, bahkan membantu membawakan koper. “Kantor sedang tidak sibuk? Kamu masih punya waktu untuk menjemput.” Rudy bertanya. Raymond mengangkat bahu, “Hyesang mengajak kita ke club nya untuk main mahjong, 3 orang kurang satu pemain, sehingga aku sengaja menjemput kalian kesana.”

“Bukankah Hyesang sudah akan menikah? Calom mempelai pria ini apa tidak terlalu santai.” Rudy tersenyum kecil. “Keluarga Sutedja dan Keluarga Mirah, akan melakukan pernikahan antar keluarga konglomerat, hanya urusan pernikahan sama sekali tidak perlu campur tangan dia, ada orang tua kedua belah pihak yang menyiapkannya, mereka cukup menunggu saatnya menjadi pengantin saja.”

Raymond memasukkan koper ke dalam garasi mobil, menutup pintu garasi, lalu segera kesamping mobil untuk membuka pintu mobil, “Kakak ipar, Wilson, silahkan naik.”

“Terima kasih Paman Raymond.” Wilson berkata bagaikan orang dewasa kecil, kata-katanya begitu sopan. Raymond langsung senang karena dipanggil seperti itu, ia langsung mengulurkan tangan dan mencubit wajah kecil Wilson dengan gemas. Ia mencubit sampai Wilson mengerutkan wajahnya. “Begitu suka anak kecil, sana cepat menikah dan melahirkan satu, jangan menyiksa anakku.” Rudy berkata dengan wajah dingin. “Aku ingin, tapi siapa yang mau membuat melahirkan untukku!” Raymond berkata dengan santai. “Apakah kamu kekurangan wanita untuk melahirkan anak?” Rudy menjawab dengan asal. Berdasarkan status Raymond, asal melambaikan tangan saja, wanita yang ingin menikah dan melahirkan anak dengannya pasti akan mengantri sampai ujung kota. Namun Raymond malam melambaikan tangan sambil berkata dengan nada murung, “Untuk melahirkan anak, kekurangan benih cinta.”

Ketika ia berpacaran dengan Lena secara serius, dia memang sempat berniat untuk menikah dengan Lena , lalu melahirkan dua orang anak yang lucu, ketika senggang bisa mengajak mereka jalan-jalan, ketika mengesalkan masih bisa dihajar. Ketika itu pasti indah sekali. Lalu muncul masalah Ayah Tahar dan Reimi, dia dan Lena pun berpisah. Membuat Raymond tidak lagi berniat untuk menikah dan melahirkan anak, ia merasa menjalani seorang diri, tidak ada yang mengatur, hidup dengan bebas lumayan juga. ………. Tempat Hyesang mengajak mereka berkumpul adalah sebuah Club high class milik Sutedja Group. Ketika rombongan Rudy tiba, didalam ruang VIP yang begitu mewah suara mahjong sudah terdengar begitu ramai. Hyesang, Ahyon, Aldio juga Lena bermain dalam satu meja. Entah ikatan batin atau bukan, ketika Raymond membuka pintu dan berjalan masuk, kebetulan Lena mengangkat kepala, pandangan mereka berdua bertemu. “Kenapa kamu juga disini.” Raymond terlihat terkejut. “Kenapa? Tidak senang.” Lena bertanya dengan lembut. “Hamba mana berani, anda bisa datang berkunjung, itu merupakan hal yang menakjubkan.” Raymond berkata dengan santai. Lena memelototinya, lalu lanjut memainkan mahjongnya. Semua yang ada dalam ruangan, hampir semuanya saling kenal, hanya Clara dan Lena yang baru pertama kali bertemu. “Clara, ini adalah Lena ……..” Rudy memperkenalkan, hanya saja, dia belum selesai bicara, Lena sudah berdiri dan mengulurkan tangannya dengan anggun. “Kamu pasti Nyonya Sutedja, aku pernah menonton film yang kamu mainkan, orang aslinya jauh lebih cantik daripada yang di film. Aku adalah Lena , mantan pacar Raymond, aku adalah seorang dokter kandungan. Kalau ada pertanyaan seputar obgyn, atau hamil dan melahirkan bisa datang padaku.”

Lena baru selesai mengetakannya, kebetulan Raymond mendekat, lalu berkata dengan nakal : “Dokter Lena , apakah anda datang untuk membantu rumah sakit kalian beriklan?”

“Apa pedulimu!” Lena mengangkat kakinya, lalu menginjak sepatu kulit Raymond dengan sekuat tenaga, injakannya cukup membuat Raymond kesakitan sampai hampir menangis.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu