Suami Misterius - Bab 427 Keheranan

Hubungan di antara Yunita dan Nalan Qi pada dasarnya adalah hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. Yunita juga tidak begitu terlihat mencintai Nalan Qi. Hanya ingin mengambil keuntungan dari status dan posisi atas Nalan Qi. Oleh karena itu, sudah seharusnya menyiapkan diri untuk berkorban kapan saja. Semua lepuh di kaki adalah hasil dari perbuatan sendiri jadi tidak ada yang perlu dikeluhkan.

Kemudian, Clara juga pergi. Dia pergi naik mobil ke Vila di distrik Marina.

Hanya saja, Ketika dia tiba di vila, dia tidak melihat Rudy pulang.

Clara sendirian, karena bosan dia pun membaca buku di ruang kerja.

Sampai mengantuk, Rudy masih saja belum pulang.

Langit di luar jendela perlahan menggelap. Kegelapan malam menutupi seluruh kota. Cemara di halaman berayun-ayun dihembus angin malam.

Clara mandi, ganti piyama lalu duduk menonton TV sambil menunggu Rudy pulang di ruang tamu.

Clara terus menunggu sampai tanpa sadar ketiduran.

Rudy dini hari baru tiba di vila. Dia berjalan masuk dan melihat cahaya lampu kuning samar masih menyala. Tanpa sadar dia mempercepat langkahnya.

Dia berjalan ke ruang tamu dan melihat bahwa TV menyala dan layar berkedip-kedip, seolah-olah film tengah malam sedang diputar. Tokoh utama dalam film itu sedang menangis terisak.

Di sofa depan TV, Clara meringkuk. Kepalanya bersandar pada sisi sandaran sofa. Rambut panjang dan hitam terurai dengan sedikit berantakan. Tubuhnya diselimuti dengan selimut tipis warna biru dan memperlihatkan pergelangan kaki yang putih.

Clara tidur dengan sangat tenang bagaikan seorang kucing lucu dan jinak.

Rudy tanpa sadar memelankan kakinya dan berjalan sampai ke samping Clara. Dia mengulurkan lengannya dan menggendong Clara ke dekapannya.

Clara tidur tidak terlalu lelap jadi dia pun terbangun begitu Rudy menggendongnya. Dia menyipitkan matanya melihat Rudy.

“Kamu sudah pulang.” Gumam Clara. Dia pun langsung bersandar di dada Rudy lalu mengulurkan lengannya yang lembut dan melingkarkannya ke leher Rudy.

“Em.” Jawab Rudy. Dia pun menggendong Clara naik ke lantai atas.

Di dalam kamar utama, Rudy membaringkan Clara di ranjang dengan gerakan yang sangat lembut. Ketika dia bersiap pergi untuk mandi, tiba-tiba Clara naik ke tubuhnya.

Setelah Rudy menempel ke Clara dan menciumnya cukup lama, barulah dia melepaskan Clara. Bibir Clara dan Rudy sama-sama tidak rela melepas satu sama lain, “Ayolah, aku mandi dulu ya.”

Rudy baru saja kembali dari perjamuan. Tubuhnya sekarang penuh dengan bau alkohol dan memang baunya tidak terlalu enak.

Clara tidak terlihat tidak suka dengan hal itu. dua tangan Clara masih saja menarik baju Rudy dan tak mau melepaskannya. Clara tersenyum bagaikan rubah kecil yang sangat licik.

“Tidak boleh pergi.” Perintah Clara begitu arogannya sambil mengangkat dagunya.

“Sedang menginginkanku ya?” gumam Rudy tersenyum lalu kembali menempel ke Clara. Napas panasnya jatuh ke pipi Clara terasa geli.

“Bukannya kamu yang lebih menginginkanku ya?” Clara mengedipkan matanya ke Rudy. Dia membatin, padahal jelas yang tidak sabar melakukan seks adalah Rudy.

Rudy tak berdaya, dia pun melepaskan jasnya, lalu menggendong Clara dari ranjang dan berjalan dengan langkah besar menuju kamar mandi.

Sambil menggendong Clara, Rudy menjulurkan kaki panjangnya masuk ke dalam bathtub.

Bathtub pijat yang sangat luas, kaki Rudy dan Clara sudah masuk ke dalamnya.

Satu tangan Rudy memegang Clara dan satu tangannya lagi menyalakan keran emas.

Air hangat terus mengalir ke dalam bathtub tanpa henti. Pakaian Rudy dan Clara pun sudah basah setengahnya.

Clara bermain dengan mencipratkan air ke tubuh Rudy. Rudy tidak menghindarinya, lalu tiba-tiba dia maju dan menindih Clara di bathtub.

Tatapan mata mereka saling terkait bersama, Telapak tangan Rudy dengan lembutnya mengelus pipi Clara yang seindah keramik. Lalu, dia menundukkan kepala dan menciumnya....

Rudy menggendong Clara kembali ke ranjang lalu dengan puas merangkulnya hingga tertidur.

Hari berikutnya, Clara terbangun di sore hari karena lapar.

Dia meregangkan otot pinggangnya di ranjang lalu menarik sandal dan kemudian turun ke lantai bawah. Awalnya, dia mau pergi ke dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan tapi tak diduga dia malah melihat Rudy ada di dapur.

Rudy sedang memasak mie dan oseng tomat telur. Aroma masakannya masuk ke hidung Clara dan mengait serangga rakus di perut Clara.

“Sudah bangun? Laparkan ya, Mienya habis gini sudah jadi kok.” Kata Rudy.

Clara menyandarkan punggungnya di pintu kaca dapur lalu tersenyum riang melihat Rudy, “Presdir Sutedja yang begitu sibuknya, kenapa sekarang ada waktu luang untuk memasak di dapur?”

“Hanya janjian dengan satu klien dan kebetulan ketemuan di daerah sekitar sini jadi sekalian memasak makan siang untukmu.” Jawab Rudy lembut.

Rudy keluar jam tujuh pagi, jam setengah delapan dia mengikuti rapat reguler. Pagi jam sepuluh dia ketemuan dengan klien. Selesainya kira-kira sudah jam dua belas siangan jadi dia kembali untuk sekalian memasakkan makan siang untuk Clara. Ketika kembali ke vila, dia malah melihat Clara yang masih tidur dan bermalas-malasan di ranjang.

Presdir Sutedja pun turun langsung ke dapur dan memasakkan makanan enak untuk istrinya. Pemandangan ini jika terekspos pasti akan membuat banyak orang keheranan.

Semangkok berisi mie dengan osengan tomat dan telur dengan cepat telah dihidangkan di atas meja. Clara mengambil sumpit lalu memakannya. Wajahnya tampak sangat puas sekali.

Semangkok mie itu pun langsung habis. Clara meletakkan sumpit dan mangkoknya lalu mengelap bibirnya dengan tisu, lalu berkata, “Aku sore ini tidak ada apa-apa. Aku berniat kembali ke apartemen untuk menemani Wilson, apa kamu ikut bersamaku?”

“Aku sore ini ada urusan kantor. Sus Rani dan Wilson ada dibawa kakakku ke rumah keluarga Sutedja. Nanti malam saja kita jemput bersama.” Jawab Rudy.

Mendengar ini, Clara pun mengangguk. Waktu luang di sore hari ini, dia bisa pergi jalan-jalan dengan Miki.

Miki masih dalam keadaan stabil bulan ini. Lewat dua bulan lagi, badannya akan semakin berat dan tidak akan nyaman untuk keluar.

Clara dan Miki pun pergi jalan-jalan. Vincent di belakang mereka sebagai dompet berjalan, sopir gratis dan juga tukang bawa barang gratis mereka.

Tapi yang mau jadi ayah ini walau capek sekali dan menghabiskan banyak uang dan tenaga, dia masih saja sangat bahagia. Semua jenis produk bayi terus bolak-balik dibeli dan di bawanya seolah mereka mau mengkosongkan semua barang di mall ini.

Clara juga membelikan Wilson beberapa stel pakaian empat musim untuk gantian. Dia dapat banyak sekali barang yang bermanfaat.

Setelah Rudy selesai menyelesaikan pekerjaanmu, dia pun langsung pergi ke mall untuk menjemput Clara. Mereka berdua pun naik mobil lalu pergi ke rumah Keluarga Sutedja untuk menjemput Wilson.

Mobil Rudy baru saja melaju masuk ke halaman rumah Keluarga Sutedja, mereka langsung melihat satu sosok kecil dan satu sosok besar yang berlarian di halaman.

Amy berlari di depan dan Wilson mengejarnya dari belakang. Amy sengaja memelankan langkah kakinya dan berbalik ketika melihat sebuah mobil melaju masuk ke dalam. Wilson langsung melompat ke dekapan Amy dan memeluk pinggang Amy sambil tertawa dengan riangnya, lalu dia terus berkata, “Aku sudah menangkapmu, aku berhasil menangkapmu!”

“Wilson menangkap Amy nya, Wilson hebat sekali.” kata Amy sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangannya lalu menyeka kening Wilson, ”Sudah berlarian sampai berkeringat gini, istirahat sebentar dulu ya.”

Di saat ini, mobil Maybach Rudy telah diparkir dengan baik lalu Rudy dan Clara pun turun dari mobil.

Amy menggandeng Wilson berjalan menghampiri mereka dengan tersenyum.

Begitu melihat ayah dan ibunya, Wilson sangat senang dan langsung berlari menghampiri mereka. Dia membuka lebar-lebar lengan kecilnya lalu melompat ke pelukan Rudy bagai seekor burung yang bahagia.

“Ayah, gendong.”

Rudy menggendong Wilson dan tersenyum tipis.

Wilson melingkarkan lengannya di leher Rudy dan berceloteh seperti burung, "Bibi menemani Wilson bermain petak umpet. Bibi juga membuat tikus dari kertas lipat lalu meletakkannya di tangan dan tikus kertas itu bisa bergerak.”

Selesai mendengar itu, tidak tampak banyak emosi di wajah Rudy. Tatapan mata Rudy hanya melirik sebentar saja ke Amy.

Karena berlari di halaman, pipi Amy tampak sedikit merah dan napasnya masih tidak teratur. Tapi, senyumnya masih saja terlihat lembut. “Kakak sepupu sedang mengangkat telepon penting. Sus Rani sedang membantu di dapur. Jadi aku membawa Wilson bermain bersama di halaman. Wilson benar-benar anak yang pandai dan lucu.”

“Maaf merepotkan.” Selesai mendengarnya, Rudy menjawabnya dengan dinginnya.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu