Suami Misterius - Bab 401 Arti Melampiaskan

Ketika Nalan Vi melihat waktu persalinan Clara, ia tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya, “Aku ingat beberapa waktu yang lalu Adisti mengadakan pesta ulang tahun untuk Wilson, sepertinya pada saat ini.”

Revaldo mengangguk, “Wilson adalah anak dari Rudy dan Clara. Pada hari itu, ketika kamu membawa Wilson dan pengasuhnya untuk membuat Clara kesal. Aku melihat kedekatan mereka, dan aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Meskipun berpura-pura, Ibu tiri tidak akan bisa berpura-pura sampai sama dengan ibu kandungnya.”

Nalan Vi sangat kesal. “Tidak heran Viona hanya menendang anak haram itu, respon Clara bisa sampai begitu berlebihan. Aku masih mengira ia pura-pura untuk menunjukkannya pada Rudy, tidak di duga ia yang melahirkan anak ini. Untung saat itu aku tidak membiarkan Gevin menikahinya, jika tidak, Gevin harus hidup bersama gadis yang sudah memiliki anak dari pamannya. Itu baru benar-benar bernasib buruk. “

“Mereka berdua sudah punya anak, tidak heran hubungan mereka bisa begitu baik. Nalan Vi, tebaklah, jika Clara mengkhianati Rudy, apa yang akan terjadi pada Rudy?” Revaldo tersenyum, dan senyumnya sedikit menakutkan.

Setelah Nalan Vi mendengar ini, mata nya menjadi bersinar.

Tipe orang seperti Rudy, ia merupakan orang yang angkuh sampai ke tulangnya. Waktu itu, Rahma berselingkuh, dia hampir membunuh selingkuhannya. Jika Clara juga selingkuh, apa yang akan dilakukan oleh Rudy pasti akan sangat menakjubkan.”

Tenggorokan Revaldo tiba-tiba terasa gatal dan batuk lagi. “yang dikatakan Nenek benar, Clara adalah kelemahan Rudy. Rudy ini, merupakan orang yang berperasaan. Selama Clara bisa dihancurkan, itu setara dengan menghancurkan Rudy.”

“Revaldo, kali ini apa yang akan kamu rencanakan ?” Nalan Vi bertanya.

“ Marco ini bisa kita manfaatkan.” Bibir Revaldo perlahan melengkung dan tersenyum jahat. Ia menoleh keluar jendela, langit perlahan diselimuti oleh malam.

……

Di malam hari, semuanya hening.

Sehabis mandi, Clara berbaring di atas ranjang, ia tidak meladeni Rudy.

Setelah mengurusi beberapa dokumen, Rudy kembali ke kamar dan berbaring di sebelahnya. Dia merentangkan tangannya dan mendekap Clara.

Clara membelakanginya, memunggungi dadanya yang hangat, dan masih mengabaikannya.

Wajah Rudy agak tak berdaya, “Masih kesal?”

Begitu Clara mendengarnya, ia langsung berbanlik, membuka sepasang matanya yang indah dan bulat untuk memelototinya sambil berkata dengan kesal: “Aku tidak bisa membawa pisau ke Keluarga Sutedja untuk meminta keadilan, aku hanya dapat melampiaskannya padamu, siapa suruh kamu bermarga Sutedja.”

Wajah Rudy dipenuhi ketidakberdayaan dan perasaan sedih, tangan yang merangkul pinggangnya tiba-tiba mengencang, dan kedua tubuh itu saling berdekatan.

Pipi Clara memerah dan kedua tangannya berada di depan dadanya, “Rudy, apa yang kamu lakukan?”

“Dengan jarak sedekat ini, akan lebih mudah bagimu untuk melampiaskannya.” Rudy tersenyum, senyumnya seperti nakal bak senyum iblis.

Clara memelototinya, “Rudy, bisakah kamu bersikap normal satu hari saja, kepala putraku masih di perban, aku tidak mood untuk melakukannya denganmu sekarang.”

Mata Rudy sedikit menyipit dan menatapnya sambil tersenyum, “Nyonya Sutedja, di dalam kamusmu, “melampiaskan" dan "melakukan” apakah memiliki arti yang sama?”

Clara : “…………”

Dia merasakan di keningnya terdapat tulisan kata canggung yang besar, wajahnya memerah seperti udang rebus.

“Awalnya aku ingin membiarkanmu marah-marah dan memukulku untuk melampiaskan kemarahanmu. Karena Nyonya Sutedja tidak mau, maka istirahatlah lebih awal, besok aku masih akan menemanimu pulang ke rumah Keluarga Santoso.” kata Rudy sambil memeluknya.

“Untuk apa pulang ke rumah Santoso?” ketika Keluarga Santoso di sebut, Clara langsung mengerutkan kening.

“Pulang ke rumah tiga hari setelah hari pernikahan.” jawab Rudy tanpa daya.

Clara sempat merasa kesal, jika bukan karena Rudy mengingatkannya, ia sudah melupakannya.

Pulang di hari ketiga, tanpa perlu dibayangkanpun Clara sudah tahu, besok di rumah Keluarga Santoso pasti akan sangat ramai.

Keesokan harinya, Clara bersama Rudy, membawa tas besar dan tas kecil masuk ke gerbang pintu rumah Keluarga Santoso.

Asalkan mereka pulang, rumah Keluarga Santoso akan menjadi sangat ramai, sofa di ruang tamu penuh dengan orang, hingga penuh sesak. nenek Santoso dan Ester duduk di satu sisi sofa, dan Vito jarang-jarang punya waktu untuk menemani Ester.

Yunita dan Nalan Vi duduk di sisi yang lain. Elaine meringkuk di sebelah Yunita. Jelas-jelas pengantin baru, tetapi wajahnya terlihat sedih, Andika juga tidak muncul.

Setelah Rina diusir dari rumah Keluarga Santoso, Wini menjadi nyonya rumah dan menemani Santoso keluar masuk.

“Clara dan Rudy sudah pulang, Nenek dan ayahmu sudah menantikan kalian sejak pagi. Mereka juga meminta orang dapur untuk memasak semua hidangan yang kamu sukai.” Wini menyuruh pelayan untuk membawakan tas yang dipegang ditangan mereka. Ia tersenyum dengan penuh perhatian.

“Membuat nenek dan ayah repot,” jawab Clara sambil tersenyum, ia lalu duduk dengan Rudy di sofa.

Nalan Vi dan Rudy sudah saling mengenal sejak lama, mereka segera memulai pembicaraan. Vito ikut mengobrol beberapa patah kata sambil tertawa, ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bicara dengan Rudy.

Yunita sangat bijak, ia dengan ramah menyapa Clara, ia juga membawa Elaine bersamanya. Ester duduk di sebelah Nyonya Santoso, ia begitu sombong dan sama sekali tidak mengambil inisiatif untuk berbicara dengan Clara.

Ketika Clara menyapa nenek Santoso, ia juga menyapa Ester, Ester hanya menanggapinya dengan acuh tak acuh, dagunya terus diangkat sampai setinggi langit. Clara merasa dia sangat aneh.

Ruang tamu penuh dengan orang, berisik dan penat, membuat Clara sakit kepala, sehingga dia bertanya, “Di mana Bibi Wulan?”

“Bibi Wulan tahu bahwa kamu pulang, dia sendiri yang turun tangan untuk memasak dan sekarang sedang sibuk di dapur.” jawab Wini sambil tersenyum.

“Kalau begitu aku akan pergi ke dapur untuk membantu Bibi Wulan.” Clara berkata dan langsung pergi ke dapur.

Wulan dan Vivi sedang membantu di dapur, ketika melihat Clara masuk, Wulan dengan cepat menariknya ke samping.

“Mengapa Nona masuk kesini, di dapur penuh dengan asap masakan, bagaimana jika nanti kamu tersedak.”

“Aku bukan terbuat dari kertas yang tidak boleh kena asap dan minyak.” Clara memegang tangan Wulan dan berkata sambil tersenyum.

Wulan menatapnya dari atas ke bawah dan bertanya sambil tersenyum, “Tuan Muda Sutedja, apakah ia baik padamu? Apakah orang-orang di keluarga Sutedja mudah untuk diajak berbaur?”

“Cukup baik, mereka cukup baik.” jawab Clara menjawab dengan singkat. Mana mungkin dia berani menceritakan bahwa Wilson didorong dari atas tangga oleh Nona Sutedja. Jika Wulan tahu itu, ia pasti khawatir dan tidak bisa tidur.

“Apa benar baik-baik saja? Jangan bohongi aku, aku dengar bahwa keluarga kaya seperti empat keluarga besar itu sangat rumit, mereka semua seperti harimau. Kamu harus hati-hati.” Wulan tidak tenang dan memperingatinya.

Setelah Clara mendengarnya, ia hanya tertawa.

“Bibi, jangan khawatir tentang hal itu. Apa kamu tidak lihat Tuan Muda Sutedja melindungi Nona sampai seperti itu, bagaimana mungkin ia membiarkan Nona diperlakukan semena-mena!” Vivi menarik Clara, “Nona jarang-jarang datang kesini, bicaralah sesuatu yang penting.”

Vivi menganggap bahwa yang penting itu adalah gosip di Keluarga Santoso. ia meraih tangan Clara dan tidak hentinya membicarakan tentang pernikahan Elaine.

“Nona Elaine tidak puas dengan pernikahan yang diatur oleh keluarga Liu . Ia berdebat dan ingin merayakan pesta pernikahanya di luar negeri, kalau tidak, ia tidak mau menikah. Tuan Andika tidak punya pilihan selain berdiskusi dengan keluarganya. Namun Nyonya Liu juga tidak berdiam diri, ia datang sendiri langsung dan memarahi Elaine habis-habisan.” Begitu Vivi mengingat betapa ramainya hari itu, ia sungguh tidak kuat menahan tawa bahagianya.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu