Suami Misterius - Bab 459 Kembali Ke Sisimu

Pria ini terkenal dengan ahli mengekspos berita skandal di kalangan artis. Selama bisa menghasilkan uang, dia tidak segan-segan menghancurkan apapun.

"Setengah dari reporter itu telah mengambil keuntungan dariku. Mereka tahu bagaimana menulis laporan untuk besok. Aku juga sudah mengatur beberapa orang untuk menghajar Clara. Meskipun tidak cacat kali ini, lukanya pasti tidak ringan. "

Bibir merah bibi Yunita sedikit terangkat, dengan elegan mengambil tas tangan dan mengeluarkan kartu kredit premium, kemudian menyerahkannya kepada pria itu. "Ada dua miliar rupiah di kartu itu, tidak ada kata sandi, bergegaslah ke luar negeri setelah mendapatkan uang itu. Tuan muda keempat Sutedja tidak akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja, jika kamu jatuh ke tangannya, kamu akan sekarat meskipun tidak mati."

Pria itu mengambil kartu kredit premium itu dan dengan sengaja menyentuhnya tangan Yunita. Tangan Yunita putih, lembut dan harum, tidak heran dia adalah seorang artis yang bisa membuat orang yang melihatnya tergoda.

Yunita menarik tangannya dan melihat pria itu dengan jijik, "Cepat keluar!"

Pria itu mengambil kartu itu dan menyimpannya, kemudian membuka pintu mobil, lalu bergegas keluar dari mobil dan pergi.

Yunita melepas kacamata hitamnya dan mengeluarkan sebungkus tisu dari dalam tas, dan mengeluarkan dua lembar tisu, kemudian menyeka punggung tangannya yang disentuh oleh pria itu.

Setelah selesai menyeka tangannya, kemudian membuka jendela mobil dan membuang keluar tisu bekas itu dari jendela.

Kemudian, Yunita memakai kembali kacamata hitam besar dan memegang setir mobil.

Yunita tersenyum dingin, seperti yang sudah dia katakan sebelumnya, dia tidak akan pernah membiarkan Clara hidup tenang.

Yunita ingin melihat seberapa besar cinta Rudy kepada Clara, apakah Rudy bisa mentolerir kondisi Clara yang pernah berhubungan intim dengan pria lain.

Yunita menyalakan mesin mobil dan perlahan memutar setir, mobil perlahan melaju keluar dari gang.

...

Pada saat yang sama, Clara menangani lukanya di ruang pembedahan di rumah sakit.

Luka yang dialami Clara tidak ringan, tangan kanannya retak, lengan tangannya dan pergelangan kakinya terkilir, dan punggung kaki kirinya bengkak seperti roti.

Kepala Departemen bedah sedang memijat lengan Clara yang terkilir, Clara kesakitan hingga mengeluarkan air mata. Air matanya mengalir terkena luka di wajahnya, dan itu sangat menyakitkan.

Jika bukan karena Wilson, Clara tidak akan bergegas maju dan mungkin saja tidak akan mengalami luka parah seperti ini. Hal ini membuat orang merasakan kebesaran cinta ibu.

Setelah selesai menangani lukanya, Raymond dan penjaga keamanan menemani Clara keluar dari rumah sakit.

Begitu mereka keluar dari pintu masuk utama rumah sakit, mereka melihat Range Rover hitam yang diparkir di pintu. Pintu mobil di satu sisi terbuka, Rudy bergegas turun dari mobil.

Clara melihat Rudy, bergegas ke pelukannya langsung, dan menutupi seluruh wajahnya di depan dada Rudy.

“Jangan takut, tidak apa-apa, aku sudah kembali.” Rudy memeluknya dengan setengah badan, dagunya menekan lembut di kepala Clara."

Clara menangis terisak-isak dalam pelukannya sejenak, kemudian, dengan tertatih-tatih ingin menuruni tangga, tetapi Rudy langsung menggendongnya dan berjalan menuruni tangga, lalu membawanya masuk ke dalam mobil.

Rudy mengemudi sendiri dan membawa Clara menuju ke vila di daerah Marina .

Rudy membantu Clara berjalan memasuki pintu, Wilson bergegas menyambutnya seperti burung kecil.

“Ibu, ibu!” Wilson langsung digendong di dalam pelukan Rudy bahkan dia belum sempat menyentuh pakaian Clara.

"Ibu," Wilson memanyunkan bibir kecilnya dengan ekspresi sedih dan matanya terus menatap Clara.

"Ibu terluka, Wilson baik-baik ya, jangan menganggu ibu," Rudy berkata kepada anaknya.

Wilson mengangguk dan tampak sedikit mengerti, kemudian memutar pantat kecilnya turun dari tubuh Rudy, dan berjalan ke depan Clara.

Pria kecil itu sangat patuh. Dia mengulurkan tangan kecilnya yang gemuk dan memegang tangan kanan Clara yang sudah diperban dengan perban putih. "Ibu, apakah itu sakit?"

Clara perlahan berjongkok dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Setelah melihat Wilson aman, ibu merasa tidak sakit lagi."

Bagaimana pun juga, Wilson masih terlalu kecil dan belum sepenuhnya memahami kata-kata Clara. Wilson mengedipkan sepasang mata hitamnya yang tampak seperti anggur dan menatap Clara dengan ekspresi kosong.

“Biarkan Wilson meniupnya, setelah ditiup tidak akan sakit lagi.” Wilson mempraktekkan cara yang pernah dipakai oleh Clara, Wilson membuka mulut kecilnya dan meniup keras ke arah tangan Clara.

Hati Clara luluh melihat Wilson yang begitu serius, kemudian mengulurkan tangan kirinya yang tidak terluka dan memeluk tubuh Wilson yang lembut dan harum ke dalam pelukannya.

"Terima kasih Wilson, ibuku tidak sakit, tidak sakit sama sekali."

Wilson mengangkat dagunya, wajahnya terlihat senang. Ciuman manis mendarat di pipi Clara, wajah Clara basah karena air liurnya.

"Baiklah, ibu akan beristirahat. Kamu main bersama bibi." Rudy mengulurkan tangan dan menyentuh kepala kecil putranya, dan berkata dengan lembut.

Wilson dengan patuh pergi ke ruang tamu mencari Sus Rani untuk bermain.

Rudy menggendong Clara naik ke atas menuju kamar tidur. Lengan Clara melingkari leher Rudy, kemudian tersenyum dan berkata, "Meskipun kaki cacat, tetapi masih mendapatkan perawatan yang begitu bagus."

“Suka digendong?” Rudy mengangkat alisnya dan tersenyum ringan.

“Um, lumayan menyenangkan,” Clara mengangguk.

“Jika kamu suka, aku bisa menggendongmu sampai aku tidak bisa lagi berjalan,” Rudy berkata dengan serius.

Clara tertawa dan tidak berkata apa-apa, kepalanya bersandar ringan di dada Rudy.

Rudy membawanya kembali ke kamar tidur utama di lantai dua dan menempatkannya di sofa kecil di depan jendela kamar secara perlahan-lahan.

Setelah itu, Rudy berjongkok di depannya, mengulurkan tangan untuk mengangkat pergelangan kaki Clara dan memijatnya beberapa kali dengan ringan, lalu memijat bahu kanannya dan menggosok persendiannya beberapa kali, setelah itu, dia mengangkat dagu kecil Clara.

Kulit Clara putih, saat ini wajahnya membiru dan terlihat menyakitkan.

Rudy menghela nafas secara spontan, kemudian bertanya dengan wajah serius, "Apakah sakit?"

“Sakit.” Clara meraih tangannya,kemudian mengangkat wajahnya yang kecil dan sedikit cemberut, lalu menatapnya dengan tatapan sedih dan kasihan.

Rudy menjabat tangannya dengan ringan dan duduk di sofa di seberangnya, "Nona Santoso begitu berani hari ini, aku mengira kamu tidak tahu sakit."

"Rudy, apakah kamu memiliki hati nurani. Aku begini karena ingin melindungi putramu." Clara mengeluh.

"Lain kali sebelum kamu melakukan sesuatu, kamu harus berpikir panjang. Jika Wilson tetap di taman kanak-kanak, maka para awak Media itu tidak akan berani berbuat apa-apa kecuali menunggu dengan sabar. Wilson benar-benar aman di dalam taman kanak-kanak. Setelah itu, aku akan mengaturnya dengan baik."

Clara memanyunkan bibirnya dan tidak bisa berkata-kata. Dia mengakui bahwa dirinya kali ini sedikit gegabah. Karena masalah ini melibatkan anaknya, Clara sebagai seorang ibu, pasti sangat mengkhawatirkannya.

Rudy menghela napas melihat Clara yang tidak berbicara, dia mengulurkan tangannya dan memegang tangan Clara yang tidak terluka, kemudian memijat telapak tangannya dengan lembut.

"Clara, kenapa kamu tidak mencoba untuk mempercayaiku."

“Kamu, kamu berada di Beijing saat itu,” Clara menjawab dengan nada pelan.

Dia masih di Beijing pada saat itu, tentu saja Clara berpikir bahwa Rudy tidak bisa menolongnya tepat waktu.

"Gadis bodoh, di manapun aku berada, selama aku masih di dunia ini, jika kamu sedang dalam bahaya dan masalah, aku akan segera kembali ke sisimu."

Kata-kata Rudy membuat hati Clara merasakan sedikit sedih dan air matanya mengalir.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu