Suami Misterius - Bab 746 Bertanding Akting

Hati Su Loran sedikit gemetaran, senyuman di wajahnya tidak dapat dipertahankan lagi, air matanya juga hampir menetes dari matanya.

“Clara, bagaimana caranya agar kamu bisa memaafkan aku ?

Asalkan kamu bisa mengatakannya, aku akan berusaha semampu mungkin.”

Clara mengerutkan alis setelah melihat Su Loran yang bereaksi kasihan dan ingin menangis.

Dia paling malas melayani wanita yang suka berpura-pura dan suka menangis.

nenek Sunarya masih ada di sini, sebenarnya apa maksud tangisan Su Loran pada saat ini, hanya dirinya saja yang dapat mengetahuinya.

“Nenek, aku, kepala aku sakit sekali,”

Clara menahan kedua tangannya dia atas kepala, air matanya terus mengalir dari sudut matanya.

nenek Sunarya berjalan menghampiri sisi kasur dengan reaksi panik, lalu menarik tangan Clara dan berkata, “Clara, Clara, kamu baik-baik saja ?”

“Nenek, aku sakit kepala.”

Clara memegang tangan nenek Sunarya, lalu menangis dengan kesan kasihan.

Su Loran ingin bertanding tangisan dengan dirinya ?

Sepertinya Su Loran telah lupa, dirinya adalah seorang artis.

nenek Sunarya sangat panik, dia mengulur tangannya dan mendorong Su Loran, lalu buru-buru menekan bel di atas kasur, setelah itu, dokter dan suster datang menghampiri, keadaan di dalam kamar pasien menjadi kekacauan dalam seketika.

Su Loran langsung terlantar di samping, setelah itu, dia disuruh oleh nenek Sunarya untuk keluar dari kamar pasien.

“ Loran, kamu di sini juga tidak bisa membantu, pulang saja dulu.”

nenek Sunarya mengeluh nafas dan berkata.

“Nenek, aku…” Su Loran mengerutkan bibirnya dan ingin mengatakan sesuatu.

“Sudahlah.

Nenek tahu, kamu bukan sengaja mendorong Clara, kamu juga perhatian dengan kakak.

Clara adalah anak yang pengertian, dia pasti akan memaafkan kamu.”

nenek Sunarya selesai berbicara, langsung membalik badannya dan masuk ke kamar pasien.

Jelasnya masih sangat mengkhawatirkan Clara.

Su Loran terlantar begitu saja di luar kamar pasien, tangan yang berada di sisi tubuhnya telah mengepal dengan erat.

Sementara di dalam kamar pasien, dokter telah melakukan pemeriksaan pada kepala Clara, keadaan Clara tidak bermasalah, seharusnya sudah bisa pulang ke rumah setelah melakukan pemeriksaan sehari lagi, dokter terus mengingatkan padanya agar menjauhi luka di dahi dengan air, karena takutnya akan meninggalkan bekas pada lukanya.

nenek Sunarya mengucapkan terima kasih kepada dokter, lalu menyuap bubur kepada Clara.

Kepribadian Su Loran masih perlu dipertimbangkan, namun rasa dari bubur yang dibelinya memang lumayan enak.

Clara terus menyantap sampai habis.

“Tidur sejenak dulu, kalau sudah waktunya berangkat, aku baru bangunkan kamu lagi.”

nenek Sunarya menutupi selimut pada tubuh Clara, lalu menjaga di sisi kasur dan menatap Clara yang mulai ketiduran.

Clara sudah lama sekali tidak pernah tidur dengan nyenyak.

“Clara, jadwal pesawat dua jam kemudian, kamu bangun tidur dan beres-beres, kita sudah harus berangkat ke bandara.”

Ardian telah menyiapkan semua isi koper, bahkan juga menyiapkan pakaian Clara untuk hari ini.

Clara melirik sekilas gaun hitam yang berada tempat gantungan, sepertinya mulai melamun.

“Clara.”

Setelah Ardian memanggilnya, Clara baru sadar dari lamunan.

Clara membuka selimut pada tubuhnya, dia membersihkan badannya dengan sederhana dan menggantikan gaun hitam yang telah disiapkan, setelah itu dia berangkat ke bandara bersama Ardian.

Sebelum naik ke dalam pesawat, Clara menerima telepon dari Rudy.

“Clara, maaf, tidak bisa temani kamu pulang ke kota A.”

Di sisi lain dari telepon, suara Rudy sedikit serak dan lemas.

nenek Sunarya mengatakan bahwa Rudy sedang menjalankan tugas di luar kota, seharusnya sedang menjalankan tugas yang sangat penting dan sulit.

Clara menarik sudut bibir sendiri, pada saat ini, dia hanya bisa tersenyum pahit.

Setelah dirinya dan Rudy kembali ke keluarga Sunarya, kata-kata yang paling sering dilontarkan Rudy kepada dirinya adalah ‘maaf’ dan ‘maaf sekali’.

“Tidak apa-apa, ada ibu yang menemaniku.”

Clara berkata, “Kamu fokus kerja, jangan terpengaruh karena masalah aku.

Setelah kamu pulang, baru meluangkan waktu lagi untuk menemaniku,”

“Clara, jaga kesehatan.”

Rudy mengingatkannya.

“Iya, aku tahu.”

Clara menjawabnya, lalu berkata lagi :”Sudah harus masuk pesawat, aku matikan ponsel ya.”

Clara memutuskan sambungan telepon, lalu menjinjing kopernya dan masuk ke gerbang keberangkatan bersama Ardian.

Ardian memesan tiket kelas bisnis, keadaannya masih tergolong nyaman.

Clara menyandar di tempatnya, reaksi wajahnya tidak terlalu baik.

Ardian merapikan selimut Clara dengan perhatian, lalu menyuruh pramugari menuangkan air putih hangat untuknya.

“Luka kamu memang tidak terlalu parah, namun tetap harus perhatian, daripada meninggalkan efek lanjutan.”

Clara mengelus dahinya dengan refleks, lalu menarik sudut bibirnya dengan ekspresi murung, “Hanya terbentur saja, tidak terlalu parah, aku bukan terbuat dari kertas juga.”

“Masih sanggup bercanda, kelihatannya memang tidak parah.”

Ardian tersenyum.

“Lukanya tidak parah, hanya hati saja yang tidak terlalu nyaman.”

Clara mengeluh dengan nada ringan, lalu menoleh ke luar jendela dengan refleks, pada saat ini, pesawat sudah menembus awan di udara, lalu beterbangan stabil di dalam stratosfer.

Cahaya di luar jendela sangat indah, namun Clara tidak ada selera untuk menghayatinya, bagaimanapun tujuan penerbangannya pada kali ini adalah untuk berduka.

Ardian menatapnya, lalu berkata dengan nada tidak berdaya, “Pada saat seperti ini, Rudy memang harus menemani di sisimu.

Tetapi dia juga tidak berdaya, kamu usahakan untuk pengertian padanya, istri tentara memang sangat tidak mudah.

Lagi pula, saudara keluarga Sunarya, tidak ada yang mudah teratasi.”

“ Su Loran itu, dia seolah-olah sengaja menentangku.”

Clara berkata.

Sebenarnya, selain kejadian nenek Xie pada kali ini, Su Loran tidak pernah menyakitinya.

Su Loran selalu memperlihatkan reaksi lembut dan elegan, bahkan sering membantunya.

Akan tetapi, berdasarkan naluri seorang wanita, Clara selalu merasa bahwa Su Loran bukan wanita yang sederhana.

“Aku tidak banyak berinteraksi dengan Su Loran, juga tidak tahu bagaimana kepribadiannya.”

Tetapi keluarga Sunarya dan keluarga Su pernah ada perjanjian verbal dalam relasi pernikahan.

Namun setelah itu Rudy sudah memiliki kamu dan Wilson, perjanjian ini langsung terabaikan begitu saja.

Seandainya Su Loran memang sengaja menantang kamu, kemungkinan besarnya juga karena hal ini.”

Ardian berkata.

Clara mengerti seketika, orang keluarga Sunarya sudah terlanjur memberikan harapan kepada orang keluarga Su, namun akhirnya malah mengecewakan harapan mereka, wajar saja kalau Su Loran merasa dendam dengannya.

“Keluarga Sunarya dan keluarga Su, tidak bisa memutuskan hubungan interaksi ya ?”

Clara bertanya.

Ardian menggeleng kepalanya, “Susah sekali.

Kakek Su meninggal dunia karena terlibat oleh kakek Sunarya, seandainya memutuskan hubungan interaksi, keluarga Sunarya akan mendapatkan nama buruk sejenis lupa budi.

Keluarga besar seperti keluarga Sunarya, bertahan hidup juga hanya demi nama baik.”

“Capek sekali hidupnya.”

Clara menggeleng kepala dan mengeluh ringan, dia menyandar tubuhnya pada kursi, lalu memejamkan matanya dan merenung sendiri.

Ardian merapikan selimutnya dengan gerakan lembut, lalu juga istirahat di tempatnya.

Dua jam kemudian, pesawat mendarat di bandara kota A.

Mereka berdua keluar dari bandara dan masuk ke dalam taksi.

Sebenarnya Clara tidak terlalu lama meninggalkan tempat ini, namun ketika kembali lagi ke kota A pada saat ini, dia merasa sepertinya waktu telah lama berlalu.

Mungkin saja, hatinya yang berubah.

Taksi perlahan-lahan berkendara, villa di jauh mata perlahan-lahan masuk ke dalam pemandangannya.

Wulan keluar rumah setelah mendengar suara mobil, namun setelah melihat Clara yang turun dari taksi, dia langsung menyambutnya dengan ekspresi kesenangan.

“Nona, kamu kenapa pulang, kangen sama bibi ya.”

Wulan menarik tangan Clara, air matanya sudah hampir menetes keluar mata.

“Aku tentu saja kangen sama bibi, maaf ya, baru menjenguk sekarang.”

Clara mengulur tangan untuk memeluk Wulan, lalu mengenalkan padanya, “Bibi Wulan, ini ibu mertuaku.”

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu