Suami Misterius - Bab 327 Menampar Dengan Kuat

Afri selesai mendengar kata-katanya, menggeleng kepala dan tersenyum keceplosan, “Kamu tidak takut kalau hubungan kita ketahuan, malahan takut dimarahi sama manager ya ?”

“Dia galak sekali kalau maki orang.” Asnifa menahan pinggang dengan kedua tangannya, mulai praktek gaya manager yang sedang memaki orang.

Membuat Afri tertawa terbahak-bahak.

“Kamu ya, penyakit ceroboh selamanya tidak dapat berubah, masuk ke dalam tidak pernah menutup erat pintunya.”

“Aku terlalu khawatir padamu, makanya bisa lupa.” Asnifa mengulurkan lidah, dengan tampang wajar dan tidak berdosa.

……

Sementara pada saat ini, Melanie sedang bersembunyi di dalam jalan akses darurat, tangannya menahan di bagian dada. Barusan, dia hampir berkeringat dingin karena ketakutan.

Pintu kamar pasien yang tinggal Afri sudah tertutup rapat, dia juga tidak dapat mencuri dengar lagi, oleh sebab itu, dia hanya bisa diam-diam turun ke lantai bawah.

Pada lantai bawah rumah sakit, mobil Clara selalu parkir di sana.

Melanie dengan cepatnya masuk ke dalam mobil, setelah itu, supir baru menyalakan mesin mobilnya.

“Teleponmu barusan hampir membuat aku tertangkap basah.” Melanie menepuk dadanya lalu berkata, dan masih merasa sedikit ketakutan.

Clara memelototinya sekilas, “Kalau kamu tidak turun lagi, pesawat tidak akan menunggu kamu.”

“Aku ada perhatikan waktu, barusan mau pulang, ponselku sudah berdering. Teleponmu kali ini hampir merengut nyawaku.” Melanie mulai mengeluh.

“Kamu yang hampir merengut nyawaku !” Clara melotot sekilas, “Kamu asistenku, kalau tertangkap basah juga aku yang malu.”

“Untung saja aku cerdik.” Melanie menyombongkan diri, “Kamu tidak penasaran dengan hubungan Asnifa sama Afri ya ?”

“Kalau bukan saudara berarti kekasih. Seingat aku di berita pernah bilang bahwa, Asnifa saat ini sedang syuting di kota C, kalau hanya hubungan pertemanan biasa tidak mungkin datang dari sejauh itu.” Clara berkata dengan nada datar, tidak terlalu penasaran dengan gosip orang lain.

“Beberapa waktu yang lain, ada rumor di internet yang mengatakan bahwa Asnifa sedang diam-diam berkencan dengan seorang aktor, ternyata orang ini adalah Afri.” Melanie dengan antusias menceritakan sekali lagi kata-kata yang di dengarnya barusan.

Clara selesai mendengarnya, juga tidak bisa bertahan untuk berkeluh. Sepasang kekasih kecil ini tidak mudah juga.

“Harga diri Afri sangat tinggi, perusahaan management Asnifa langsung menyangkal hubungan mereka secara umum, Afri pasti tidak bisa terima.” Clara berkata dengan nada datar.

Jadi, mau jadi lelaki yang mengandalkan wanita juga harus ada kekuatan batin dan kulit muka yang tebal, untuk titik ini, Afri benar-benar harus banyak belajar dengan Rudy, Rudy sebelumnya bisa meminta wanita menghidupi dirinya dengan gaya yang sewajarnya.

“Jaga baik-baik mulut sendiri, masalah yang kamu lihat hari ini, tidak boleh tersebar dari mulut kita.” Clara mengingatkan Melanie .

“Tenang saja, aku tahu apa yang boleh dikatakan, apa yang tidak boleh dikatakan.” Melanie menjawabnya.

Mereka berdua baru saja tiba di bandara, setelah melewati pemeriksaan, baru saja mau naik pesawat.

Perjalanan dari kota W menuju ke kota A membutuhkan waktu penerbangan 2 jam, Clara turun dari pesawat, sebenarnya dia berniat langsung pergi ke Sutedja Group, sambil menunggu Rudy pulang bersama.

Akhirnya, dia baru saja menginjak ke luar bandara, langsung terima telepon dari Vivi.

“Nona, bibi bilang kamu naik pesawat hari ini ya pulangnya. Kamu sekarang sudah tiba di kota A kan, cepat pulang nonton drama seru.” Suara Vivi membawa nada kesenangan yang tidak dapat di sembunyikan.

Clara ragu sejenak, tetap saja telepon ke Rudy terlebih dahulu.

“CEO Sutedja, jam berapa pulang kerja ?” Clara tersenyum senang dan bertanya.

“Sudah pulang ya ?” Rudy tersenyum lembut, setelah itu, membawa nada maaf dan berkata :”Malam ada bersosialisasi, mungkin akan lebih malam pulangnya, besok temani kamu.”

“Baiklah.” Clara berkata, “Kebetulan bisa pulang ke keluarga Santoso sambil nonton drama heboh.”

Memutuskan teleponnya, Clara berpesan kepada supir di depannya untuk putar balik, berkendara menuju ke rumah keluarga Santoso.

Ketika dia pulang ke keluarga Santoso baru menyadari bahwa, bukan hanya heboh, tetapi sudah sangat kacau.

Rina duduk di atas sofa ruang tamu, menangis dengan tragis, sepertinya akan pingsan kapanpun karena tangisannya.

Wini terjatuh duduk di atas lantai, bajunya kacau, rambutnya berantakan, tidak bisa menghentikan bahunya yang gemetaran, dan menangis tersedu-sedu.

nenek Santoso duduk di sofa sebelah dengan ekspresi suram, reaksinya tidak terlalu baik, namun tidak mirip dengan emosi.

Sedangkan Yanto sedang berdiri di samping Wini, rambut pendeknya sedikit berantakan, kemejanya juga berlipat tidak rapi, dengan tampang kekacauan yang jarang diperlihatkan.

Elaine memeluk ibunya, ibu dan anak ini saling berpelukan, Elaine terus memaki, jarang sekali dia mengeluarkan kata-kata seperti ini, “Wanita jalang yang tidak tahu malu, wanita sialan, hanya bisa menggoda lelaki yang sudah beristri…..”

Clara berdiri di depan pintu, tiba-tiba tidak mengerti kondisinya. Elaine sedang memaki dirinya sendiri ? Atau sedang memaki ibunya Rina ya ? Otaknya bermasalah ya !

“Nona.” Wulan melihat Clara pulang pada waktu seperti ini, khawatir dirinya akan terlibat dalam masalah ini, buru-buru menarik lengannya dan naik ke lantai atas.

Di dalam ruang tamu sedang kacau balau, tidak ada yang memperhatikan kedatangannya.

Clara mengikuti Wulan pulang ke kamarnya sendiri, baru bertanya dengan penasaran, “Bibi Wulan, sebenarnya apa yang terjadi ?”

Wulan menghela nafas, menggelengkan kepalanya, lalu menjelaskan dengan nada kesusahan :”Tuan semalam terlalu banyak minumnya, tidak tahu juga kenapa bisa tidur di kamar Wini, pagi ini tertangkap basah sama nyonya, makanya menjadi ribut lagi.”

Clara selesai mendengarnya, membuka lebar mulutnya karena kekagetan, beberapa saatnya baru mengeluarkan suara, “Tidur bersama juga belum tentu akan melakukan sesuatu kan.”

“Kalau tidak melakukan sesuatu, tidak mungkin akan ribut seperti ini.” Wulan berkata dengan wajah kemerahan. Bahkan dia saja merasa sangat memalukan.

“Umur tuan juga tidak muda lagi, kenapa masih saja mata keranjang. Sebelumnya berselingkuh dengan Rina, makanya baru bercerai dengan ibumu. Aku masih mengira betapa setianya dia terhadap Rina, ternyata, sekarang masih terjadi lagi skandal seperti ini. Wini baru berumur tiga puluhan, dengan umur sekecil ini sudah bisa menjadi anak perempuannya, dia tega juga melakukannya.”

Clara selesai mendengarnya, mengeluh dengan suara sinis. Bagi seorang lelaki, wanita tentu saja semakin muda semakin bagus. Yanto yang sebagai manusia sampah akan melakukan hal seperti ini, sebenarnya juga sangat tidak heran.

Akan tetapi, Wini juga bukan wanita yang gampang di atur dan tidak berotak, dia masih saja dapat membuat Yanto naik ke atas ranjangnya biarpun di dalam pengawasan Rina.

Seandainya dikatakan kejadian ini hanyalah sebuah kecelakaan, Clara mati pun tidak akan percaya.

“Nona, buat apa aku sembunyi di kamar ? Di bawah sudah hampir berkelahi, cepat kita saksikan.” Vivi mendorong pintunya dan masuk ke dalam, menarik lengan Clara untuk berjalan keluar.

“Kalian berdua jangan terlibat dalam masalah.” Wulan memesan dengan nada tidak tenang.

Vivi sangat pintar, menarik Clara bersembunyi di sudut tangga, kebetulan bisa menyaksikan semua kejadian yang terjadi di lantai bawah.

Elaine langsung menerkam ke arah Wini dengan emosional, memukul dan menendang Wini. “Dasar wanita jalang yang tidak tahu malu, aku mau bunuh kamu, mati saja kamu !”

Wini mengerutkan tubuhnya dan berbaring di atas lantai, tidak mengeluarkan suara apapun, hanya tersisa suara tangisan yang tipis, kelihatannya benar-benar sangat kasihan.

Yanto langsung menjadi emosi, beranjak ke depan untuk menarik Elaine, lalu berkata dengan nada emosi :”Elaine, kamu tidak berhak memukulnya.”

Bagaimanapun mengatakannya, Wini juga termasuk wanitanya Yanto, apalagi masih masa-masa segar, Elaine saat ini menyentuh Wini, memang bukan tindakan yang cerdas.

Clara mulai menebak, seharusnya saat ini Wini memang sengaja memancing emosi Elaine.

Rina melihat anak perempuannya di tegur, juga mulai kehilangan ketenangan hari biasanya, lalu bertanya dengan suara histeris :”Yanto, beberapa tahun ini, aku berusaha dan bekerja keras demi keluarga Santoso, biarpun tidak ada kontribusi tetapi juga ada kerja kerasnya, jadi begitu caramu membalas aku ? Tidak merasa bersalah padaku ya !”

Clara sembunyi di sudut tangga, mendengar suara Rina yang histeris, dia hanya merasa sangat lucu. Pada sebelumnya, saat dirinya berselingkuh dengan Yanto, kenapa tidak merasa bersalah terhadap Evi. Apakah Evi tidak berkontribusi terhadap keluarga Santoso, atau tidak berusaha keras ?

Dapat terlihat bahwa, apabila lelaki ingin selingkuh, tidak ada hubungannya dengan kebaikan istrinya.

Oleh sebab itu, kata-kata yang dilontarkan Rina memang benar-benar menampar muka Yanto, tentu saja dengan tamparan yang berkekuatan. Akan tetapi, muka Yanto dan Rina termasuk golongan yang lebih tebal dibanding dinding, sepertinya juga tidak takut dengan tamparan.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu