Suami Misterius - Bab 113 Cowok Tidak Nakal Cewek Tidak Cinta

Wilson menyukai mesin gelembung baru itu,

Tidak cukup bermain di luar, pulang ke rumah dan terus bermain, menyemprot lantai ke mana-mana, Clara juga sakit kepala, bahkan membujuknya juga tidak bisa membuat dia berhenti main mesin gelembung.

“Kamu bilang main bentar ya bentar, kamu bisa kan ambil mesin gelembungnya.” Clara juga menaruh kekesalannya pada Rudy.

hati berpikir: kamu bisa ambil kan, anakmu apa tidak akan ngomel.

Hasilnya, dia melihat Rudy berjalan di depan Wilson. Wajahnya yang tampan dan dia mengulurkan telapak tangannya, hanya mengucapkan dua kata, "Bawa sini."

Wilson menyerahkan mesin gelembung dengan patuh, meskipun dia sedikit menggerakkan mulutnya untuk menunjukkan ketidakpuasannya, dia tidak menangis.

Clara melihat ini. Putra yang dicintainya hanya berani membully dirinya, anak nakal ini benar-benar memanfaatkan hati lembutnya.

Clara melompat langsung dari sofa, merngepalkan lengannya dan menarik lengan bajunya, berpikir: Hari ini harus memberi tahu pria kecil ini betapa galaknya dia.

Hasilnya, dia berjalan dengan marah di depan Wilson. Wilson mengulurkan tangan kecilnya, berteriak dengan wajah senang, "Ma, peluk."

Hati Clara tiba-tiba melunak menjadi genangan air dan menempatkan putranya di tangannya secara langsung.

Rudy mengerutkan kening.

“Bereskan lantai.” Rudy menginstruksikan, lalu melemparkan mesin gelembung ke tempat sampah dan berjalan ke atas.

Pekerjaan Clara semakin sibuk dan semakin sedikit waktu di rumah, tetapi begitu dia kembali, apartemen sangat ramai, satu besar dan satu kecil naik turun lantai atas bawah, seperti apartemen terbalik-balik.

Sebelum Wilson pergi tidur, Rudy tidak bisa bekerja.

Untungnya, Wilson tidak tidur siang ini, pergi tidur lebih awal di malam hari. Namun, begitu Rudy menyalakan komputer, Clara juga mengetuk pintu dan masuk.

"Ini baru jam tujuh, kamu juga tidak tidur seawal ini kan, keluar dan berjalan-jalan?"

“Kamu sangat populer sekarang, tidak takut diikuti oleh wartawan ketika kamu pergi?” Kata Rudy.

“Pada saat ini, wartawan paparazzi juga sudah pulang kerja, jalan, aku traktir kamu makan sate.” Clara juga bisa melempar mantelnya kepadanya, keduanya pergi bersama.

Rudy berpikir Clara bilang sate adalah barbekyu di restoran sate, tapi dia tidak menyangka wanita benar-benar membawanya ke tukang sate.

Tukang sate berdiri di samping jalan, aroma api arang menusuk.

Clara juga memilih untuk duduk di tempat yang sepi orang, berteriak untuk memesan pesanan utama.

"10 tusuk sate kambing, 10 tusuk sate ayam, 10 tusuk sate sayur dan jamur, 5 tusuk sayap ayam, selusin bir, oh, lalu beri dia dua tusuk sate dada ayam, yang gede."

Rudy: "..."

Tidak banyak orang di warung barbekyu.

Clara juga membawa bir di satu tangan dan tusuk sate di satu tangan. Mata Rudy menatapnya dengan hangat dan senyumnya agak tidak berdaya.

"Clara, kamu dimananya mirip wanita berkelas?"

"Huh, bicaramu kayak kamu sudah melihat begitu banyak wanita berkelas. Yang disebut wanita berkelas semua terlihat cerah dan cantik di permukaan, mereka tidak semua anggun dan bermartabat. Jika kamu membuka wajah mereka yang depan lalu yang belakang, kalau tidak jengkel baru aneh." kata Clara dengan mendengus.

Rudy berpikir juga apa yang dia katakan cukup masuk akal. wanita berkelas yang dia sudah temui indah dan anggun, tetapi mereka pasti membuat orang merasa berpura-pura, jauh dibanding Clara yang nyata dan jujur.

Clara juga dapat menggigit tusuk sate dan terus berkata, "Faktanya, menjadi wanita berkelas apa baiknya, hidup diatur ketat, harus pura-pura agar bisa menikahi pria kaya dan berkuasa. Sebelum menikah dikekang orang tua, setelah menikah tergantung suami, hidupnya benar-benar lelah. Faktanya, kebebasan dan bahagia merupakan hal yang paling penting di hidup. Sama seperti aku, aku pikir lobster tidak seenak udang, wine tidak seenak bir, kalau sampingku bukan orang yang kucinta, aku di istana juga tidak bahagia "

“Cinta?” Jari panjang Rudy mengambil satu tusuk sate dada ayam dari piring, melirik Clara.

Clara juga memiliki rona merah di pipinya dan menatapnya dengan tajam.

"Kamu tidak serakah," kata Rudy sambil tersenyum.

Clara juga makan sebagian besar dari sate di piring, bersendawa, minum bir, menjawab, "sekaya apapun orang, juga cuma bisa makan tiga kali sehari, jika punya uang banyak, tidak bisa habiskan juga, uang cuma angka. "

Karena itu, dia tidak pernah merasa tertekan ketika menggunakan uang Tianxing Media untuk amal. Lebih bermakna membelanjakan uang untuk orang-orang yang membutuhkannya daripada menyia-nyiakannya.

Setelah Rudy mendengarnya, senyum di bibirnya melembut. Ya, dia mengenal terlalu sedikit orang di dunia ini. Banyak orang seumur hidupnya tidak sebanding dengan seorang gadis kecil di awal usia dua puluhan.

Clara juga makan sampai bersendawa dan hendak memanggil pemilik warung untuk bayar bill.Tiba-tiba dia melihat sekelompok orang datang di seberang jalan di sebelahnya. Saat itu, dia merasa sedikit pusing.

Keluar hari ini dia lupa melihat ramalan, benar-benar jalan yang sempitbertemu orang-orang yang memukul Melanie dan Miko di bar hari itu. Pria botak menuju Clara yang sedang membuka botol bir.

Pria menatapnya, tampaknya mengenalinya, menyeberang jalan dengan puluhan pria.

Clara juga tidak meminum bir dan menarik Rudy pergi.

“Ada apa?” ​​Rudy bertanya dengan bingung, dia diseret ke depan dan berjalan memutar. Belum beberapa langkah, dia dikelilingi oleh sekelompok orang.

Pria botak dengan senang hati menatap Clara, wajahnya menjadi lebih tebal dan mesum. "Kita benar-benar ditakdirkan untuk bertemu lagi di sini. Aku tidak sangka sudah menjadi bintang besar dalam sekejap mata."

Setelah pria botak selesai berbicara, matanya mengembara ke sana kemari antara Clara dan Rudy, matanya akhirnya jatuh ke tangan keduanya yang dikepal bersama.

Tangan kecil Clara berwarna putih dan lembut, dipegang di telapak tangan oleh tangan ramping Rudy, tangan Clara terlihat seindah batu giok putih yang sempurna, melihatnya saja sudah membuat pria menelan ludah.

"Apakah ini... seorang pengawal? Atau gigolo? Sudah kenyang buru-buru membuka kamar ya. Aku dengar artis wanita nafsunya besar. Kalau dia tidak cukup sendirian, kami bisa membantu, yang penting pastikan servicemu oke. "Pria botak berkata dengan senyum licik.

"Jaga mulutmu." Clara benar-benar ingin menampar wajah pria ini. Tetapi ada banyak orang di pihak musuh, orang pintar hanya bertarung jika pasti menang..

Meskipun Rudy tidak berbicara lama, sepasang mata yang dalam menjadi sangat dingin. Para preman ini tidak mengenalnya. Di lingkungan bisnis, semua orang tahu juga Tuan Keempat Sutedja tidak akan mudah marah, tetapi matanya yang dingin benar-benar menandakan seseorang ditakdirkan buruk.

Para preman bahkan tidak tahu kalau mereka bermain api, mereka bisa menggoda Clara dengan mulut yang kotor. "Mulut kakak tidak bersih, ini disebut asik, bukannya cewek senang beginian, cowok tidak nakal cewek tidak cinta.”

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu