Suami Misterius - Bab 957 Kacau Balau

Ada yang bersenang hati, pastinya ada juga yang bersedih hati.

Hari ini sudah hari keempat setelah Yaya diculik, hingga saat ini juga masih belum ada kabar apapun, Talia menangis pada setiap waktu, sehingga sepasang matanya telah bengkak kemerahan.

Ahmed terlibat ke dalam skandal perselingkuhan, saat ini diberhentikan dari jabatan untuk diselidiki, kehidupannya juga sangat tidak lancar. Dia berdiskusi dengan Talia dan meminta Talia untuk turut menyelesaikan skandal tersebut. Namun Talia hanya melototnya dengan mata yang kemerahan dan terus mengusirnya.

Paman kedua Sunarya terus mencari relasi di sana sini dan hanya mengalami jalan buntu. Namun nyonya kedua Sunarya hanya terus memaki Talia sebagai wanita pembawa sial.

Dalam seketika ini, seluruh keluarga Sunarya menjadi kekacauan.

Namun pada saat ini juga, Pengasuh yang menjaga Yaya malah kembali dengan selamat.

Pihak kepolisian menghubungi Talia agar dia dapat menjemput orangnya.

Pada saat Talia tiba di kantor polisi, Talia melihat Pengasuh yang sedang duduk di atas kursi dan sangat berantakan, kelihatannya sangat ketakutan sekali, seluruh tubuhnya juga terus bergemetar.

Talia tidak melihat keberadaan Yaya ketika tiba, sehingga langsung beranjak menghampiri dan memegang kedua pundak Pengasuh, lalu bertanya dengan nada keras :” Kak Chen, Yaya di mana ? Anakku di mana ?”

Pengasuh tidak sanggup berbicara karena masih ketakutan, sehingga hanya bisa menangis tersedu-sedu.

“Nyonya Sunarya, kamu tenang dulu, pelan-pelan bicaranya.” Seorang petugas polisi datang menghampiri, lalu mulai menasihatinya.

“Anakku sudah hilang, bagaimana aku bisa tenang !” Talia yang kehilangan kendali langsung mendorong petugas tersebut dengan kuat.

Keluarga Sunarya tidak berani melapor polisi dikarenakan khawatir kalau tindakan ini akan memancing amarah penculik dan akhirnya akan mencelakai Yaya. Namun saat ini Pengasuh justru masuk kantor polisi, kelihatannya masalah Yaya diculik sudah tidak dapat disembunyikan lagi.

Pada saat ini, Talia telah terjerumus ke dalam kondisi hilang kendali, dia takut sekali kalau dirinya tidak bisa bertemu lagi dengan Yaya.

Talia masih ingat bahwa pada pagi hari itu dan sebelum berangkat ke sekolah, Yaya masih terus membujuk dirinya untuk membeli sebuah pensil warna yang baru.

Teman sebangku Yaya telah membeli seperangkat pensil warna yang bermotif the pink panther, Yaya sangat menyukai pensil tersebut dan terus membujuk kepada Talia.

Meskipun Talia sangat memanjakan anak perempuannya, namun dia juga tidak ingin memberikan didikan yang tidak layak kepada anaknya, oleh sebab itu dia berkata kepada Yaya dengan reaksi serius :”Pensil warna milikmu baru saja dibeli pada minggu lalu, jadi setidaknya harus menggunakannya hingga akhir semester ini baru boleh ganti yang baru lagi. Yaya, kamu tidak mesti mempunyai barang yang dimiliki orang lain. Kita hidup di zaman sosial ini, semuanya harus berjalan sesuai aturan, tidak ada siapapun yang selalu bisa mendapatkan hal yang diinginkannya.”

Namun bagaimanapun Yaya hanya seorang anak kecil yang tidak terlalu mengerti kenyataan orang dewasa, sehingga masih sangat bingung dengan kata-kata Talia.

Pada pagi hari itu, Yaya sangat tidak senang dan tidak terlalu banyak makan sarapannya, bahkan pada saat berangkat juga tidak berbicara dengan Talia.

Talia tidak kepikiran bahwa mungkin saja hari itu akan menjadi hari terakhirnya Yaya berpamitan dengannya.

Apabila dia mengetahuinya, dia tidak akan membiarkan Yaya pergi dengan penuh kekecewaan.

Setelah itu, Talia membeli berbagai pensil warna the pink panther di swalayan, namun Yaya sama sekali tidak pernah kembali lagi.

“Nyonya Sunarya, kamu tenang dulu, emosional tidak bisa menyelesaikan permasalahan apapun.” Petugas polisi berkata dengan nada tinggi.

Namun Talia tetap saja menggenggam pundak pengasuh dengan kedua tangannya, lalu menangis dan terus menatapnya.

Pengasuh tidak berbicara sama sekali, akhirnya Talia hanya bisa melepaskannya dengan tidak berdaya, lalu jatuh terduduk di sampingnya.

Petugas polisi menuangkan dua gelas air hangat, dia memberikan satu gelasnya kepada Talia dan memberikan satu gelasnya lagi kepada pengasuh .

Talia meminum airnya, lalu mengerut bibir dan tidak berbicara apapun.

Dengan bimbingan dan konseling dua petugas polisi, akhirnya emosional pengasuh kembali mereda dan sanggup berbicara.

“Hari itu, aku menjemput anak dari sekolah, lalu terjadi kecelakaan mobil di tengah jalan, supir memanggil sebuah mobil taksi untuk kami. Setelah itu aku dan Yaya juga duduk ke dalam mobil taksi tersebut, supir taksi adalah seorang pria berumur tiga puluhan.

Setelah mobilnya berkendara beberapa saat, aku menyadari kejanggalan pada alur perjalanan, sehingga juga bertanya dengan supirnya. Supirnya mengatakan bahwa bagian jalan jembatan tinggi sedang macet, saat ini dia berkendara lewat jalan pintas. Aku bukan orang setempat dan tidak terlalu mengetahui dengan arah jalan, sehingga tidak terlalu memperhatikannya.

Setelah itu mobil berkendara ke dalam sebuah gang kecil, lalu ada dua orang pria yang masuk ke dalam mobilnya lagi. Aku mengira bahwa supirnya ingin menambah penumpang, ketika baru saja ingin menolaknya, mulutku sudah tersumbat oleh dua pria yang baru masuk mobil.

Setelah itu, aku dan Yaya dibawa ke dalam sebuah gedung terlantar dan terkunci di dalam sebuah kamar yang gelap, makan tidur dan segalanya hanya berada di dalam kamar tersebut.

Beberapa orang itu terus mengawasi di luar pintu. Pintunya tidak kedap suara, sehingga kami dapat mendengarkan semua gerak gerik mereka, termasuk makan minum atau memaki orang. Kedua tangan dan kaki kami juga terikat dengan tali, mulut kami ditempel dengan lakban, hanya pada saat makan saja mereka baru melepaskan kami.

Aku melarikan diri pada saat mereka tidur kemabukan…”

Petugas polisi mendengar dan mencatat pernyataan pengasuh, ketika baru saja ingin bertanya, Talia sudah beranjak menghampiri dengan hilang kendali, kedua tangannya terus menyeret baju pengasuh .

“Kamu melarikan diri, tetapi malah membiarkan anakku jatuh di tangan para penculik ? Bagaimana kalau mereka membunuh sandera !”

Pada kenyataannya, tidak salah juga apabila Talia kehilangan kendali.

Dalam keadaan normal, apabila ada salah seorang sandera yang melarikan diri di antara dua orang sandera, identitas dan tempat persembunyian penculik akan lebih gampang ketahuan oleh pihak kepolisian, sehingga penculik mungkin saja akan membunuh sandera yang tersisa dalam keadaan emosi.

Pengasuh terus dijambak dan dipukul oleh Talia, seluruh wajahnya sudah berubah bentuk, namun dia terus menangis dan menjerit :”Aku melompat dari gedung lantai dua dan berlarian lewat sebuah gang kecil, akhirnya baru berhasil melarikan diri. Aku juga kepikiran untuk lari bersama Yaya, tetapi dia yang tidak berani melompat. Dia menyuruh aku lari sendiri dulu, lalu mencari ibunya untuk datang menolongnya…”

Pengasuh menangis tersedu-sedu.

Berbagai penculik tersebut sering kemabukan setelah minum alkohol. Sebenarnya Pengasuh juga memiliki banyak kesempatan untuk melarikan diri, namun dia tidak melakukannya, dikarenakan dia tidak ingin meninggalkan Yaya.

Namun para penculik tersebut mengatakan bahwa akan membunuh mereka dalam beberapa hari ini, apabila dia tidak melarikan diri lagi, takutnya dirinya dan Yaya hanya bisa terbunuh begitu saja oleh mereka.

“Tempat mereka mengurung kami terletak di sebuah gedung terlantar pada belakang halaman sekolah dasar, setelah melarikan diri, aku diselamatkan oleh guru di sekolah tersebut. Mengenai orang yang menculik kami, aku dengarnya ada yang memanggil dia sedang sebutan Amri, satunya lagi bernama Kak Dalika .”

Pengasuh sambil menangis dan sambil berkata.

Setelah itu, pihak kepolisian langsung memerintahkan anggotanya berangkat ke gedung yang berada di sekolah dasar tersebut, lalu menjalankan pemeriksaan secara keseluruhan.

Akan tetapi, pada saat mereka tiba di tempat, penculik telah melarikan diri dengan membawa Yaya.

Talia berjongkok di kamar gelap yang pernah mengurung Yaya.

Ahmed datang dengan terlambat. Pada saat dirinya tiba di tempat, anggota kepolisian telah bubar. Sepatu kulit hitamnya sedang menginjak pada lantai yang penuh dengan debu, lalu perlahan-lahan menghampiri sisi Talia, setelah itu mengulurkan tangan dan memeluknya.

“Sudahlah, jangan menangis lagi.” Ahmed menghiburnya :”Aku sudah membahas dengan orang yang bertanggung jawab di pihak kepolisian, berdasarkan logika normal, apabila penculik ingin membunuh sandera, seharusnya mereka akan membuang mayat Yaya di tempat ini. Seandainya masih tidak menemukan mayatnya, tandanya Yaya masih hidup.”

Talia mengangguk, lalu bertanya dengan suara serak :”Yaya kita di mana ? Sebenarnya dia di mana ?”

“Akan ketemu, pasti akan ketemu.” Ahmed mengeluh dan berkata.

Para penculik tersebut meninggalkan tempat dengan buru-buru, sehingga meninggalkan berbagai barang di tempat persembunyian.

Polisi telah mengambil DNA dan sidik jari yang melekat pada barang tersisa, mungkin saja tidak lama lagi sudah bisa menemukan sasarannya.

……

Sementara pada saat yang sama, Aldio juga menceritakan hal tersebut kepada Rudy.

“Setelah melepaskan pengasuh, Su Dalika dan temannya telah mengalih ke pabrik yang berada di Kota Barat, di tempat gedung terlantar sengaja menyisakan barang yang pernah digunakan mereka, Su Dalika memiliki riwayat kejahatan, apabila menyelidiki berdasarkan sidik jari dan DNA, seharusnya pihak kepolisian sudah bisa menemukan sasarannya. Istrinya Su Dalika mengetahui bahwa Su Dalika pernah bekerja di pabrik kimia tersebut, apabila diancam oleh polisi, seharusnya dia akan melontarkan semua hal yang diketahuinya.”

“Iya.” Rudy mengangguk, “Orang kepolisian juga tidak bodoh, paling butuh dua hari saja sudah bisa tutup kasus.”

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu