Suami Misterius - Bab 952 Tidak Akan Bertahan Lama Lagi

"Terjadi sedikit konflik. Aku bisa selesaikan sendiri." Clara mendongak sambil bicara, alis dan mata sedikit melengkung, mirip sekali dengan rubah kecil yang licik.

Ekpresinya ini, Rudy sungguh terlalu akrab. Setiap kali saat wanita kecil ini bersiap melakukan hal buruk, secara tidak sengaja pasti akan menunjukan emosi seperti ini.

Rudy tertawa terbahak, sangat memanjakan dengan mengulurkan tangan mengelus kepalanya, "Su Loran tidak akan bertahan lama lagi, juga tidak akan bisa bertahan berapa hari lagi. Kamu tidak perlu mempedulikannya.”

Clara mendengarnya, lalu menatapnya dengan wajah penuh kebingungan, tapi Rudy tidak berencana menjelaskan, lengan merangkul pinggangnya, berkata sambil tersenyum lembut: “Lain hari, aku temani kamu pergi keliling toko perhiasan dan batu giok, dengar kata orang giok bagus, bisa buat satu set kalung liontin giok bertatahkan emas untuk gadis kecil.”

"Tuan muda Sunarya begitu sibuk, apakah kamu bisa meluangkan waktu?" Clara mendongak, bercanda mengatakannya.

"Waktu untuk menemanimu tetap ada." Rudy menjawab sambil tersenyum.

Kemudian, mereka berdua turun ke bawah untuk makan.

Wilson sudah pulang dari TK, sekeluarga duduk bersama, penuh dengan canda tawa, sangat ramai sekali.

Wilson suka menceritakan masalah di TK, guru mengajarkan pengetahuan baru, lalu berkenalan dengan teman baru, ada lagi, guru asing yang baru adalah paman berkulit hitam yang sangat menyenangkan. Wilson menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang bahasa, anak berusia empat tahun, sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa inggris sederhana.

Di meja makan, suasana sangat hangat dan harmonis.

……

Di sisi lain, Su Loran ditemani oleh pembantu, juga sudah pulang ke apartemen yang ditinggalinya.

Pembantu mengambil kunci untuk membuka pintu, begitu mereka berdua masuk, sudah melihat Ahmed yang berjalan bolak-balik di ruang tamu.

“Kamu pergi ke mana?” Raut wajah Ahmed suram dan buruk sekali, bertanya dengan wajah sengit.

Su Loran menggigit bibir dan tidak bicara, mata juga sudah memerah. Dia memang sudah kesal sekali, Ahmed juga marah tanpa sebab, tiba-tiba dia merasa diperlakukan dengan sangat tidak adil.

Ahmed sedang cemas dan panik karena masalah Yaya diculik, melihat Su Loran tidak bicara, semakin kesal lagi, “Aku sedang bertanya padamu, dengar apa tidak? Kamu sudah bisu ya!”

Su Loran begitu diteriak olehnya, seketika air mata langsung jatuh, tersedak dengan isak tangis, semakin tidak bisa bicara.

Pembantu yang membantunya jawab: “Perut nona Su sudah semakin besar, baju dulu sudah tidak muat lagi, aku temani dia pergi belanja pakaian.”

“Lalu di mana bajunya?” Ahmed melihat mereka berdua kembali dengan tangan kosong, terus bertanya dengan keras, jelas sekali ada kecurigaan terhadap mereka.

“Terjadi konflik antara nona Su dan orang lain, masih ditampar sekali, sehingga, tidak jadi beli pakaian, kami langsung pulang.” Tampaknya pembantu agak takut dengan tampang marah Ahmed, sangat takut dan agak gemetar menceritakan masalah bertemu dengan Clara.

Tentu saja, pembantu tidak akan menceritakan tentang Su Loran sengaja membuat kaki Clara tersandung, hanya mengatakan terjadi konflik karena ada salah paham.

Ahmed baru memperhatikan sebelah pipi Su Loran agak merah dan bengkak, jelas sekali telah dipukul orang.

“Untuk apa kamu mencari masalah dengan Clara, sekarang kamu sedang hamil, bagaimana kalau sampai terluka.” Jelas sekali nada bicara Ahmed lebih mereda, mengulurkan tangan merangkul bahu Su Loran.

Su Loran mencondongkan tubuh bersandar di dadanya, mulai nangis terisak-isak. “Kamu tahu aku sedang hamil anakmu, kamu masih begitu galak padaku. Aku mana berani mengganggu nyonya Sunarya, dia yang tidak masuk akal, tidak senang melihatku langsung marah dan pukul.”

Begitu Su Loran menangis, hati Ahmed juga melembut. Wanitanya telah ditindas, sebagai seorang pria, akan terlihat sangat tidak berguna.

Clara berani terang-terangan menampar Su Loran, bukankah hanya mengandalkan kekuasaan Rendi. Mengungkit nama Rendi ini, Ahmed kesal dan benci sekali.

“Sudahlah, jangan menangis lagi. Kali ini sudah kamu sudah menderita. Kamu tenang saja, cepat atau lambat aku akan mengusir mereka kembali ke kota A.” Ahmed berkata dengan sengit.

Su Loran mengangguk, akhirnya bisa tersenyum, lengan melingkar di pinggangnya, bermanja sambil mengatakan: “Hari ini jangan pergi, tinggal saja untuk menemaniku.”

Ahmed baru saja mau mengangguk, mendadak teringat masalah Yaya, mengulurkan tangan melepaskan tangan Loran yang ada di pingganganya.

"Hari ini tidak bisa, aku masih ada urusan." Ahmed mendadak berwajah cemberut lagi, berkata dengan serius: "Yaya diculik, apakah kamu tahu?"

Su Loran mendengarnya, jelas sekali sangat terkejut. Tapi, dia sama sekali tidak ada perasaan apa-apa terhadap putri Talia, bahkan ada sedikit rasa senang di atas penderitaan orang lain, berkata: "Bukankah Talia selalu melindungi anak dengan sangat baik, bepergian selalu ada mobil yang antar jemput, masih dijaga oleh pengasuh profesional. Bagaimana masih bisa terjadi penculikan?"

"Pengasuh dan Yaya diculik bersama, orang itu masih ada rencana licik untuk menghadapi Yaya, Loran, masalah ini, kamu benar-benar tidak jelas?" Ahmed berwajah suram, dalam sekejap tatapan tajam tertuju padanya.

Su Loran juga bukan orang bodoh, segera paham, dirinya sudah menjadi orang yang dicurigai.

Dia berpikir-pikir lagi, tidak heran juga Talia curiga padanga, terjadi masalah dengan Yaya, orang yang paling diuntungkan adalah dia dan anak yang ada dalam perutnya.

Tapi masalah ini, dia benar-benar telah difitnah.

Walaupun dia ingin melakukan sesuatu pada Talia dan putrinya, juga harus tunggu anak dalam perutnya lahir. Setelah memiliki anak, dia baru ada sandaran.

Sebelum anaknya lahir, dia tidak akan bertindak gegabah, jika sampai membuat Ahmed gusar, memaksa dia menggugurkan kandungan, dia baru benar-benar mendapatkan kerugian besar.

"Aku seorang ibu hamil, bepergian saja tidak leluasa, bagaimana bisa tahu dengan masalah penculikan Yaya! Ahmed, jangan-jangan kamu mencurigai aku ya?"

Ahmed mengatupkan bibir tidak bicara, jelas sekali sudah mencurigai dia

Su Loran melihat hal ini, kedua tangan meraih ujung bajunya, mulai menangis terisak-isak. "Talia yang mencurigai aku bukan? Dia yang mendesakmu untuk datang bertanya padaku, bukan? Kamu membuat tuduhan sebesar ini padaku, apakah ingin mendesakku hingga mati!”

“Kecurigaan Talia, juga bukannya tidak beralasan. Loran, kamu jujur padaku, apakah kamu yang menyuruh orang menculik Yaya, jika iya, sekarang juga kamu bawa pulang anak, aku tidak akan menyalahkanmu.”

Ahmed berkata dengan nada berat.

Su Loran sekuat tenaga mengangguk dan sekuat tenaga menangis. Menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan, sudah ditunjukkan sepenuhnya.

“Ahmed, kamu memiliki hati nurani tidak! Aku ikut denganmu tanpa status, kamu tidak sayang padaku, masih mencurigaiku! Aku sedang hamil besar, berjalan saja melelahkan, jarang sekali keluar dari rumah, kamu bahkan curiga aku menculik putrimu!

Apakah otak Talia sudah rusak? Anaknya diculik, dia tidak pergi mencari penculik, masih ada tenaga untuk menghadapiku dan menyakitiku. Dia mengusirku dari sisimu, apakah bisa menyelamatkan putrinya?”

Su Loran jatuh duduk di sofa, menangis sedih karena diperlakukan secara tidak adil.

“Kamu tidak mempercayaiku, tanya saja pada Mbak Nung, dia sehari dua puluh empat jam ikut di sisiku, kamu tanya dia, sebenarnya aku penculik atau bukan!”

Pembantu dipanggil, segera bersuara mengklarifikasi untuk Su Loran, “Tuan, kehamilan nona Su sudah besar, badan semakin berat, jalan saja sulit, benar-benar sangat jarang keluar rumah. Biasanya di rumah juga hanya makan tidur dan menonton televisi saja.”

Awalnya Ahmed masih agak curiga dengan Su Loran, setelah mendengar kata-kata pembantu, semua kecurigaannya juga menghilang.

“Sudahlah, aku yang salah, tidak seharusnya aku curiga padamu.” Ahmed mengulurkan tangan membantunya menyeka air mata, lalu berkata: “Kamu baik-baik jaga diri, beberapa hari lagi aku akan datang melihatmu.”

Ahmed khawatir dengan masalah penculikan Yaya, tentu saja tidak akan menemani Su Loran, langsung terburu-buru pergi.

Su Loran duduk di sofa, melihat kepergiaannya, tatapan mata semakin berubah menjadi dingin.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu