Suami Misterius - Bab 932 Jelas-Jelas Hanya Membual

Setelah selesai memasang jarum infus, perawat itu langsung berjalan keluar dari bangsal. Kebetulan sekali ketika dia membuka pintu, dia melihat Lena berdiri di luar pintu bangsal.

“Dokter Lena.”

Sapa perawat itu dengan hormatnya.

“Hari ini, shift jagamu?”

Tanya Lena mengerutkan keningnya.

Seluruh di ruang perawat tahu kalau perawat ini adalah kerabat dari wakil kepala rumah sakit. Dia bisa masuk dan bekerja di sini lewat relasi yang dia punya, benar-benar tidak berani memuji level kemampuannya, sungguh sangat buruk.

Perawat itu menghela napas berat, dan hanya mendengar Lena berkata, “Lain kain minta kepala perawat yang datang ke sini.”

Begitu mendengar itu, perawat itu langsung mengerti. Pasien yang tempramennya tidak buruk ini pasti merupakan orang penting.

Perawat itu buru-buru mengangguk, lalu berjalan keluar sesegera mungkin untuk melarkan diri.

Lena menghela napas, lalu berjalan ke samping ranjang Clara, bertanya, “Bagaimana sudah merasa baikankah hari ini?”

Wajah Clara masih tampak bingung seolah masih sedang berada dalam mimpi dan belum terbangun.

Dia sedikit takut, takut kalau mimpinya itu semacam peringatan. Dia takut kalau ada hal buruk yang akan terjadi pada anak dalam kandungannya.

“Perutku sudah tidak sakit.”

Kata Clara dengan tenang.

Lena mengambil stetoskop dan mendengarkan perut Clara. Detak jantung janin bayi normal dan itu bukan masalah besar.

"Bayimu ini baik-baik saja, kamu jangan berpikir aneh-aneh dan sembarangan lagi. Jika terlalu banyak pikiran, itu tidak akan baik untukmu maupun anak dalam perutmu."

Bujuk Lena sambil membereskan stetoskopnya.

Clara mengangguk dalam diam, tapi ekspresi wajahnya masih tampak serius. Jelas sekali, kalau ucapan Lena itu tidak didengar baik olehnya.

“Bagaimana keadaan nenek?”

Tanya Clara.

“Aku dengar kemarin malam sudah siuman dan sudah meninggalkan ruang ICU.”

Jawab Lena.

Pagi ini dia khusus datang ke kantor poli di lantai atas untuk menanyakan keadaan nenek Sunarya.

Kesehatan tubuh nenek Sunarya selama ini sangat baik. Jadi tidak ada resiko sakit yang membahayakan nyawanya. Kali ini karena marah yang berlebih sehingga darah naik ke jantungnya dan akhirnya mengakibatkan dia pingsan.

Pada dasarnya dia tidak perlu sampai masuk ke ruang ICU, tapi Astrid terlalu membesar-besarkan masalah ini. Dia terus minta nenek Sunarya untuk masuk dan dirawat lagi di ruang ICU. Dia juga mengancam dengan berkata, kalau ada hal buruk yang terjadi dengan nenek Sunarya, maka dia akan merobohkan rumah sakit ini.

Keras kepala dan ketidak masuk akal Astrid membuat seluruh rumah sakit ini sakit kepala dari atas sampai ke bawah.

Lena bahkan cukup bersyukur karena dulu Astrid sudah berada di luar negeri selama bertahun-tahun ini. Kalau tidak, Bahron pasti tidak akan mungkin bisa berada di posisi dia hari ini, jika terus bersama dengan adik perempuan yang seperti itu, yang jika pergi keluar tidak pernah menggunakan otaknya dengan baik.

"Apa nenek sudah siuman?

Aku ke sana dulu untuk melihatnya.”

Clara memaksakan diri untuk turun dari ranjang pasien.

“Apa yang harus dilihat. Kamu tenang saja, nenek Sunarya tidak akan mungkin meninggal dunia.

Kamu lebih baik jaga dan rawat baik-baik dirimu dulu. Nanti kalau janinmu terguncang lagi, bagaimana?”

Bujuk Lena mencoba menghentikannya.

Clara tetap saja turun dari ranjang dan mengenakan sandalnya.

“Aku mau melihat nenek dulu, lalu kembali sesegera mungkin. Tidak akan ada masalah terjadi.”

Kata Clara.

Nenek Sunarya sudah siuman, jika Clara bahkan tidak muncul di hadapannya. Hal sekecil muncul di hadapan nenek saja jika tidak dilakukan, maka jelas Clara malah akan disalahkan lagi dan lagi.

Ketika Clara berdiri di dalam lift, dia tersenyum pahit dalam hati.

Semua bilang kalau kasih sayang dan hubungan keluarga itu sangat berharga. Tapi banyak sekali contoh yang menunjukkan kalau itu juga adalah sebuah belenggu. Karena nenek Sunarya adalah nenek Rudy, jadi Clara sedikitpun tidak berani untuk berlaku tidak sopan maupun mengabaikannya. Walaupun hatinya sangat menderita dan tersudut, dia akan tetap menahan diri karena mereka semua itu adalah kerabat dan saudara Rudy.

Nenek Sunarya sudah dipindahkan ke bangsal biasa. Satu bangsal dengan dua kamar dan satu ruang tamu.

Bahron dan Ardian sedang duduk di ruang istirahat di luar ruangan. Sedangkan Astrid menemani nenek Sunarya di dalam.

Ardian melihat Clara yang datang menghampiri, dia pun langsung berjalan menghampiri Clara dan mengulurkan tangan memegangi Clara.

Clara masih terlihat pucat, dia mengenakan baju pasien bergaris biru dan putih dengan perut sedikit terangkat. Tapi tangan dan kakinya tampak sangat kurus, seolah hembusan angin bisa meniupnya begitu saja.

"Clara, kenapa kamu datang kesini."

"Aku mau melihat Nenek."

Kata Clara.

"Kamu ini ya, kamu sendiri saja sedang masuk di rumah sakit, tapi malah bersikeras ingin melihat nenekmu. Bagaimana kalau janinmu terguncang lagi?”

Ardian menghela nafas tak berdaya, lalu membantu memegangi Clara masuk ke dalam bangsal.

Di ranjang rumah sakit, nenek Sunarya duduk bersandar di kepala tempat tidur dengan wajah lemah dan tampak jauh lebih tua.

Nenek Sunarya ini seumur hidupnya ingin kuat dan juga ingin punya muka dan sukses. Dulu suaminya berada di pasukan militer yang salah sehingga sudah meninggal dunia duluan. Dia menemani anaknya bersama-sama menjaga dan menompang keluarganya dengan sekuat tenaga. Kemudian, anak perempuannya tiba-tiba pergi ke luar negeri tanpa pamit. Menantu di rumahnya juga adalah orang yang selalu cari masalah. Nenek Sunarya selalu berusaha sekuat tenaga menghadapi segala penderitaan selama bertahun-tahun untuk menemani anaknya terus naik dan maju berkembang, hingga membuat keluarga Sunarya bisa maju sampai ke posisi puncak kesuksesannya sekarang.

Perjalanan hidup nenek Sunarya ini, sebenarnya sangat membuat orang lain sangat kagum padanya.

Hanya saja setelah melewati fase dimana sudah terlalu kuat dan akhirnya sampai ke batas fleksibilitas yang membuatnya mudah rapuh, nenek Sunarya yang sudah menguatkan diri seumur hidupnya itu yang hanya selangkah lagi akan masuk ke peti mati itu, mana mungkin bisa menerima kritikan orang terhadap keluarga Sunaryanya.

“Ma, Clara datang mengunjungimu.”

Kata Ardian sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangan menarik kursi, lalu meminta Clara duduk di kursi itu tepat di samping ranjang nenek Sunarya.

“Clara, anak ini benar-benar berbakti sekali. Dirinya padahal masih harus masuk dan dirawat di rumah sakit. Tapi karena masih mengkhawatirkan anda, jadi dia sengaja datang untuk melihat anda.”

Kata Ardian lagi.

Nenek Sunarya kelihatan sangat tidak bertenaga, dia hanya menggerakkan bibirnya tanpa mengatakan apapun.

Sebaliknya, Astrid membuka mulut dan mulai memaki dengan marah, “Jika dia benar-benar berbakti, harusnya dia segera menggugurkan bayi dalam kandungannya itu. Agar tidak membuat Keluarga Sunarya digunjing dan dibicarakan orang lain.”

“Astrid, bisa tidak jangan omong kosong lagi.

Anak di perut Clara ini adalah anak Rendi.”

Kata Ardian dengan ekspresi dinginnya.

“Kakak ipar, kamu ini terlalu mudah ditipu deh. Kalau dia bilang dengan seenaknya bayi dalam kandungannya adalah anak Rudy, lalu ucapan itu langsung benar begitu, bagiamana membuktikannya?”

Kata Astrid lagi-lagi mencibir dan mengejek.

Astrid yang terus saja menyudutkan Clara, jelas-jelas karena masalah Petty yang masuk penjara sehingga dia mau menyudutkan dan cari masalah untuk Clara.

Jika benar-benar murni hanya melawan dia saja, Clara tidak akan marah.

Tapi Astrid terus saja mengejek dan memfitnah anak dalam kandungannya. Clara sudah tidak bisa menahan dan menerima ini semua.

Pada saat ini, Clara ingin sekali menampar wajah Astrid.

Astrid ini jelas-jelas hanya terus membual seenaknya.

Tapi karena melihat nenek Sunarya yang sudah terlihat sangat tua dan lemah, Clara hanya bisa menahan amarah dan emosinya. Lalu berkata dengan suara rendahnya, “Nanti kalau anak ini lahir, silahkan lakukan tes DNA terhadap anak ini dan Rendi. Lalu lihat saja apakah dia itu anak kandung Rendi atau bukan, dengan begitu semuanya akan jelas.”

Mendengar ini, sudut bibir Astrid terangkat lalu dia tiba-tiba mencibir lagi, “Menurutku kamu itu merasa bersalah. Kalau mau melakukan tes DNA, sekarang pun juga bisa dilakukan. Tidak perlu menunggu anak itu lahir.

Kalau menunggu anak itu lagi maka sudah terlambat. Kalau anak itu ternyata memang anak haram, apa mungkin bisa di masukkan lagi ke dalam rahim!”

Suara Astrid yang terus mengatakan anak haram ini membuat telinga Clara terasa gatal.

Tangannya mengepal lalu tubuhnya gemetaran tak terkendali.

“Janin ini memiliki gejala keguguran. Mengambil cairan ketuban untuk menguji DNA-nya akan mengakibatkan resiko keguguran yang tinggi. Aku tidak bisa mengambil resiko ini.”

Setelah Clara selesai berbicara, dia mengabaikan Astrid dan menatap lurus ke nenek Sunarya yang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Nenek, meskipun aku pernah diculik, tapi aku belum pernah dipermalukan.

Anak di perutku ini milik Rendi, tolong percayalah padaku. "

Nenek Sunarya tampak lemah, dia menggerakkan bibirnya. Tapi sebelum dia bisa bicara, Astrid sudah merebut percakapan itu.

"Berasal dari keluarga kecil memang benar-benar paling bisa untuk membantah ya.

Kamu berpura-pura terlihat menyedihkan dan kasihan, lalu datang ke sini dengan baju pasien rumah sakit, bukannya hanya ingin mendapatkan rasa simpati saja.

Kamu meminta kami percaya padamu, berdasarkan apa kami harus percaya padamu hah?

Jika aku telah ditiduri oleh banyak pria, hal yang begitu memalukan seperti itu, mana mungkin aku mau mengaku.

Usia Wilson saja sudah empat tahun lebih, kamu dan Rendi saja masih belum punya anak kedua. Kenapa bisa-bisanya kamu baru kembali dari perbatasan negara langsung hamil begitu saja?

Janin yang ada di kandunganmu itu, mungkin saja anaknya pengedar narkoba.”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu