Suami Misterius - Bab 865 Label Menolak Senang - Senang

Jika dibandingkan dengan nyonya kedua Sunarya, sosok dan kesan Ardian langsung berada di posisi tinggi sekali di hati Clara.

Clara tiba-tiba ingat kalau bulan depan adalah ulang tahun Ardian. Dia pun dengan sengaja dan spesial menarik suaminya ke konter perhiasan di lantai pertama untuk membeli hadiah untuk ibu mertuanya.

Kebetulan sekali, toko perhiasan itu baru memasukkan perhiasan yang warna dan model mutiaranya cukup bagus . Sekali lihat, Clara langsung jatuh hati dengan sebuah kalung mutiara berwarna abu-abu.

Mutiara abu-abunya terlihat sedikit, tapi setiap mutiaranya itu adalah kristal bulat yang begitu lembut. Dilihat saja langsung tahu kalau harganya tidak biasa.

Clara merasa kalau kalung mutiara itu sangat cocok dengan status dan juga wibawa aura Ardian. Kalung seharga satu koma empat milyar ini, tanpa berpikir panjang langsung saja dibelinya dengan menggesek kartu banknya.

Mereka bertiga pun keluar dari toko perhiasan. Ponsel Rudy tiba-tiba berdering, dia mengeluarkan ponselnya lalu melihat ke layarnya. Nomer telepon rumah keluarga Sunarya terpampang di layar ponsel itu.

Rudy ragu sejenak, baru kemudian menjawabnya. Terdengar suara nenek Sunarya di balik telepon itu. Dia minta mereka membawa Wilson malam ini pulang ke rumah untuk makan bersama.

Mereka bertiga baru saja pindah keluar dari rumah keluarga Sunarya dan itu cukup melukai hati neneknya. Jadi, Rudy biasanya tidak akan menolak permintaan-permintaan kecil nenek Sunarya.

Setelah menutup teleponnya, Rudy pun menemani Clara dan Wilson jalan-jalan dan berbelanja di area anak kecil. Setelah itu, pulang menuju rumah keluarga Sunarya.

Di vila Keluarga Sunarya.

Bahron dan Ardian sedang duduk menemani nenek Sunarya di ruang tengah, sedang membicarakan Astrid.

“Pesawat pulangnya Astrid minggu depan. Tiket pesawat sudah dipesan.” Kata Nenek Sunarya.

Ardian mengangguk, “Kamar di bagian barat di lantai dua sudah dibersihkan. Ada dua kamar utama yang memiliki kamar mandi dan toilet sendiri, serta ada juga ruang ganti pakaian. Seharusnya sudah cukup digunakan.”

“Terima kasih, maaf telah merepotkanmu.” Kata Nenek Sunarya sambil mengangguk, lalu dia menghela napas panjang. Jika saja boleh, dia benar-benar ingin sekali memasukkan anak perempuannya itu ke dalam perutnya lagi.

Tapi sayangnya, tidak bisa dimasukkan kembali. Karena bagaimana pun, tidak akan tega melihat anak kandung berkelana hidup di luar negeri tidak ada yang mengurus.

Pada saat ini, Rudy merangkul Clara dan menggandeng Wilson berjalan masuk ke dalam.

Nenek Sunarya langsung tersenyum senang ketika melihat cucunya, Wilson.

“Wilson sini, biarkan nenekmu ini menciumimu.” Kata Nenek Sunarya merangkul Wilson lalu menciuminya.

Ardian tersenyum begitu hangat, dia mengulurkan tangan menyapa mereka semua yang duduk.

Clara langsung berjalan ke samping Ardian. Lalu, memberikan kalung mutiara itu dengan riang bersemangatnya kepada Ardian. Dia juga memasangkan kalung itu langsung ke leher Ardian.

Ardian mengenal barang-barang mahal. Sekali lihat dia tahu kalau harga kalung mutiara itu tidak biasa. Ketika dipasang dilehernya, terasa cukup berat.

Menantu kecilnya ini tiba-tiba menghadiahinya kado yang sangat mahal dan mewah seperti ini, hati Ardian jadi tidak tenang.

Rudy sekeluarga pulang dan makan malam bersama dengan hidangan yang cukup mewah dan banyak.

Pada saat makan malam, Nenek Sunarya sendiri yang langsung menyumpitkan beberapa hidangan kepada Rudy, lalu berkata dengan sedikit malu, “Bibimu dan sepupumu akan segera pulang ke negara ini. Kemarin malam aku bicara dengannya di telepon. Adik sepupumu itu jurusan seni pertunjukkan di Inggris. Setelah pulang kesini, dia berharap bisa mengembangkan dirinya di dunia entertainment. Bibimu juga sudah mencari tahu dan memahami semua hal di keluarga ini. Ada perusahaan media entertainment di bawah naunganmu. Aku harap adik sepupumu bisa tanda tangan kontrak di perusahaan keluarga sendiri. Karena bagaimana pun kita kan satu keluarga, jadi setidaknya bisa saling menjaga.”

Hal ini bagi seorang Rudy adalah hal kecil. Dia hanya perlu menyapa dan menyuruh Aldio. Dia jelas tidak mungkin membantah apa yang diinginkan nenek Sunarya, jadi dia pun mengiyakan.

Clara menundukkan kepala makan, dan tidak mengatakan apapun. Padahal dalam hati dia bergumam, "bibi satu ini sudah berkelana ke seberang benua tapi bisa-bisanya memahami dan tahu jelas mengenai semua tentang keluarga Sunarya di sini. Menurutku, dia pasti orang yang akan merepotkan dan suka cari masalah"

Kualitas dan kualifikasi adik sepupu Rudy yang kedoknya masih belum diketahui. Tapi, jika sudah menandatangani kontrak dengan anak perusahaan Sutedja Group, maka berdasarkan dengan hubungan kekerabatannya dengan Rudy, Setidaknya dia bisa mendapatkan relasi yang cukup baik. Walaupun tidak mempunyai takdir besar yang sangat terkenal, tapi untuk menjadi cukup terkenal pada tingkatan dua harusnya bukanlah sebuah masalah, memperhitungkan semuanya dengan jelas.

Masalah Astrid membuat suasana makan malam jadi tidak baik.

Nenek Sunarya khusus memanggil mereka untuk makan malam. Walaupun sangat tertutup tapi masih saja tidak bisa menutupi tujuan nenek Sunarya untuk membangunkan sebuah jembatan relasi untuk cucunya.

Clara tidak tahu apa yang dipikirkan Rudy. Tapi kalau hatinya Clara sedikit tidak nyaman.

Setelah makan, Rudy awalnya berniat untuk langsung pulang bersama istri dan anaknya. Tapi cuaca di langit tidak baik dan juga turun salju.

Salju turun, semakin lama semakin deras, keadaan lalu lintas dan jalan juga tidak begitu baik.

Nenek Sunarya khawatir kalau mengendarai mobil tengah malam dalam keadaan turun salju tidak akan aman jadi dia memaksa mereka untuk menginap semalam.

Untungnya, Rudy memesan tiket pesawat untuk besok sore penerbangan ke London. Besok pagi langsung mengambil koper dan dokumen di apartemen, jadi masih keburu naik pesawatnya.

Clara sudah cukup lama tidak tinggal di sini, jadi sekarang lumayan tidak terbiasa.

Tapi untungnya, semua keperluan yang seharusnya ada masih saja lengkap. Barang perawatan kulit dan juga barang make up yang ada di dalam kamar mandi, semuanya adalah merek yang biasa digunakan Clara.Bahkan beberapa perhiasan mutiara, baju, tas, sepatu juga tidak dibawa pergi dan masih ada di sini.

Setelah memasuki malam, Clara sudah mandi dari tadi, dia naik ke ranjang dan pergi tidur.

Dia berbaring ke samping di ranjang yang besar. Lalu, menyelimuti seluruh tubuhnya bagaikan sebuah bakcang. Hanya kurang satu label di kepalanya yang bertuliskan ‘Menolak Senang-Senang’.

Rudy tidak bisa menahan tawa melihat tingkah Clara yang lucu itu.

Karena besok harus duduk di pesawat dalam perjalanan panjang jadi Rudy pada kenyataannya juga sama, tidak punya niat untuk menyentuh Clara malam ini.

Setelah Rudy mandi, dia juga naik ke ranjang dan pergi beristirahat.

***

Pada saat yang bersamaan, di kamar tidur lantai bawah, Ardian tidak bisa tidur.

Dia duduk di depan meja rias, melepaskan kalung mutiara di lehernya dan memasukkannya ke dalam kotak perhiasannya. Kemudian, dia menoleh menatap Bahron lalu dengan ekspresi bingung dan tidak mengerti berkata, “Dua anak ini tidak tahu sedang terbentur apa lagi. Dia hari biasa tanpa perayaan, tiba-tiba memberiku kalung yang sangat mahal dan mewah begini.”

Pada saat ini, Bahron sedang duduk membaca koran di ranjang dengan kacamata baca berdaya rendah di matanya. Dia mengangkat kepalanya ketika mendengar kata-kata itu, dan berkata dengan santainya, "Istriku, bukankah sudah bilang kalau itu adalah hadiah ulang tahun yang diberikan satu bulan lebih dulu untukmu.”

Selesai mendengarkan, Ardian memutar bola matanya kepadanya, “Kalian pria-pria ini ya benar-benar tidak pernah serius deh. Apa kamu pernah dengar ada hadiah ulang tahun yang diberikan satu bulan sebelum hari ulang tahun. Sebenarnya dia itu punya ide aneh apa lagi.”

Ardian mencoba merenungkan berulang kali, tapi masih saja tidak menemukan alasan yang memungkinkan. Semakin memikirkan semakin dia tidak mengerti dan akhirnya malah semakin tidak bisa tidur. Dia pun mengenakan mantelnya berniat pergi ke lantai tiga untuk menanyakan sejelas-jelasnya .

“Barang seharga beberapa milyar begini, apa kamu perlu membesar-besarkannya. Jam segini, mereka pasti sudah tidur.” Kata Bahron tak berdaya.

“Rudy, harusnya masih belum tidur. Dia biasanya sedang menangani urusan kantor di ruang kerjanya jam segini. Aku kesana dulu sebentar lalu langsung kembali.” Kata Ardian bertekad bulat.

Dia pun langsung menaiki tangga ke atas, berjalan ke depan pintu ruang kerja. Tapi, dia menyadari kalau lampu ruang kerja mati menandakan tidak ada orang di dalam.

Ardian pun tampak kecewa. Ketika dia berbalik berniat turun dari tangga, tiba-tiba pintu kamar tidur yang ada di samping terbuka dari dalam. Rudy berjalan keluar dari dalam mengenakan piyamanya.

“Ma? Kenapa kamu belum tidur?” tanya Rudy heran menatap Ardian.

Ardian tidak bisa tidur bukanlah urusan Rudy. Tapi semalam ini tidak tidur dan malah pergi ke lantai tiga, ini membuatnya heran dan penasaran.

“Aku mau menanyakan beberapa pertanyaan padamu.” Kata Ardian. Menghadapi anak kandungnya sendiri, dia tidak ada keharusan berbelit-belit.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu