Suami Misterius - Bab 775 Lupa Menaruh Garam

Kemudian Talia mendengar suara pintu mobil dikunci.

Dia belum bereaksi, sandaran kursinya sudah perlahan-lahan diturunkan, dia langsung jatuh berbaring pada kursi datar.

Ahmed berasal dari pasukan, dia menekan Talia di bawah tubuhnya dengan tindakan lincah.

“Apa yang kamu lakukan?”

Talia mengerutkan kening menatapnya dan bertanya.

“Menjalankan kewajiban suami istri.

Kamu coba berpikir, sudah berapa lama kita tidak melakukannya.”

Ahmed berkata dengan nada provokasi.

Setelah Talia melahirkan anak, Ahmed sepertinya tidak pernah menyentuhnya lagi.

Pernikahan mereka merupakan kombinasi dari kepentingan keluarga, Ahmed memiliki wanita lain di dalam hatinya, sedangkan Talia juga memiliki seorang ksatria yang menjaganya, meskipun keduanya berbaring di satu ranjang, juga tidak akan memiliki mimpi yang sama.

Melahirkan seorang anak hanya ingin menjalankan kewajiban, setelah anak dilahirkan, Talia fokus menjaga anak.

Sedangkan Ahmed menjadi bebas, tidak peduli apa yang dia lakukan, Talia tidak akan mengurusnya, meskipun dia memainkan wanita di luar, Talia juga tidak akan bertanya.

Dia selalu berperan sebagai istri dan ibu yang baik, dan bahkan bekerja sama dengannya untuk pura-pura menunjukkan adegan saling mencintai di depan orang tua.

Wanita yang begitu cerdas dan acuh tak acuh benar-benar membuat orang suka dan benci.

Ahmed menundukkan kepala menciumnya, Talia memutar kepala dengan wajah jijik.

"Ahmed, aku memperingatkanmu, kalau kamu tidak melepaskanku, kamu harus menanggung resikonya."

"Aku ingin melihat resiko apa yang harus kutanggung setelah meniduri istriku sendiri."

Ahmed mengangkat sudut bibirnya dengan licik, dan mulai melepaskan ikat pinggangnya, tapi tidak lama kemudian, senyuman di wajahnya langsung menjadi tegang.

Sebuah pisau tajam menempel di lehernya.

"Pergi menjauh dariku."

Talia memegang pisau di tangannya dan berkata dengan dingin.

Ahmed tidak bergerak, dia tidak percaya Talia benar-benar berani melakukannya.

Namun, pada saat berikutnya, tangan Talia bergerak, pisau tajam langsung melukai lehernya.

Ahmed mengerutkan kening dan kembali duduk di kursi sebelah.

Dia mengulurkan tangan dan menyentuh lehernya yang sakit, ada darah di telapak tangannya.

"Talia, apakah kamu gila! Kamu selalu membawa pisau di dalam tas, apakah kamu menganggap dirimu sebagai peri."

Talia tidak melayaninya, dia menyeka noda darah pada pisau dengan tisu, kemudian memasukkan kembali pisau itu ke dalam tas.

"Lainkali jangan sembarang bertindak, kalau panik, bahkan kelinci pun akan menggigit orang."

Kelinci?

Dirinya sebagai kelinci?

Dia adalah seekor harimau betina.

Ahmed berpikir dalam hati.

..... Setelah mengantar Melanie, begitu keluar dari bandara, Clara menerima panggilan telepon dari Rudy.

Terdengar suara magnetik dari dalam telepon, dia bertanya, "Di mana?"

"di Bandara.

Melanie kembali ke kota A, aku datang mengantarnya."

Clara menjawab.

"Tunggu di sana, aku pergi menjemputmu."

Rudy berkata.

Setelah menutup telepon, Clara menunggu di bandara.

Hari ini adalah hari jumat, tiba waktunya mereka bisa berduaan.

Clara tersenyum, kegembiraan tertulis di wajahnya.

Setengah jam kemudian, mobil Rudy berhenti di gerbang bandara.

Clara masuk ke dalam mobil, memeluknya dan memberinya sebuah pelukan besar.

"Apakah kamu rindu denganku?"

Clara bertanya.

"Ya."

Rudy tersenyum menjawab, menekannya duduk kembali ke tempat duduk, dan mengenakan sabuk pengaman untuknya.

Mobil mengemudi di jalan datar, Rudy fokus memandang jalan di depan, dan sedikit kelelahan di antara kedua alisnya.

Meskipun pekerjaannya saat ini sudah stabil, namun berada di posisi tinggi, tekanan dan tanggung jawabnya dapat dibayangkan.

Dia selamanya tidak bisa berhenti dan beristirahat dengan baik.

Demi meluangkan waktu di akhir pekan untuk menemani istri dan anak, dia hanya bisa tidur selama empat atau lima jam setiap harinya.

Meskipun begitu, dia tetap merasa senang.

Dalam perjalanan, Clara memberitahunya tentang masalah Melanie dan Ahmed.

Setelah mendengar, alis Rudy berkerut.

Ada terlalu banyak kebetulan dalam keseluruhan insiden.

Sering kali, terlalu banyak kebetulan berarti tidak hanya sekedar kebetulan.

Alasan mengapa keluarga Sunarya adalah genangan air yang dalam, itu karena setiap orang memiliki pikiran mereka sendiri.

Ahmed tentu juga memiliki pikirannya, kali ini dia mengambil masalah Melanie, memberikan pukulan kuat pada Rudy.

Sebenarnya, Rudy tidak tertarik dengan cara-cara murahan seperti ini, kalau dia merebut berdasarkan kemampuannya sendiri, Rudy malah akan memandang tinggi dirinya.

Hanya bisa menggunakan taktik murahan seperti ini, Ahmed ditakdirkan tidak dapat membuat keributan besar.

Selama ini, Rudy bahkan tidak pernah menganggapnya.

Menurut pendapat Rudy, satu-satunya hal yang pantas dipamerkan oleh Ahmed mungkin hanyalah dirinya telah menemukan seorang istri yang pintar dan mengerti situasi.

"Untungnya, kali ini ada nenek membantuku, kalau tidak, bibimu yang tidak masuk akal itu pasti sulit ditangani."

Clara mencibir dan berkata dengan tak berdaya.

Rudy memegang sterling di satu tangan, dan mengulurkan satu tangannya lagi mengelus kepalanya, dan senyuman di bibirnya penuh kasih sayang.

"Kamu adalah menantu nenek, dia tidak membantumu, siapa lagi yang dia bantu! Nenek dapat membedakan antara orang luar dan dalam."

"Aku harap kali ini setelah kembali, Melanie bisa benar-benar putus hubungan dengan pria sampah itu."

Clara menghela nafas, tiba-tiba merasa sangat lelah.

Rudy tersenyum, pandangannya terlihat tenang.

"Ahmed seharusnya tahu diri."

Kalau tidak, Rudy tidak akan segan padanya.

Mobil melewati jalan berliku, dengan pohon-pohon di kedua sisi jalan.

Di ujung jalan, terlihat vila keluarga Sunarya.

Akhirnya mobil berhenti di depan villa, Rudy dan Clara keluar dari mobil, bergandengan tangan dan berjalan masuk ke rumah.

Meskipun Rudy kembali ke rumah, tapi masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Dia sibuk di ruang kerja, Clara memasak sup di dapur.

Apa yang dia masak hari ini adalah sup iga babi untuk memperkuat ginjal dan menambah darah.

Dia merasa sangat cocok untuk Paman Sunarya.

Kemudian Clara membawa semangkuk sup ke ruang kerja.

Di ruang kerja, Rudy sedang duduk membaca dokumen di meja.

Dia membaca dokumen di tangannya, ekspresi di wajahnya fokus dan serius.

Clara meletakkan sup di atas meja dengan lembut dan berkata, "Minumlah selagi panas."

Mendengar kata-kata itu, Rudy mengangkat kepala menatapnya, dan tersenyum hangat.

Dia menutup dokumen-dokumen itu, mengambil sup hangat dan meminumnya.

Clara mengulurkan tangan mengambil mangkuk sup kosong, dan akan pergi.

Dia tahu ketika bekerja Rudy tidak suka diganggu.

Namun, dia baru saja berbalik, sebuah lengan yang kuat tiba-tiba merangkul pinggangnya yang ramping, begitu mengeluarkan sedikit tenaga, Clara langsung jatuh ke dalam pelukannya.

Untungnya, dia memegang erat mangkuk di tangannya, kalau tidak, begitu jatuh dan pecah, pasti akan membuat lelucon.

"Rudy Sutedja!"

Clara memelototinya dan menatapnya dengan kesal.

Rudy tersenyum berkata, "Mengapa tidak tanya padaku, apakah supnya enak?"

"Kamu berani mengejeknya!"

Clara merentangkan telapak tangan dan menggoyang di depannya, lalu berkata dengan sedih, "Demi membuatkan sup untukmu, tanganku tersiram sup panas dan memerah."

Memang ada bekas terbakar di ujung jarinya, Rudy menggenggam tangannya dan mencium dengan lembut.

Clara tersenyum puas, lengannya memeluk lehernya dengan lembut, dan bertanya, "Apakah sup yang aku buat enak?"

“Ya, aromanya tidak buruk.

Tapi.... lupa menaruh garam.”

Rudy berkata dengan jujur.

Clara: “.......”

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu