Suami Misterius - Bab 726 Pria Yang Baik Tidak Akan Merebut Barang Milik Orang Lain

“Kak Chen ini, biasanya terlihat seperti orang yang tenang, kenapa bisa melakukan kesalahan kecil seperti ini. Jelas-jelas tahu bawah kuahnya panas, kenapa tidak menggunakan kain untuk mengalasnya. Jangan-jangan dia sengaja agar aku terluka?”

Rudy terlihat sedikit mengerutkan bibirnya dan warna matanya terlihat sedikit kelam.

“Apabila dia benar-benar disuap oleh orang lain, kalau begitu juga sulit untuk menanyakan yang sebenarnya. Lagipula, keluarga Sunarya bukan pengadilan, tidak boleh melakukan hakim sendiri. Dia tidak mengatakan yang sebenarnya dan dia juga tidak bodoh, tidak akan mempersulit dirinya sendiri.”

“Kalau begitu kita tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya?”

Clara mengerutkan alis.

“Tidak peduli bagaimanapun nenek sudah pasti tidak akan membiarkannya untuk tetap tinggal lagi.”

Rudy menjawab.

Clara menganggukkan kepala sebagai tanda ia menerima keputusan ini.

Mereka berdua duduk berdampingan di sofa, dan terlihat diam sejenak.

Kemudian Clara bertanya, “Seharusnya makan malam belum selesai, apakah kamu masih mau turun?”

Rudy menggelengkan kepada sembari mengulurkan tangan dan memeluknya dalam pelukannya, dengan tersenyum menatapnya dan berkata, “Tidak, tidak menyenangkan. Kita menyendiri saja sebentar.”

Rudy semakin sibuk sehingga waktu mereka untuk bersama sudah semakin berkurang.

Dengan waktu yang sedikit masih harus membagikannya kepada Wilson.

Bagaimanapun juga menjadi orang tua harus memiliki tanggung jawab sebagai orang tua.

Kepala Clara bersandar pada bahu Rudy, dan ia menghela napas.

“Aku juga tidak ingin turun. Melihat orang lain yang bersenda gurau, aku selalu merasa diri sendiri seperti orang luar saja.”

Mendengar perkataan Clara tersebut, Rudy menatapnya dan berkata, “Kamu bisa memiliki rasa seperti itu karena belum lama tinggal disini, hanya belum cukup familiar saja. Sedangkan orang lain tersebut, walaupun mereka sudah tinggal lama tetapi mereka tetaplah hanya tamu saja.”

Mendengar perkataan tersebut, Clara hanya sedikit mengangkat bahunya.

Dia selalu merasa tamu-tamu yang sekarang berada di ruang makan tersebut seperti tidak merasa bahwa status mereka adalah tamu, melainkan merasa diri sendiri sudah seperti pemilik rumah.

Saat mereka berdua sedang berbicara tiba-tiba ponsel Rudy berdering, ia mengambil ponselnya dan melihat ada panggilan masuk, kemudian dengan sendirinya bangkit dari sofa dan berjalan ke balkon luar kamar tidur untuk menjawab telepon.

Clara memahami situasinya dan tidak mengikutinya ke balkon.

Panggilan tersebut seharusnya berkaitan dengan pekerjaan, berhubungan dengan rahasia militer, bagaimanapun juga tidak boleh membocorkannya kepada orang lain walaupun itu adalah orang terdekat.

Clara bangkit dari sofa dan berjalan keluar kamar.

Ia berencana untuk pergi ke dapur mencari Bibi Liu untuk meminta makanan, karena saat acara makan malam tadi, dia dan Rudy tidak begitu mencicipi makanannya.

Setelah Clara keluar, Rudy masih sedang bertelepon di balkon, ekspresi wajahnya terlihat serius dan seperti memancarkan aura agung pada sekitarnya.

Setelah selesai bertelepon sekitar belasan menit, kebetulan terdengar suara pintu dari belakangnya.

Rudy tersenyum kecil dan membalikkan badan, ia melihat Su Loran berjalan masuk.

Su Loran memakai gaun merah panjang berjalan dengan anggun, sebuah tangannya memegang sebotol anggur merah, sedangkan tangan satunya lagi memegang dua buah gelas kaca, wajah dengan riasan yang cantik berpadu dengan senyumannya yang hangat.

Senyuman di wajah Rudy perlahan-lahan menghilang dan tatapan matanya menjadi sedikit dalam.

Su Loran tetap menatapnya dengan sedikit menilainya.

Harus bagaimana menggambarkan pria ini?

Terlahir dengan gaya yang tidak biasa, sopan, dingin dan tampak asing, benar-benar mirip dengan Wilson.

Pria seperti ini membuat orang menginginkan dan memujanya, namun malah tidak dapat memilikinya.

“Ada urusan?”

Rudy mengalihkan pandangannya dan bertanya dengan sikap dingin.

Su Loran tersenyum dan berjalan ke sampingnya, “Kata paman kamu menyukai anggur merah, di kota A ada sebuah kilang anggur pribadi. Jadi aku sengaja membawanya dari Italia, cobalah bagaimana rasanya?”

Su Loran meletakkan gelas kaca di atas pagar balkon, membuka tutup botol anggur merah dan menuangkannya pada gelas.

Dia sedikit menundukkan kepala, gerakan tangannya saat menuangkan anggur tersebut terlihat sangat anggun.

Ia mengangkat gelas tersebut dan memberikannya kepada Rudy, sedangkan Rudy hanya dengan dingin menatap sekilas namun tidak ada maksud mengulurkan tangan untuk menyambut gelas yang diberikan kepadanya tersebut.

“Nanti harus menyetir, tidak leluasa untuk minum bir. Niatmu sudah ku terima.”

Selesai berbicara, Rudy mengangkat kepalanya dan kebetulan melihat Clara sedang berjalan masuk sambil membawa baki makanan.

Dia tersenyum, melangkah menuju arah Clara dan mengambil baki makanan yang di bawa oleh Clara tersebut.

Lauknya terlihat mewah, makanan yang disukainya ada di dalamnya.

“Kenapa tidak ada terong bakar ?”

Rudy bertanya, karena itu adalah makanan kesukaan Clara.

“Semuanya sudah disajikan di meja makan, sudah tidak ada sisanya di dapur.”

Clara terlihat sedikit mengerutkan bibirnya, berkata sambil menunjukkan ekspresi manja.

Rudy meletakkan baki makanan di atas meja, ia mengulurkan tangan mengusap-usap kepalanya dan sorotan matanya terlihat memanjakannya.

Su Loran masih berdiri di balkon, tangannya yang memegang gelas tersebut seperti membeku, jari-jarinya menggengam erat gelas tersebut, dan rona wajahnya terlihat tidak baik.

Saat ini Clara mengangkat kepala dan kebetulan melihatnya.

Mereka saling menatap, Su Loran menganggukkan kepala sambil tersenyum kepadanya, lalu ia berjalan kesana dan meletakkan anggur merah ditangannya tersebut ke atas meja.

“Anggurnya aku tinggalkan disini, minumlah sedikit dapat menambah kesenangan. Dan aku akan pergi tidak menganggu kalian bermesraan lagi.”

Perkataan Su Loran terdengar sedikit bercanda, dan kemudian dia dengan sadar pergi meninggalkan mereka.

Clara melihat botol anggur merah yang mewah tersebut, dan ia mengerutkan alisnya.

“Sepertinya Su Loran sudah berumur. Dia tidak menikah dan selalu menempel pada orang keluarga Sunarya, apa keuntungan bagi dia?”

“Dia pernah mempunyai seorang pacar dan mereka sudah membicarakan masalah pernikahan, akan tetapi pihak pria tiba-tiba mengalami kebangkrutan, oleh karena itu mereka berpisah. Setelah itu dia tidak lagi menjalin hubungan dengan yang lain, mungkin belum bisa melupakan yang sebelumnya.”

Rudy menjawab dengan datar.

Dia juga tidak mau mencari masalah, makanya tidak memberitahu Clara bahwa keluarga Sunarya dan keluarga Su pernah memiliki percakapan perjanjian pernikahan.

Setelah dia mengenali keluarga dan leluhurnya, nenek Sunarya pernah mengungkit masalah ini kepadanya.

Bagi Rudy yang dulu, menikahi siapa saja tidak ada bedanya.

Alasan dia menolak Su Loran karena saat itu Su Loran memiliki pacar, sebagai seorang pria yang baik tidak akan merebut barang milik orang lain.

Kemudian keluarga Chen menjadi terpuruk, sehingga Markal Chen dan Su Loran berpisah.

Oleh karena itu perjanjian pernikahan antara keluarga Su dan keluarga Sunarya baru diungkit kembali.

Akan tetapi Rudy tetap tidak menerima Su Loran.

Dia tidak berani mengejar cinta, akan tetapi setidaknya istrinya harus bisa melewati pahit dan manis bersama-sama dengannya.

Sedangkan Su Loran kelihatan seperti seorang wanita yang hanya bisa melewati kesenangan bersama, namun tidak dapat berbagi kepahitan.

Kalau tidak bagaimana mungkin hubungannya dengan Markal akan berakhir.

Kemudian lagi, Clara muncul dalam hidupnya.

Gadis kecil yang pintar dan polos, berkata akan hidup bersamanya, membuatnya tanpa sadar jatuh hati kepadanya.

“Menantu yang ideal untuk keluarga besar dan terkenal seperti keluarga Sunarya, bukankah seperti Su Loran yang merupakan gadis baik dari keluarga terhormat?”

Clara bertanya lagi dengan nada agak masam.

Rudy menundukkan kepala menatapnya dengan tersenyum hangat.

“Cantik dalam semua sisi, tetapi belum tentu baik. Orang seperti itu yang kurang darinya adalah ketulusan.”

Selesai berkata, Rudy berkata dengan maksud sedikit mengingatkan, “Orang seperti Su Loran ini, kamu jangan terlalu dekat dengannya.”

“Ha?”

Clara mengangkat kepalanya, menatap Rudy dengan sedikit rasa tidak mengerti.

Ia hanya melihat sepasang matanya yang hitam.

Biasanya, orang yang dimintanya untuk dihindari adalah pria, hari ini berubah menjadi wanita, Clara merasa sedikit bingung dan tidak mengerti.

“ Su Loran ini sulit untuk dimengerti. ”

Rudy menjelaskan dengan sabar.

“Tidak ada orang yang sempurna, sedangkan di depan orang-orang Su Loran terlihat sempurna, bahkan nenekpun tidak dapat menyebutkan apa kekurangannya. Dapat menyembunyikan kekurangannya dengan begitu baik, orang seperti ini baik pemikiran ataupun taktiknya pasti sangat hebat, sebaiknya dijauhi.”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu