Suami Misterius - Bab 644 Bebek Mati Keras Mulutnya

Clara diam-diam duduk sendirian di sofa, dia sudah tidak merasa ngantuk.

Hasil tes paternitas DNA sangat jelas sudah dirobek olehnya dan membuang di tong sampah, tapi dia tetap merasa sangat menjijikkan.

Karena tidak bisa tidur, Clara membuka komputer, dan sembarang membuka halaman internet, dan menonton sebuah film komedi.

Clara adalah orang yang ceria, tapi melihat film konyol yang muncul di layar monitor, dia sama sekali tidak dapat tersenyum.

Nonton sampai setengah, Clara mendapat panggilan telepon dari Luna, mengingatkannya ada sebuah acara pada jam 5, dan jangan terlambat.

Clara memadamkan komputer, mandi, merias wajah, dan mengganti gaun yang sudah disiapkan sebelumnya, dan keluar tepat waktu.

Dia berusaha tidak dipengaruhi Rahma.

Acara talk show ini adalah pra-promosi untuk film, orang yang berpartisipasi dalam pertunjukan ada dua aktor utama lainnya, yaitu Jelita dan Rojon.

Meskipun talk show semacam ini pada dasarnya tergantung pada kinerja, tapi pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara akan dikirim dulu kepada para tamu

Luna telah menguraikan beberapa pertanyaan sensitif dan membuat jawaban standar, Clara cukup mengikuti naskah dan bertindak seperti biasanya.

Luna berbicara dengannya di tengah perjalanan, tapi Clara terlihat jelas tidak terlalu konsen.

“Ada apa?”

Luna bertanya, “Hari ini kamu terlihat tidak semangat.”

“Sakit?

Atau ada masalah?”

Clara sedang duduk melamun melihat luar jendela, setelah mendengar perkataan Luna, Clara kembali sadar dan bertanya, “Ada apa?”

“Aku yang harus bertanya padamu! Nonaku, hari ini siaran langsung, tolong agak konsen, bolehkah?”

Luna mengulurkan tangan memijat dahinya sendiri.

“Oh.”

Clara menjawab dengan lembut.

Luna: "......" Mobil berhenti di tempat parkir bawah tanah stasiun TV, ruang rekaman berada di lantai 13, Clara dan Luna datang agak terlambat, yang lain pada dasarnya sudah tiba di sana.

Rojon, sebagai aktor populer, sudah terbiasa dengan program wawancara semacam ini, sedangkan Jelita terlihat sangat gugup sebagai pendatang baru.

Ketika rekaman berlangsung, Clara masih agak linglung, ketika pembawa acara bertanya tentang topik yang berhubungan dengan Rudy, Clara terdiam selama hampir satu menit.

Bahkan Luna di bawah panggung juga deg-degan.

Untungnya, jawaban Clara selanjutnya cukup memuaskan, dan aktor populer Rojon benar-benar seorang ahli, selalu membawa suasana di lokasi syuting.

Jelita adalah pendatang baru, demi menarik perhatian, dia selalu bersikap sangat aktif.

Oleh karena itu, situasi Clara tidak begitu menonjol.

Setelah rekaman berakhir, Luna baru merasa lega.

Ketika mereka berdua berjalan keluar dari lokasi rekaman, saat itu sudah pukul delapan malam, di luar sudah menjadi gelap, lampu jalan sudah nyala.

Cahaya malam tidak menutupi keramaian kota, malam di Kota A terlihat lebih ramai daripada siang hari.

Di seberang stasiun TV ada sebuah bar, lampu neon warna-warni menyilaukan mata.

Luna mengulurkan tangan menunjuk, dan berkata dengan sangat santai: “Masuk dan minum dua gelas?”

“Oke.”

Clara mengangguk setuju, mumpung dia juga tidak terlalu ingin kembali ke rumah.

Tapi bagaimanapun Clara adalah figur publik, dia tidak dapat masuk ke bar secara terang-terangan.

Jadi dia mengenakan kacamata hitam dan topi mengikuti Luna masuk dari pintu belakang, mereka mencari pojok yang sepi dan duduk, lalu memesan bir.

Kedua wanita meminum sambil mengobrol, Luna sebagai agen, telah berkecimpung dalam bisnis ini selama belasan tahun, dia lumayan kuat meminum alkohol.

Tidak berani mengakui dirinya tidak akan mabuk, tapi minum sepuluh atau delapan botol bukan apa-apa baginya.

Luna mulai mengajukan pertanyaan, tetapi nada suaranya acuh tak acuh, “Ada sesuatu yang membuatmu kesal?

Kamu jarang linglung seperti hari ini.”

Luna tahu Clara tidak terlalu suka syuting dan mengejar rekaman pertunjukan, tapi Clara memperlakukan setiap pekerjaan dengan sikap yang sangat serius, seorang Nona yang terlahir di keluarga kaya, mampu melakukan ini benar-benar sangat luar biasa.

Hari ini adalah pertama kalinya Clara bersikap abnormal.

Setelah mendengar, Clara tersenyum, menyipitkan matanya menatap Luna, "Ingin membuatku mabuk dan mengeluarkan kata-kataku?"

"Yo, tidak tertipu.

Sepertinya minumnya belum cukup banyak, ayo lanjut."

Luna berkata sambil bercanda, mengambil botol anggur dan menuangkan ke gelas di depan Clara.

Clara memegang dagunya dengan satu tangan, pandangannya berkedip, berpenampilan mabuk, seperti peri yang menarik.

Luna berpikir kalau dirinya seorang pria, pasti tidak dapat mengendalikan diri menelannya.

Meskipun Clara terlihat mabuk, tapi dia tidak mabuk, pikirannya sangat jernih, tapi hatinya terasa kesal dan ingin meminum alkohol untuk menghilangkan kekhawatirannya.

"Seandainya suatu hari, mantan pacar suamimu membawa seorang anak berusia lima atau enam tahun ke rumah dan mengatakan itu adalah anak haram suamimu. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan sangat marah."

Luna menjawab tanpa berpikir.

Kemudian, berkata dengan penuh perasaan, “Tapi untungnya, aku tidak punya suami, jadi tidak akan bertemu hal yang begitu menyebalkan.”

"Menyebalkan?"

Clara bergumam, kemudian tersenyum pahit, "Yah, lumayan menyebalkan."

Luna mengerutkan kening dan menatapnya, lalu berkata: "Jangan-jangan kamu curiga Presdir Sutedja memiliki anak haram di luar sana?"

Clara mengangkat bahu dan menjawab dengan tak berdaya: "Mantan tunangannya datang ke rumah dengan membawa tes paternitas dan mengatakan bahwa putranya adalah anak kandung suamiku."

“Lalu apa yang dikatakan Rudy?”

Clara menggelengkan kepala, “Aku masih belum sempat bertanya padanya.”

“Masalah seperti ini, tidak boleh hanya mendengar sepihak, mungkin saja ada kesalahpahaman.”

Luna mengulurkan tangan menepuk bahu Clara.

“Tapi mungkin juga benar.”

Clara menatap gelas anggur di depannya, dan bergumam.

Seorang anak yang hidup-hidup ditempatkan di sana, yang asli tidak bisa dipalsukan, begitu juga dengan sebaliknya.

Kalau tidak memiliki bukti nyata, Rahma tidak mungkin berani datang ke rumah secara terang-terangan.

Oleh karena itu, meskipun Clara selalu membujuk dirinya untuk tenang dan percaya pada Rudy, tapi dia tetap tak terkendali merasa gelisah.

"Kalau itu benar, apa yang akan kamu lakukan?"

Luna bertanya.

Clara tertegun, setelah terdiam sejenak, dia menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku tidak tahu."

"Aku menyangka kamu akan langsung bercerai dengan Rudy.

Kelihatannya kamu benar-benar terkena racun cinta si Rudy, dan racunnya telah masuk ke dalam sumsum tulang, tidak dapat diobati lagi."

Luna bercanda dan mengulurkan tangan mengetuk dahi Clara.

Clara kesakitan, mengulurkan tangan dan memegang dahinya, senyuman di sudut bibirnya terlihat pahit.

Dia benar-benar sangat mencintai Rudy, hampir menghabiskan semua energi untuk mencintai pria ini, bagaimana mungkin dia bisa rela melepaskannya.

Namun, Clara bersikeras tidak ingin mengakui bahwa dirinya mencintai seorang pria sampai ke titik puncak.

"Aku tidak akan begitu bodoh bercerai dengan Rudy dan memberi ruang pada wanita lain."

"Kamu bagaikan bebek mati keras mulutnya."

Luna mendengus dan tersenyum, seolah-olah dapat mengerti dirinya.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu