Suami Misterius - Bab 498 Mendapatkan Pria Berharga Yang Dibuang Orang Lain

“Kamu tidak perlu sengaja berkata begitu untuk menakutiku. Bagaimana mungkin kamu membiarkan Yanto hancur begitu saja, kecuali kamu sudah gila.” Tangan kering Yunita memegang pegangan ranjang, suara tajam dan keras, “Keluarga Sutedja tidak mungkin menginginkan putri dari seorang koruptor menjadi menantunya, ada seorang ayah kriminal yang dipenjara, reputasimu juga hancur, aku tidak percaya kamu akan memilih mati bersama kami.”

“Ternyata ini alasan yang membuatmu merasa tidak perlu takut?” Clara mengejek sambil menggeleng.

Yunita berani menyuruh Yanto turun tangan, ternyata dia sudah yakin kalau Clara pasti akan melindungi Yanto demi reputasi dan harga dirinya.

“Yunita, dalam pandanganmu hanya ada keuntungan, tapi tidak semua orang sama seperti kamu. Yang aku inginkan adalah mengirim kalian ke pengadilan.”

“Kami terpuruk dalam masa sulit, apakah kamu juga bisa baik-baik saja? Dikritik oleh publik, kehilangan kehidupan mewah sebagai nyonya Sutedja, akhir yang kamu dapatkan juga tidak akan lebih baik dari kamu.” Yunita dengan galak mengutuk, tampaknya sangat ingin melihat Clara ikut mengalami kesialan, dia baru bisa merasa seimbang.

Clara melihatnya dengan datar, dalam hati memiliki ketenangan yang belum pernah ada. Kematian ibunya selalu bagaikan sebuah duri yang menancap di dalam hatinya, dan sekarang, Yunita pelaku utamanya sudah mendapatkan hukuman.

“Jika karena keluarga istrinya kehilangan kekuasaan, Rudy langsung bercerai denganku, itu hanya bisa membuktikan kalau dia tidak pantas diandalkan. Yunita, apakah kamu mengerti apa itu cinta? Walaupun air laut mengering dan bebatuan hancur, atau langit dan bumi runtuh, dia juga tidak akan berpisah denganku. Aku mencintai Rudy, aku percaya dia juga mencintaiku.”

“Cinta?” Yunita merasa jijik dan tertawa, “Clara, kamu sungguh konyol sekali.”

“Bukan aku yang konyol, melainkan kamu. Yunita, seumur hidup ini, kamu hidup bagaikan sebuah lelucon.” Clara perlahan berdiri, sedikit menyipitkan mata, menatapnya dari ketinggian.

“Sebenarnya, aku pernah memikirkan banyak cara untuk menghabisi nyawamu, tapi dipikir-pikir, cara terbaik adalah menyeretmu ke pengadilan. Yunita, kamu pasti harus hidup dengan baik, baik-baik bertobat di dalam penjara atas masalah yang sudah kamu lakukan dan orang yang sudah kamu bunuh. Aku akan meluangkan waktu untuk pergi melihatmu.”

Clara selesai bicara, berbalik dengan sombong, menginjak sepatu hak tingginya, berjalan keluar dari kamar pasien.

Di belakang, tiba-tiba terdengar suara jeritan histeris Yunita, “Aku tidak ingin masuk penjara, lepaskan aku, lepaskan aku.”

Dua polisi yang ada diluar pintu mendengar suara teriakan, segera menerobos ke dalam, dengan paksa menekan Yunita kembali ke ranjang, Yunita tidak berdaya dan putus asa berusaha memberontak di atas ranjang.

Mungkin, membiarkan dia menghabiskan sisa hidupnya dalam penjara, lebih menderita dibandingkan membunuhnya.

Clara hanya menatap sejenak Yunita untuk terakhir kalinya, kemudian, langsung meninggalkan kamar pasien.

Setelah dia keluar dari kamar pasien, mengeluarkan kaca mata hitam dari tas tangan dan memakainya, kemudian menaiki lift dan pergi.

Di depan gerbang rumah sakit sudah ada taksi, Clara masuk ke dalam taksi, memberitahu alamat pada supir, “Pergi ke Sutedja Group.”

Taksi warna hijau berhenti di depan gedung kantor Sutedja Group, setelah Clara membayar ongkos taksi, langsung berjalan menaiki tangga dengan sepatu hak tinggi.

Kontrol akses masuk ke perusahaan besar seperti Sutedja Group ini sangat ketat, Clara berjalan ke depan jendela meja resepsionis lantai satu, lalu melepaskan kaca mata hitam di wajahnya.

Sebagai nyonya Sutedja, dia bisa langsung masuk begitu saja.

“Nyonya Sutedja, silahkan sebelah sini.” Wajah staf resepsionis sangat ramah, secara pribadi membawa Clara ke depan pintu lift.

“Terima kasih, sudah merepotkan.” Clara berkata dengan sopan, kemudian, berjalan ke dalam lift dengan memakai sepatu hak tinggi warna merahnya.

Pintu lift perlahan tertutup, Clara baru saja mau menekan tombol lantai paling atas, tiba-tiba lift terbuka, seorang wanita terburu-buru masuk ke dalam lift.

Secara tidak sadar Clara memperhatikannya sejenak, postur tubuh wanita itu tinggi ramping, riasan wajah cantik, pakaian profesional yang tepat membuat dia terlihat sangat dewasa dan anggun. Dan alasan kenapa dia bisa menarik perhatian Clara, karena penampilannya membuat Clara merasa sangat familiar, tampaknya pernah bertemu dimana, tapi dalam sekejap tidak bisa mengingatnya.

Clara mengangkat lengan, ujung jari yang putih menekan nomor lantai paling atas, kemudian, dengan sopan bertanya padanya: “Permisi mau naik lantai berapa?”

“Lantai paling atas.” Rahma Mirah menjawab dengan nada biasa. Dia sedikit menundukkan kepala, tapi sudut mata terus memperhatikan Clara yang ada di depan.

Ini adalah pertama kalinya Rahma melihat istri Rudy dalam jarak dekat, kelihatannya dia lebih muda dan cantik dibandingkan dalam TV, sungguh bagus masih muda, satu wajah masih penuh kolagen, lembut dan jernih bagaikan air. Meskipun dandannya tidak glamor, tapi dari kepala sampai kaki semuanya barang bermerek, tas yang ada di tangannya adalah tas Hermes edisi terbatas.

Rudy selalu loyal terhadap wanitanya, nyonya Sutedja pasti berbalutkan emas.

Tidak lama yang lalu, Rahma juga memegang kartu cadangan dari Rudy, sampai saat ini kartu itu masih tersimpan di dalam laci, hanya saja sudah lama dibatalkan oleh pihak bank.

Lift berhenti di area kantor presdir di lantai paling atas.

Clara yang terlebih dulu keluar dari lift.

Begitu sekretaris di kantor presdir melihat Clara, langsung berinisiatif menyambut ke depan, wajah penuh antusias, saking antusiasnya hampir seperti menyanjung.

Sebenarnya, hal yang masuk akal juga, bagaimanapun orang-orang ini mencari makan dari Rudy, mana berani tidak menyanjung nyonya bos.

“Nyonya Sutedja, kamu sudah datang, kamu suka kopi atau teh? Presdir Sutedja menyimpan sekaleng cappucino, masih belum buka segel, apakah kamu mau mencobanya?” Sekretaris bertanya sambil tersenyum.

“Boleh. Gulanya dua kali lipat, jangan tambah susu.” Clara selesai bicara, lalu bertanya lagi, “Rudy di mana?”

“Presdir Sutedja masih rapat, mungkin setengah jam lagi berakhir.” Sekretaris menjawab.

“Eng, kalau begitu aku tunggu dia di dalam kantornya saja.” Clara selesai bicara, dengan mengenakan sepatu hak tingginya langsung berjalan masuk ke kantor presdir.

Selanjutnya, sekretaris membawakan kopi ke dalam kantor, sesuai dengan permintaan Clara, tidak tambah susu, tambah gula dua kali lipat.

Selanjutnya Rahma juga berjalan keluar dari lift, berjalan ke meja sekretaris, “Aku ingin bertemu dengan presdir Sutedja.”

“Apakah sudah buat janji temu?” Sekretaris bertanya sambil tersenyum, tapi jelas sekali sudah kurang antusias.

Tentu saja Rahma tidak membuat janji temu, ingin bertemu presdir Sutedja Group bukanlah hal mudah, prosedur janji temu sangatlah rumit, dan masih sangat mudah ditolak.

“Aku dan presdir Sutedja adalah kenalan lama.” Rahma sangat pintar, menghindar dari masalah utama langsung berkata, “Dia sedang rapat bukan, aku tunggu dia di sini saja.”

“Baiklah kalau begitu.” Sekretaris mengajaknya ke ruang tunggu, dan membawakan secangkir kopi instan padanya.

Rahma duduk di sofa ruang tunggu, merasa bosan sambil melihat majalah. Samar-samar mendengar dua sekretaris di meja resepsionis berbisik gosip.

Satu berkata: “Nyonya Sutedja ini juga terlalu muda bukan, aku membaca informasi di website google, sepertinya dia kelahiran tahun 1998, hampir sepuluh tahun lebih kecil dari presdir Sutedja.”

Satu lagi merendahkan suara berkata, nada bicara agak sinis mengatakan: “Bukankah beberapa waktu lalu baru saja muncul rumor anak luar nikah, nyonya Sutedja kita ini mendapatkan posisi karena membawa anak, kelihatannya perutnya yang berkemampuan.”

“Aku dengar, nyonya presdir sebelumnya juga wanita cantik.”

“Ah? Apakah dulu presdir Sutedja kita memiliki riwayat pernikahan? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya!” Satu orang lagi penuh ekspresi terkejut.

“Aku juga dengar dari senior sebelumnya. Dulu presdir Sutedja bertunangan dengan nona besar keluarga Mirah, bahkan hari pernikahan juga sudah dipastikan, tidak tahu pada akhirnya kenapa bisa membatalkan pernikahan itu.”

“Oh, jadi nyonya presdir kita yang sekarang mendapatkan pria berharga yang dibuang orang lain.” Satu lagi mendadak langsung mengerti.

Rahma mendengar dua orang berbicara, majalah di tangan di remas hingga berkerut tidak karuan.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu