Suami Misterius - Bab 483 Mengaku

Ketika Rudy tidak sadarkan diri, di sisi lain Raymond juga tidak santai.

Dia memerintahkan orang menangkap istri dan putra pemabuk itu. Bagi Raymond, menangkap kedua orang ini sungguh tidak sulit, hanya saja, ketika diinterogasi sangat sakit kepala.

Seorang anak berusia tujuh atau delapan tahun hanya bisa menangis, tidak mengerti apa pun. Wanita itu adalah wanita galak dan tidak masuk akal, selalu menangis dan berteriak, sehingga membuat Raymond merasa sakit kepala.

Lebih baik dia tidak bertanya lagi, langsung menyuruh orang mengikat ibu dan anak itu ke atas atap yang paling tinggi di kota A.

"Biarkan mereka berada di sini ditiup angin dan melihat pemandangan dulu." Raymond selesai memberi perintah, tidak lupa berpesan lagi, "Ikat lebih kuat, jangan masalah belum terselesaikan, mereka jatuh duluan maka permainan tidak menyenangkan lagi."

"Tuan muda Raymond tenang saja, tali kami ini digunakan untuk mengikat batangan baja, kuat sekali.” Orang di bawah menjamin.

Ibu dan anak itu diikat di atas pagar atap, gedung tinggi dengan 50 lantai, melihat sejenak kebawah maka seluruh badan akan gemetaran, anak laki-laki hampir saja ngompol dicelana karena ketakutan."

Raymond sedikit tidak tega, mengulurkan tangan menunjuk-nunjuk anak itu, "Turunkan saja anak itu, agar tidak ketakutan hingga mati."

Para bawahan menurunkan anak itu, mengambil kursi dan menyuruhnya duduk di sudut dinding.

Wanita itu diikat di atas pagar, berteriak memarahi. "Kalian, kalian masih ada hukum tidak, siang bolong melakukan penculikkan, membatasi kebebasan orang, aku akan menuntut kalian!"

Tangan Raymond menjepit sebatang rokok, karena angin di atas atap terlalu kuat, dari tadi tidak berhasil dinyalakan. "Menuntutku? Boleh. Apakah tahu di mana letak pintu utama pengadilan? Apa perlu aku mengantarmu ke sana. Masih membahas hukum denganku, suamimu mengendarai mobil menabrak sahabat baikku, apa dalam pandangannya ada hukum?"

"Itu adalah hal buruk yang dia lakukan, ada hubungan apa denganku." Wanita berkata dengan wajah yang merah.

"Apakah kamu istrinya, suami istri itu satu." Raymond Chritian berkata sambil meremas rokok.

"Sudah sejak lama kami tidak memiliki perasaan, aku sedang mengajukan cerai dengannya." Wanita menangis sambil berteriak, kedua kaki tidak berhenti gemetaran, sama sekali tidak berani melihat ke bawah pagar.

"Bukankah masih belum cerai, anggap saja dirimu sedang sial." Setelah Raymond melontarkan kalimat ini, perlahan-lahan jalan ke bawah melalui tangga darurat.

Raymond langsung mengendarai mobil ke pusat penahanan.

Dari awal sudah memiliki hubungan di pusat penahanan, jadi penjaga penjara yang ada di dalam sangat sopan padanya.

"Tuan muda Raymond, tetap datang untuk bertemu dengan Lipan ? Lipan ini, juga sungguh tidak tahu kondisi." Penjaga penjara sambil mengambil kunci membuka pintu, sambil bergumam.

Raymond meresponnya dengan senyuman, kemudian, mengikuti penjaga penjara ke dalam.

Masih tetap ruangan yang tidak luas itu, dibatasi jendela besi, Raymond duduk di luar, Lipan duduk di dalam dengan borgol di tangan dan mengenakan pakaian penjara, kepalanya menunduk, raut wajah terlihat tidak sabar.

"Sudah berapa kali aku katakan, aku menganggap pedal gas sebagai rem karena sedang mabuk, hukum saja sesuai dengan hukuman yang semestinya! Jika dia sampai mati, maka aku akan bayar dengan nyawaku.” Lipan berkata dengan alasan yang bagus sekali.

Setelah Raymond mendengarnya, benar-benar marah sekali, marah dan marah, akhirnya dia marah hingga tertawa. “Nyawa murahanmu ini, apa pantas digunakan untuk membayar nyawa tuan muda keempat Sutedja.”

Lipan menggertakkan gigi sambil melototi Raymond. Jelas sekali ada rasa marah, dia tahu kalau orang yang ditabraknya adalah orang kaya, jika tidak, mana mungkin bisa mengendarai mobil mewah.

“Memang kalau orang kaya sudah merasa luar biasa ya, pheiii!”

“Aduh, seorang pemarah juga. Bagus, tetap pertahankan situasi seperti ini ya.” Raymond mencibir, perlahan-lahan mengeluarkan ponsel dari kantong bajunya.

“Nyawamu ini, aku sungguh tidak menginginkannya. Aku hanya ingin nyawa orang yang ada di belakangmu. Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir, kamu katakan sejujurnya, aku akan memberimu sebuah jalan hidup.”

“Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan.” Kelopak mata Lipan terkulai.

Raymond juga malas omong kosong dengannya, langsung menyambungkan panggilan video. Di layar ponsel, muncul gambaran di atas atap, bahkan suara angin menderu juga terdengar sangat jelas.

Kemudian, gambar menunjukkan istri Lipan, wanita itu sudah terikat terlalu lama, raut wajah juga jadi pucat, setelah melihat Lipan dari ponsel, dia langsung marah dengan kata kasar.

“ Lipan, kamu pria yang tidak berguna, tidak bisa membedakan masalah dengan jelas. Wanita penggoda itu sudah memberikan keuntungan apa untukmu, kamu bahkan mengorbankan nyawamu demi dia! Aku beritahu kamu, walaupun aku mati juga tidak akan melepaskanmu!”

Di seberang telepon, istri Lipan mengutuk dengan histeris.

Lipan mengerutkan kening, melototi Raymond sambil berkata, “Kalian jangan berharap bisa mengancamku dengan menggunakan seorang wanita. Kalian para orang kaya yang berhati jahat, cepat atau lambat hukum akan menghukum kalian.”

Kata-kata Lipan membuat Raymond merasa sangat canggung, dia juga pernah membawa senjata ketika berada di dalam pasukan, pernah menjadi penjaga, memberi bantuan di perbatasan, pernah pergi ke medan perang, menjaga dan membela begara.

Bocah tengik ini berani berteriak di hadapannya, mungkin sudah bosan hidup.

“ Lipan, matamu buta, aku tidak menyalahkanmu. Aku beritahu kamu, wanita yang kamu lindungi itu, yang seharusnya mendapatkan hukuman.” Raymond berkata.

Tapi jelas sekali, Lipan sama sekali tidak bisa mendengarkannya.

Dalam hati Lipan, Yunita pasti adalah seorang peri, wanita pujaannya. Wanita pujaannya mendapatkan ketidakadilan, dia seorang pria, pasti harus melindunginya.

Raymond juga bisa melihat Lipan tidak memiliki perasaan apa pun pada istrinya.

Raymond paling memandang rendah pria seperti ini, jika masih suka dengan kesenangan di luar sana, masih suka bermain-main maka jangan menikah dan melahirkan anak. Jika sudah terjun ke dalam pernikahan, maka harus tetap baik-baik tinggal dalam pernikahan ini, menjaga anak dan istri sendiri.

Pria seperti ini yang selalu berada di luar dan pandangan selalu menatap kesenangan hidup di luar sana, masih termasuk pria apa, langsung dikebiri saja.

“Aku bilang kalian itu, apakah memiliki sedikit pandangan, cepat turunkan nyonya 李. Apakah tidak mendengar dia menangis sampai suara juga sudah serak.” Raymond Sutedja memerintahkan.

Setelah mendengarnya Lipan menghembuskan nafas menghina, jangan berharap bisa mengancamnya.

Setelah istri Lipan dilepaskan, kamera masih menghadap pagar di atas atap. Raymond melihat layar ponsel, sambil tersenyum mengatakan: “Pagar ini kosong sekali sungguh merasa tidak nyaman, ikat yang kecil itu ke atas sana. Jangan ikat terlalu kuat, bagaimana kalau sampai luka.”

“Tuan muda Raymond, angin sungguh kencang sekali, bagaimana kalau ikatan tidak kuat dan orangnya terjatuh ke bawah?” Bawahannya bertanya.

“Jangan banyak omong kosong, lakukan saja apa yang disuruh.” Raymond memarahinya. Jelas sekali, dia tidak peduli orang itu akan terjatuh atau tidak.

Kemudian, terdengar suara tangisan anak kecil dari telepon, menangis tersedu-sedu, tanpa henti terus berteriak, “Mama, mama, aku takut……”

Lipan mendengar suara itu, akhirnya memiliki reaksi, hampir saja berdiri dari kursinya. “Kalian, kalian turun tangan pada anak kecil, apakah kalian masih termasuk manusia!”

“Bukankah tadi kamu baru katakan, kalau kami para orang kaya berhati jahat, cara bertindak sangat kejam, ada hal apa yang tidak bisa kamu lakukan. Ini juga bukan putraku, aku mana peduli dengan hidup dan matinya.” Raymond berkata.

Di dalam telepon, anak kecil itu dipaksa ikat ke atas pagar di atap gedung, di dalam kacau berantakan, suara tangisan anak, bercampur dengan suara histeris wanita yang menangis, berantakan sekali.

Lipan memegangi kepalanya, terlihat sangat kesulitan dan menderita.

Raymond melempar ponsel ke ambang jendela, dengan malas menguap beberapa kali.

Di dalam telepon, wanita itu mulai memaki tanpa henti, " Lipan, kamu binatang. Seganas-ganasnya harimau masih tidak makan anaknya sendiri, kami demi wanita itu, bahkan tidak peduli dengan hidup mati putramu sendiri!"

Anak kecil juga mulai ketakutan hingga menangis dan berteriak tanpa henti, "Papa, papa tolong aku, aku tidak ingin dilempar ke bawah……."

" Lipan, cepat beritahu putramu jangan bergerak sembarangan, tali ini tidak kuat, jika sampai lepas, dan terjatuh ke bawah mungkin akan hancur remuk." Raymond sambil bicara, sambil melihat jam tangannya karena bosan, dalam hati berpikir, pria ini sungguh terlalu tega, demi Yunita wanita itu, bahkan tidak peduli degan anak kandungnya.

Ketika dia sedang berencana berdiri dan pergi, mendadak Lipan menurunkan bahunya, menutup wajahnya dan mulai menangis, “Kalian, kalian lepaskan putraku, aku katakan, aku katakan semuanya.”

“Sekarang sudah ingin mengatakannya?” Raymond tersenyum sejenak, “Aku tidak punya waktu untuk mendengarkannya, kamu katakan saja pada polisi.”

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu