Suami Misterius - Bab 40 Kalung Ini Sudah Retak

Rudy juga tidak berbicara, dia hanya menatapnya dengan tenang. Dan melihat Clara yang tadinya terkejut sekarang sudah mulai tenang kembali.

Saat ini, Clara teringat pada semangkuk sup kacang hijau itu, dan dengan tidak sabar ingin mencari tahu kebenarannya.

“Dimana ponselku?” Dia bertanya.

Rudy membungkuk badannya dan mengambil ponsel dari laci di bawah meja samping tempat tidur dan menyerahkannya padanya.

Clara membuka kunci sidik jari dan melihat ada banyak panggilan tak terjawab dari Melanie. Dia segera menelepon kembali.

“Clara, akhirnya kamu menjawab teleponku!” Setelah telepon terhubung, terdengar suara Melanie yang penuh dengan kecemasan. “Clara, kamu tidak meminum semangkuk sup kacang hijau itu kan? Abangku sudah membawa sup itu untuk diperiksa, di dalamnya terdapat kandungan obat beracun. Rina memang wanita yang sangat kejam, tidak menyangka dia menggunakan trik licik seperti ini! "

Clara menggigit bibirnya dan tidak berbicara, bibir tipisnya sedikit memutih karena gigitannya. Tangannya semakin erat memegang ponsel.

Dia telah tinggal bersama selama bertahun-tahun dengan ibunya Rina. Dulu, mereka menggangap dia sebagai boneka mainannya. Sekarang, Clara mulai menyadari kekejaman Rina sudah melampaui imajinasinya.

"Apakah kamu ingin melaporkannya ke polisi? Kita tidak boleh membiarkan wanita kejam itu melakukan seenaknya," Melanie berkata dengan kesal lewat telepon.

Clara berpikir sejenak dan menggelengkan kepalanya. "Bahkan jika sup kacang hijau itu mengandung bahan obat beracun, kita juga tidak dapat membuktikan bahwa Rina yang telah melakukannya. Jika kita ingin menangkap penjahat, kita harus memiliki bukti. Jika tidak, bisa-bisa kita yang akan kena akibatnya. Masalah ini kita akhiri saja sampai disini. "

Kali ini adalah musuh dalam selimut, dia pantas mendapatkan perlakuan seperti ini dan tidak bisa menyalahkan siapapun. Tetapi satu per satu perlakuan buruk mereka terhadapnya, Clara mengingatnya dengan sangat jelas, cepat atau lambat pada suatu hari nanti dia akan membalas semua perlakuan buruk mereka.

Clara tidak mengaktifkan pengeras suara di ponselnya, karena suara Melanie sangat keras, Rudy pun mendengar jelas dengan tidak sengaja, dan Clara juga tidak menghindarinya.

Rudy tidak mengatakan apapun, hanya menatapnya, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.

Setelah menutup telepon, dia menoleh ke arah Rudy, matanya terlihat sayu. Karena dia masih muda, jika bilang dia tidak takut, itu adalah bohong.

"Apakah dokter mengatakan kondisiku ini sangat serius?"

“Belum kencanduan,” Rudy menjawab.

Clara merasa sedikit lega.

Kemudian, merea berdua terdiam sejenak.

Rudy melihat jam di tangannya, pukul sepuluh malam tepat. "Kamu istirahatlah, aku akan datang menjengukmu besok."

Clara mengangguk dan melihatnya pergi. Tiba-tiba dia memanggilnya lagi, seolah-olah teringat sesuatu, dan berkata dengan pelan, "Terima kasih untuk hari ini."

Dia berterima kasih padanya karena mengantarnya ke rumah sakit.

Rudy berhenti dan menatapnya, lalu menjawab dengan lembut, “Um.” Kemudian, dia mendorong pintu itu dan pergi.

Setelah pintu bangsal tertutup, suasana menjadi hening.

Clara cemberut melihat ke arah pintu, dan berkata dalam hati: Penggangguran belagu, aku hanya berbaik hati mengucapkan terima kasih, setidaknya dia bisa menjawabku dengan kata "sama-sama".

...

Meskipun situasi Clara tidak parah, tetapi demi keamanannya, dia tetap harus di rawat.

Dia menginap di rumah sakit selama dua hari dan demam tingginya menyebabkan pneumonia.

Yanto Santoso sudah menelepon dan bertanya satu kali, dia lebih banyak menyalahkan dan kurang perhatian. Seolah-olah sakit adalah kesalahan Clara sendiri.

Rina dan Elaine berdua mengunjungi rumah sakit beberapa kali dan berpura-pura peduli dan perhatian padanya. Mereka membawa sup ayam, tentu saja Clara tidak berani meminumnya lagi.

Selain itu, ibu dan anak keluarga Ortega juga datang ke rumah sakit untuk menjenguknya secara tiba-tiba dan tak terduga.

Marga ibu Ortega adalah Karsena, dan namanya adalah Yani, dan dia seusia dengan Evi, ibunya Clara.

Saat melihat Yani Karsena, Clara masih sama seperti sebelumnya, memanggilnya dengan sopan: " Bibi Karsena."

Dia ingin bangun dari tempat tidur, tetapi Yani menghentikannya. "Kamu berbaring saja dan jangan bergerak sembarangan."

“ Bibi Karsena, abang Marco Oterga, mengapa kalian datang ke sini?” Clara bertanya.

Yani duduk di sebelah tempat tidur dan memegang tangan Clara dengan lembut, kemudian menghela nafas dan berkata, "Aku tidak sengaja mendengar Elaine mengatakan bahwa kamu sakit, dan aku merasa tidak nyaman jika tidak datang menjengukmu. Kamu ini, mengapa tidak menjaga diri sendiri dengan baik, jika ibumu tahu, dia akan khawatir lagi. "

"Aku mengalami pilek dua hari yang lalu dan sedikit demam. Aku juga tidak mengira akan terkena pneumonia," Clara menjawab dengan suara pelan dan tampak lemah karena mengalami penyakit serius ini. Matanya yang sayu menyembunyikan semua emosi dalam dirinya.

Menurut Clara, Elaine tidak mungkin tanpa alasan mengatakan kepada keluarga Ortega bahwa dia sakit dan dirawat di rumah sakit. Jadi, jika dia melakukan itu pasti ada tujuannya.

Sebenarnya tidak sulit untuk ditebak. Saat Ibu dan anak keluarga Muray mendengar bahwa dia dirawat di rumah sakit, mereka merasa cemas karena takut masalah ini akan terungkap. Jadi, mereka memanfaatkan Yani untuk menguji Clara dan melihat apakah Clara tahu dirinya terinfeksi oleh obat.

Clara tidak bisa menahan diri dan mencibir, ibu dan anak dari Keluarga Muray benar-benar sudah berusaha dengan susah payah.

Tentunya Clara tidak akan menceritakan apapun kepada Yani. Meskipun dia sangat akrab dengan Yani, tetapi dia tidak memiliki hubungan darah ataupun bersaudara dengannya. Dia hanya mengganggap Yani sebagai jembatan penyelamatan diri. Lagi pula, Yani sekarang adalah ibu mertua Elaine dan tidak mungkin akan menyelamatkan dirinya.

Yani memegang tangan Clara, dan setelah selesai berbicara, dia beralasan untuk pergi keluar.

Di bangsal hanya tersisa Clara dan Marco berdua, suasananya hening seketika.

Clara bersandar di tempat tidur dan tidak berbicara. Dia tidak ingin berkata apa-apa lagi terhadapnya sekarang. Dia tidak menebak tujuan Yani meninggalkan mereka berdua disini, Jangan bilang dia ingin aku kembali lagi bersama Marco ?

Itu benar-benar diluar dugaan!

Marco berdiri di samping memegang keranjang buah, dan terlihat canggung.

“Elaine berkata kamu sedang sakit, aku dan ibuku sangat mengkhawatirkanmu,” Dia berkata dengan lemah.

“Aku baik-baik saja, terima kasih atas perhatianmu dan Bibi Karsena,” Clara berkata dengan sopan, tetapi nada bicaranya terlalu dingin.

Marco merasa malu, dan tidak berharap Clara bersikap lebih ramah padanya.

Dia meletakkan keranjang buah di atas meja kecil di sebelahnya, dan kemudian duduk di samping tempat tidur, lalu membuka tas kerjanya, dia mengeluarkan kotak perhiasan dan menyerahkan padanya.

"Aku telah menyuruh seseorang untuk memperbaiki kalung itu. Garis retaknya tidak akan terlihat jika tidak dilihat dengan teliti."

Clara sedikit menyipitkan matanya, matanya yang jernih bercampur dingin. "Kamu mengembalikan kalung ini padaku. Apakah kamu yakin ini bukan yang kamu berikan kepada Elaine?"

Perkataan Clara membuat Marco merasa malu. Karena kalung itu, dia telah dimarahi oleh ibunya.

Marco juga tidak menyangka, kalung ini sebenarnya adalah hadiah pernikahan yang diberikan ibunya kepada ibu Clara.

Saat Yani menikah, Evi memberinya korsase antik. Karena itu, ketika Evi menikah, Yani memberinya kalung dari batu yang berharga.

Karena alasan ini, Marco juga merasa sedikit kesal terhadap Elaine. Tapi Elaine lembut dan ceroboh, dan dia juga tidak sengaja, Marco tidak tega terhadapnya.

Clara mengangkat kalung itu perlahan-lahan dengan ujung jarinya yang pucat, dan cahaya permata itu menyilaukan matanya.

Dia langsung menyipitkan matanya, ujung jarinya menggosok lembut pada garis retak kalung itu. "Kalung ini sudah retak. Sekalipun diperbaiki dengan sangat baik, kalung ini tidak mungkin kembali seperti aslinya. Kalung ini, sangat disayangkan."

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu