Suami Misterius - Bab 328 Rina Muray Akan Bangkit Kembali

Pada saat ini, kepala Yanto menjadi sakit dan pusing karena keributan Rina, dia menjelaskan dengan nada tidak sabar :”Aku sudah bilang, semalam aku terlalu banyak minum, menganggap Wini sebagai kamu.”

Rina sama sekali tidak percaya kalau Yanto akan kemabukan sampai tidak bisa membedakan siapa wanita yang baring di sampingnya. Dia memang kemabukan, tetapi Wini yang jadi wanita jalang itu dengan inisiatif naik ke atas ranjangnya, sehingga dia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk bersenang-senang.

Umur Rina sudah empat puluhan, orang yang hampir berumur lima puluh. Meskipun sebaik apapun perawatannya, tetap tidak bisa mencegah kulitnya yang semakin kendur dan keriput yang muncul di sudut matanya. Dia tidak dapat menyaingi dengan wanita yang berumur tiga puluhan. Apalagi tidak ada lelaki yang tidak suka wanita muda.

Rina menahan emosinya, dia berusaha mempertahankan logika yang tersisa, lalu berkata :”Yanto, kita sudah lama hidup bersama, aku tentu saja percaya padamu. Meskipun kesalahan, juga tidak boleh membiarkan kesalahan ini terus terjadi lagi. Menurutku begini saja, kita membayar uang yang lebih banyak kepada Wini sebagai ganti rugi, antar dia pulang ke kampung saja.”

Yanto selesai mendengar kata-kata Rina, lebih kurangnya sedikit ragu. Solusi yang di sarankan Rina, adalah solusi yang terbaik dalam menyelesaikan permasalahan saat ini.

Bagaimanapun dia juga pegawai negeri, tidak baik juga kalau menghebohkan masalah ini. Meskipun, dia lumayan menyukai Wini, badannya lembut bagaikan tidak bertulang, gairah dia bersama Rina yang telah lama menghilang, semuanya telah ditemukan kembali pada tubuh Wini.

Hanya saja, sebaik apapun Wini, tidak akan lebih penting dibandingkan dengan masa depan karir politiknya.

Akan tetapi, tidak mendengar Yanto mulai berbicara, nenek Santoso sudah mulai mengutarakan pendapatnya, “Sekarang semua hal sudah terlanjur dilakukan, kalian langsung mau mengusir orangnya. Wini adalah keponakan aku, aku tidak mengizinkan kalian memperlakukan dia seperti ini.”

“Jadi bagaimana, jangan-jangan ibu mau menahan dia di sini untuk menjadi istri keduanya Yanto !” Rina mulai menyindirnya, “Ibu, sekarang bukan zaman sosial yang dulu. Hukum pernikahan adalah monogami, Yanto adalah pegawai negeri, mengerti aturan malahan melanggar aturan, sepertinya jabatan ini juga akan berakhir.”

Yanto selesai mendengarkan, baru saja ingin mengangguk setuju, namun malah mendengar nenek Santoso memukul meja dengan emosi, lalu dia menjerit :”Kalian jangan mempermainkan aku hanya seorang nenek yang tidak mengerti hukum. Wini keluar dari pintu besar keluarga Santoso, kalau dia menuntut Yanto memperkosa, Yanto bukan hanya kehilangan karirnya. Itu risikonya harus masuk penjara. Rina, kamu memang wanita kejam, kamu ingin mencelakai anakku kan !”

Clara yang bersembunyi di sudut tangga selesai mendengarnya, dalam hatinya diam-diam menodongkan jempol untuk nenek Santoso. Seandainya kalau nenek Santoso banyak bersekolah, pasti akan menjadi orang yang terkenal juga. Sayangnya hanya wawasannya yang terlalu sempit.

nenek Santoso baru saja selesai berbicara, Wini langsung merangkak ke samping kakinya, menarik lengan bajunya lalu mulai menangis dan berkata :”bibi sepupu, kamu jangan memaksa kakak sepupu. Semalam, semalam kakak sepupu tidak memaksa aku, aku sendiri yang rela…..aku pasti tidak akan menuntut kakak sepupu, tidak akan membuat dia kesusahan.”

Tangisan Wini sangat kasihan dan bersedih hati, orang dengan hatinya sekeras apapun juga akan menjadi lembut karena tangisannya. Yanto menatapnya, dengan ekspresi yang bersalah dan tidak tega.

Setelah itu, Wini menangis dan menghampiri sisi Yanto, memohon kepadanya :”Kakak sepupu, tolong, boleh tolong jangan mengusir aku? Kehidupan di kampung sangat susah. Suamiku sudah meninggal, rumah dan tabungannya sudah direbut oleh orang rumah mertua aku. Aku hanya bisa pulang ke rumah sendiri. Ibuku meninggal awal, hanya ada ayah yang tinggal bersama dengan kakak dan kakak ipar. Kakak ipar tidak menyukai aku, aku cuci baju dan memasak, melakukan pekerjaan rumah tangga, menjaga keponakan, melakukan sebanyak apapun juga tidak mendapatkan perlakuan yang baik, hanya bibi sepupu yang berbaik hati, yang mau terima aku. Ke depannya, aku pasti akan menjaga bibi sepupu, diam dan tidak berulah, tidak akan membuat masalah untukmu.”

Yanto menatapnya dengan tatapan kasihan, tidak dapat melontarkan kata menolaknya.

Wini menatap lagi ke arah Rina, memohon dengan tampang kasihan :”Kakak ipar, aku mohon tolong kasihanilah aku. Asalkan tidak mengusir aku, bagaimana juga bisa. Aku selanjutnya pasti akan menjauhi kakak sepupu. Pasti tidak akan melakukan hal yang salah. Semalam, semalam benaran hanya kesalahan, kamu maafkan aku saja ya.”

Semuanya pernah menjadi pelakor yang terlatih dan berpengalaman, Wini berpura-pura di hadapan Rina, sehebat apapun dirinya berpura-pura juga tidak akan bisa membohongi Rina.

Pada detik ini, Rina ingin sekali beranjak ke depan dan merobek wajah palsu Wini pada saat ini.

Rina bergemetar karena emosi, baru saja mau meledak, Heru sudah beranjak masuk.

“Kakak sepupu, kakak ipar, nenek.” Aura Heru sangat stabil, setelah masuk dan menyapa kepada semua orang, mengenai kekacauan di dalam rumah, reaksinya sama saja seperti tidak melihatnya.

Memang benaran orang yang bermain di dunia bisnis, dengan kemampuan seperti ini, tidak banyak yang sanggup melawannya.

Rina melihat Heru sudah berjalan masuk, bagaikan menemukan orang yang mendukungnya, dia menghapus air matanya. Lalu berjalan ke samping sisi Heru.

“Heru, kamu kenapa baru datang.”

“Kantor ada masalah, makanya telat.” Heru menjelaskannya, lalu menepuk bahunya bagaikan sedang menghibur.

“Abang ipar, kita ke ruang baca minum teh dulu.” Heru berkata kepada Yanto.

Yanto berekspresi suram, dan mengangguk setuju.

“Bibi Wulan, keluarkan teh ujeon yang aku simpan, ingat di masak dengan air 70°, selera tuan sepupu paling pemilih.” Rina mulai menyiapkan kue dan teh untuk Heru.

Bahkan Elaine juga mengangkat kepalanya.

nenek Santoso dan Wini seutuhnya terlantarkan, nenek Santoso berkata dengan nada tidak senang :”Ada hal apa yang tidak bisa dikatakan dihadapan kami, aku ibunya Yanto, ada hal apa juga yang perlu mengelabui kami.”

Heru sedikit mengerutkan alis, berkata dengan emosional stabil :”Abang ipar, menurut kamu ?”

“Ke ruang baca.” Yanto berkata dengan ekspresi suram.

Yanto dan Heru naik ke lantai atas secara bergiliran, Clara dan Vivi buru-buru berlari ke kamarnya. Sekalian menutup erat pintu kamarnya.

“Kaget sekali, hampir saja ketahuan.” Vivi mengulurkan tangan untuk mengelus dadanya.

Sementara Clara malahan duduk santai di samping kasur, sedikit mengerutkan alis dan berkata. “nenek dan Wini jelasnya sudah hampir menginjak kemenangan, tetapi dengan munculnya Heru, takutnya Rina akan bangkit kembali lagi.”

“Heru hanya saudara sepupunya nyonya, tidak baik juga kan kalau mempertanyakan masalah keluarga kakak sepupu dan kakak iparnya.” Wulan berkata, sekalian menuangkan segelas air hangat untuknya, setelah dia pulang sampai saat ini, bahkan belum sempat untuk minum air.

Clara menerima gelasnya, dan minum sedikit, setelah itu, mengaitkan sudut bibirnya, menyindir dengan berkata :”Heru sudah mengendalikan Tianxing media untuk beberapa tahun ini, transaksi keuangan dengan Yanto tentu saja tidak akan sedikit. Tangannya saat ini pasti ada pegangan untuk melawan Yanto, Wini kali ini takutnya memang tidak dapat berulah lagi.”

Clara selesai mengatakannya, langsung terdengar suara langkah kaki yang berasal dari koridor.

Vivi menempelkan telinga pada pintu untuk mendengarnya, setelah tidak terdengar suara dari koridor lagi, baru membuka pintunya, dan mengintip keluar, setelah itu, baru berkata kepada Clara :”Tuan sama Tuan Heru sudah turun tangga.”

Setelah itu, Clara dan Vivi berjalan keluar kamarnya lagi, tetap saja bersembunyi di sudut tangga yang paling tidak menarik perhatian sambil menonton drama seru di bawahnya.

Sebenarnya apa yang dikatakan Heru kepada Yanto, tidak ada yang bisa mengetahuinya.

Mereka berdua kembali ke ruang tamu, Yanto dengan ekspresi tidak berdaya dan berkata kepada nenek Santoso, “Suruh orang antar Wini pulang saja, tidak cocok kalau dia tetap tinggal di sini.”

Dia selesai berbicara, melempar keluar selembar kartu ATM. Jelas sekali adalah ganti rugi untuk Wini.

Wini mengangkat kepalanya, kekagetan, kebingungan, bahkan menatap Yanto dengan ekspresi tidak percaya. Dia sama sekali tidak bisa mengerti, sebenarnya Yanto juga tidak tega melepaskannya, kenapa setelah berbicara dengan seorang lelaki tidak berhubungan, bisa berbalik badan dan berniat mengantar dia pergi.

Meskipun Wini sehebat apapun, tetap saja keluar dari kampung, wawasannya terbatas, tentu saja tidak akan bisa mengerti, bagi Yanto yang berada di tingkat sosial pada saat ini, karir politik dan masa depannya jauh lebih penting di bandingkan dengan cinta dan perasaan.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu