Suami Misterius - Bab 273 Mencari Kesempatan Untuk Membawa Clara Kesana

"Apa yang tak beres?" Tanya Yunita.

"Beberapa tahun ini, wanita yang aktif mendekati Rudy, kalau tidak 1000 minimal juga ada 800 wanita. Rudy bersikap dingin dan bahkan tidak melihat semua wanita itu. Jika dia memang tidak tertarik dengan adikmu, dia juga tidak akan memperdulikannya walau di depan umum." Nalan Qi mengembuskan asap rokok berbentuk cincin dan berkata dengan pelan.

"Apa maksudmu?"

Nalan mematikan rokok di tangannya, memegang tangan Yunita, dan berkata dengan suara agak berat, "sekarang kita telah menyinggung perasaan Tuan Hanzel, dia pasti tidak akan berinvestasi dalam proyek aku lagi. Karena Rudy juga tertarik pada Clara, mendingan kita mengambil inisiatif untuk membawa Clara ke tempat tidurnya. Selama dia bisa menghargai usaha kita, dia pasti bersedia berbicara tentang investasi proyek. Lagi pula, beberapa ratus miliar hanya uang kecil uang di mata Rudy."

"Tapi apakah Rudy pasti akan menikahi Clara?" Yunita bertanya lagi. Lagi pula, status Clara dan Rudy sangat jauh perbedaannya.

"Apakah dia ingin menikah atau hanya main-main, itu bukan urusan kita. Apabila Clara ada kemampuan menikah masuk ke dalam keluarga Sutedja tentunya lebih baik lagi, kalau tidak ada kemampuan ya terpaksa bergantung pada kita. Selama pria tersebut tertarik pada seorang wanita, minatnya akan bertahan setidaknya selama satu setengah tahun. Sebelum Rudy kehilangan minat pada Clara, itu sudah cukup bagi kita untuk menuai keuntungan. "

"Tapi......." Yunita terlihat serba salah. Clara bukanlah orang bodoh yang mudah ditipu seperti dulu lagi. Tidak mudah membawanya ke tempat tidur Rudy dan membuatnya patuh dan membiarkan Rudy menidurinya.

Jika tidak berhasil, dia dapat dengan mudah digigit kembali oleh Clara.

"Yunita, anggap saja kamu membantuku." Nalan meraih tangannya dan memeluknya.

Yunita tidak punya pilihan selain mengangguk. "Aku akan coba cari cara."

"Baik." Nalan mendekat ke bibirnya dan menciumnya.

Yunita meraih wajahnya dan berkata dengan suara manja, "Aku sudah banyak membantumu. Aku hanya dapat satu ciumanmu. Apakah tuan Nalan tidak terlalu pelit?"

Setelah Nalan mendengar itu dan tertawa beberapa kali. Dia langsung membawanya ke kamar tidur dan melemparkannya ke ranjang besar.

Biasanya saat mereka berdua di tempat tidur, Yunita yang berusaha sebaik mungkin untuk menyenangkannya. Ini juga yang diajarkan oleh Rina kepada putrinya, karena Rina sendiri juga menggunakan jurusnya ini pada Yanto dan berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Nalan bekerja sangat keras di tempat tidur untuk memuaskan Yunita, dan Yunita dilayani sampai puas.

Keesokan harinya, Nalan dan Yunita saling berpelukan dan tidur sampai sore.

Jika bukan karena dering keras dari ponselnya, Nalan masih belum bangun. Dia setengah duduk di samping tempat tidur untuk menjawab telepon, Yunita masih lemas dan berbaring di kakinya, dan menatapnya dengan mata selembut sutra.

Nalan memegang ponselnya di satu tangan dan memegang dagunya Yunita dengan tangan lainnya. Namun, ketika dia mendengar kata-kata Sekretarisnya, wajahnya langsung berubah. Tangan yang meremas dagu Yunita juga kehilangan kendali kekuatannya. Yunita merasakan rasa sakit di dagunya, seolah-olah tulangnya telah hancur olehnya.

"Ada apa? Kamu ngomong yang jelas." Nalan melengkungkan kakinya, menendang Yunita pergi, dan dengan cepat berbalik untuk bangkit dari tempat tidur.

Dia masih memegang ponselnya dengan satu tangan, mengambil celananya di lantai dengan tangan lainnya, dan berusaha memakai celananya walau sedikit kelabakan.

Yunita ditendang sampai berguling beberapa kali di tempat tidur, dan dahinya sampai menabrak dinding di samping tempat tidur, yang membuatnya langsung pusing. Dia memegang dahinya dengan tangannya, dan air mata terus mengalir karena kesakitan, sementara Nalan tidak perduli apakah dia memar atau tidak, dan malah mendesaknya suara keras: "Cepat bangun, bantu aku cari bajuku, aku sedang terburu-buru untuk pergi keluar."

Yunita berjuang menahan rasa sakit, turun dari tempat tidur dan pergi ke ruang ganti untuk membawakan jas biru tua Nalan.

Yunita menghapus air mata di wajahnya dengan asal dan memaksakan senyum diwajahnya untuk membantu Nalan ganti pakaian.

Setelah Nalan berpakaian rapi. Yunita jinjit kakinya dan membantunya mengikat dasinya dengan hati-hati.

Perbedaan tinggi dua orang ini hampir setengah kepala, pada saat Nalan melihat kebawah dan melihat dahinya Yunita ada memar biru.

"Sakit tidak? Aku sedang terburu-buru juga." Nada bicara Nalan sedikit lebih lembut.

Yunita menggelengkan kepalanya dan tersenyum lembut. "Aku tahu kamu tidak sengaja tadi."

"Hm..." Nalan hanya menjawab dengan suara datar dan kemudian berkata, "Aku tidak tahu bajingan mana yang mengeluarkan berita tentang masalah proyek. Para pemegang saham yang bodoh itu percaya begitu saja. Mereka terus-menerus menjual saham perusahaan. Begitu ketika pasar saham dibuka, saham keluarga Qi langsung jatuh ke dasar. Para pemegang saham sekarang sedang ribut di perusahaan. Aku harus segera pergi ke kantor untuk menangani masalah ini. "

"Baiklah, cepatlah pergi urus." Yunita berkata dengan suara hangat.

Nalan mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya, lalu mengatakan kepadanya, "Masalah Clara, kamu harus cepat menemukan jalan. Selama ada dana di tangan, semua masalah bisa diselesaikan."

Nalan menatapnya dengan penuh semangat, dan Yunita hanya mengangguk pelan.

Setelah Nalan pergi, Yunita hanya mandi sebentar, menelepon asisten, dan kemudian pergi.

Imori dijatuhi hukuman enam bulan penjara. Setelah dipenjara, Yunita mendapatkan asisten baru bernama Patty, Agen yang memperkenalkan asisten baru itu mengatakan bahwa Patty lulusan dari sekolah terkenal dan pernah mengikuti bintang terkenal selama dua tahun sebelum mengikuti Yunita.

Patty ini, rajin bekerja, tetapi mulutnya tidak bisa dijaga, Dia tidak bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dia bicarakan, dia

tidak bisa membedakan mana yang lebih penting mana yang tidak.

Setelah Yunita masuk ke mobil, Patty terkejut melihat dahinya biru lebam dan matanya merah dan bengkak.

"Kak Yunita, apa yang terjadi denganmu? Tuan Nalan kasar dan terjadi kekerasan dalam rumah tangga! Ya Tuhan, ini berita besar. Jangan sampai tersebar, nanti industri hiburan akan menggoreng berita ini menjadi panas dan viral.

Kakak Yunita, aku kasih saran, kamu lebih baik segera putus dengan Tuan Nalan. Pria yang bisa memukuli wanita, itu akan menjadi kebiasan, kalau ada satu kali pasti ada kedua kalinya, kamu tidak akan tahu seberapa besar penderitaan yang harus ditanggung dalam hidup kamu nanti. Kamu sangat cantik, baik hati, terkenal dan mulia. Mengapa kamu bertahan dan tetap bersama Nalan? Laki-laki di dunia ini juga belum punah……... "

Tangan Yunita mengepal, memandangnya dengan dingin, tidak mengatakan apa-apa, dan membanting pintu dan keluar dari mobil.

Yunita berbalik dan berjalan menuju ke villa, sambil menekan nomor ponsel agennya sambil berjalan masuk.

"Carikan aku dokter bedah yang bisa jaga rahasia untuk datang ke apartemenku dan suruh Patty pergi dan jangan muncul di hadapanku lagi."

Cedera dahi Yunita tidak serius. Setelah pemeriksaan dokter, lalu dikasih dua botol obat, satu untuk obat luar dan satu lagi untuk diminum.

Yunita meminta agennya untuk menolak semua acara hari itu. Setelah minum obat dokter, dia lalu minum dua pil obat tidur untuk membantunya agar bisa tidur dengan nyenyak dan tenang.

Ketika bangun, hari sudah malam, Nalan sudah pulang. Dia mungkin baru saja dari tempat hiburan dimana dia biasa menemani rekan bisnis dan klien minum-minum, seluruh badannya tercium bau alkohol dan rokok yang sangat menyengat.

Nalan tidak bertanya tentang luka di dahinya, tetapi malah terlihat tidak sabar untuk bertanya tentang masalah Clara dan Rudy.

"Aku, aku berusaha mencari jalan." Yunita menjawab dengan hati-hati.

Nalan jelas tidak puas dengan jawabannya. Proyek itu telah membuat keadaan menjadi berantakan. Kemudian para pemegang saham panik dan membuat keributan. Itu hanya menambah masalah saja baginya. Dia baru saja dipanggil pulang oleh orang tuanya, dan sempat dimarahi habis-habisan.

"Kalau tunggu kamu ketemu cara, mungkin sudah terlambat. Besok aku akan mengundang Rudy dan Raymond untuk bermain mahjong. Kamu cari cara untuk membawa Clara ke sana," kata Nalan dengan tidak sabar.

"Tapi......" Yunita ragu-ragu, bawa Clara kesana terdengar gampang, bagaimana dia bisa melakukannya? Dengan cara apa? Apakah dia harus bikin Clara pingsan dulu?

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu