Suami Misterius - Bab 261 Menginginkan Yang Lebih Banyak

Yunita tersenyum, senyum di matanya agak dingin. Dia berkata dengan santai: "Ayah adalah anak yang berbakti, dan jika kamu bisa berbakti kepada nenek itu,berarti kamu dapat menyenangkan hati ayah. Dan masalah terbesar nenek itu sekarang adalah pernikahan Ester. Bukankah dia menginginkan cucunya menikah dengan orang kaya? Carikanlah orang kaya untuknya, asalkan mereka terlihat baik di wajah, baik atau buruk di dalamnya, mereka akan tahu sendiri nantinya. Ketika Ester menikah dan kehidupannya tidak berjalan dengan baik, itu akan menjadi siksaan buat nenek itu. Jika sudah berlangsung lama, maka nenek itu akan berada dekat dengan kematian. "

“Benar juga.” Rina mengangguk dengan riang.

Yunita sudah selesai berbicara, kemudian membawa tasnya dan bersiap untuk pergi.

Rina memandangi wajah putri sulungnya yang sedikit kuyu, dan berkata: "Kamu tidak tinggal di rumah malam ini? Aku akan memasak sarang burung untukmu. Lihatlah dirimu, sudah kuyu seperti ini."

“Aku hanya kelelahan bekerja, kamu tidak perlu khawatir tentang diriku, nikahkan Elaine sesegera mungkin.” Yunita mengingatkannya. Elaine sekarang memiliki reputasi yang buruk dan jika tinggal di rumah terus, cepat atau lambat akan timbul hal-hal yang tidak terduga.

“Aku selalu mengajak adikmu untuk pergi melihat-lihat, tetapi tidak ada yang cocok,” Rina berkata dengan sedih.

"Jangan cari kriteria yang terlalu bagus, yang penting jujur dalam berkeluarga dan karakter prianya baik itu sudah cukup. Hidup sejahtera adalah yang paling penting. Jika tidak ada orang yang cocok di kota A, tidak ada yang salah mencari orang luar." Yunita selesai berpesan, kemudian memakai sepatu hak tingginya dan pergi dengan terburu-buru.

Tujuan dia kembali ke rumah adalah untuk memastikan apakah pernikahan Clara dan keluarga Sutedja berhasil atau tidak. Perusahaan konstruksi keluarga Nalan mengalami masalah keuangan baru-baru ini dan membutuhkan uang dari keluarga Sutedja.

Namun, saat ini sepertinya Clara tidak berhasil, mereka hanya bisa memikirkan cara lain.

Setelah Yunita pergi, raut wajah Elaine tidak begitu baik, "Bu, apa maksud kakak! Dia sendiri masuk ke empat keluarga besar, sedangkan aku disuruh menikah dengan orang sembarangan. Aku juga anak dari wakil walikota, lagipula, aku bukan anak angkat. "

“Tutup mulutmu.” Dengan wajah dingin Rina menegurnya, kemudian menghela nafas dan pasrah, “Pikirkan baik-baik, kakakmu benar. Sejak pernikahanmu dengan keluarga Ortega gagal, reputasimu sudah kurang baik. "Daripada menikahi dengan keluarga kaya dan melihat wajah ibu mertua setiap hari, lebih baik menikah dengan pria dari keluarga yang jujur. Dengan dukungan ayah dan kakakmu, hidupmu tidak akan mengalami kesulitan. Lagi pula, penampilan luar tidak begitu penting."

Bahkan Rina sudah berkata begitu, Elaine hanya bisa pasrah dan mengikutinya, wajahnya kelihatan sedih.

...

Di sisi lain, Yunita mengemudi kembali ke apartemen tempat Nalan Qi tinggal.

Dia membawa kunci dan masuk ke dalam, melihat Nalan Qi yang berdiri di depan jendela dan berbicara di telepon, raut wajahnya tidak begitu baik.

Yunita sangat penasaran, dia meringankan gerakannya, dan setelah melepas mantelnya, dia duduk di sofa dengan patuh dan menunggunya.

Setelah menyelesaikan panggilan telepon, Nalan Qi memegang ponselnya dengan erat, lalu melihat Yunita dengan tatapan dingin, bertanya, "Bagaimana kondisi di sana?"

Yunita menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, "Keluarga Sutedja tidak berencana menjadi besan dengan keluarga Santoso."

Setelah mendengarkannya, Nalan Qi mencibir, dan berkata. "Adik perempuanmu itu benar-benar hebat. Saham Sutedja Group sebesar 10% tidak membuatnya tergiur sama sekali. Apakah otaknya bermasalah, atau dia ingin mendapatkan yang lebih banyak?"

“Apa?” Yunita tertegun, matanya membelalak kaget. Dia selalu berpikir bahwa keluarga Sutedja tidak menyukai Clara dan tidak menyangka ternyata Clara telah menolak kebaikan dan sikap ramah keluarga Sutedja.

“Nalan, apakah kamu yakin?” Yunita masih sulit untuk percaya. 10% saham Sutedja Group, itu nilainya triliun. Otak Clara benar-benar bermasalah.

"Berita yang aku terima tidak akan salah. Hanya saja tidak jelas apa yang terjadi. Mulut keluarga Sutedja tertutup dengan sangat rapat, termasuk kakak sepupuku Nalan Vi, dia juga tidak bercerita banyak padaku," Nalan Qi berkata dengan pasrah.

Tentu saja dia tidak menduga, Nalan Vi adalah pribadi yang suka menjaga reputasi dan senang dipuji. Menantu perempuan pilihan putranya direbut oleh Rudy. Bagaimana mungkin dia akan bercerita?

“Nalan, bagaimana mengatasi masalah modal perusahaan?”Yunita berkata dengan cemas.

Dia benar-benar merasa khawatir. Hubungannya dengan Nalan Qi diketahui publik, kondisi mereka sekarang sudah dianggap seperti belalang di atas seutas tali. Begitu keluarga Nalan menghadapi kebangkrutan yang seperti terjadi pada keluarga Ortega, dia akan berada dalam kondisi dilema.

Jika dia meninggalkan Nalan Qi, dia akan dicemooh oleh publik seperti Elaine. Walaupun kedepannya direncanakan dengan baik, tetap saja akan sulit untuk menikah dengan keluarga orang kaya. Jika dia terus bersama Nalan Qi, kehidupannya akan mengalami kesulitan dan ini jelas bukan yang dia inginkan.

Karena itu, Yunita sekarang tidak memiliki jalan lain, dia hanya bisa sepenuhnya mendukung dan membantunya.

"Clara semakin dewasa semakin punya pemikiran sendiri. Walaupun aku kakaknya, rasanya tidak akan berhasil menasihatinya." Yunita menghela nafas, faktanya adalah kata-katanya tidak dianggap sama sekali oleh Clara.

"Nalan, aku kenal dengan beberapa investor dan pengiklan. Aku tidak tahu apakah mereka tertarik pada bisnis properti." Yunita berkata dengan hati-hati.

Nalan Qi duduk di sofa, telapak tangannya memegang kepala. "Saat ini tidak diperlukan. Seseorang memperkenalkanku dengan orang kaya dari Jing, dan sudah membuat janji untuk bertemu besok. Besok kamu temani aku bersosialisasi dengannya."

"Um, baik. Aku akan selalu bersamamu, apa pun yang terjadi." Yunita berdiri dan berjalan ke belakangnya, dan memijat pundaknya dengan tangan lembutnya.

Nalan Qi menutup matanya dan menikmati pijatannya dengan ekspresi nyaman di wajahnya.

Yunita memijat pundaknya sebentar, lalu melingkarkan lengannya ke leher Nalan Qi, kepalanya menoleh ke arahnya, dan memeluknya erat-erat. "Nalan, jangan bekerja terlalu keras, jaga kesehatan tubuhmu. Keluarga Nalan bukan tidak mampu membayar uang ini."

Sebenarnya, dia tidak tahu betul tentang bisnis keluarga Nalan, dia hanya tahu bahwa sebuah proyek di tangan Nalan Qi sedang mengalami masalah keuangan. Kalimat itu hanyalah pancingan.

Nalan Qi membuka matanya, menoleh ke arahnya dan menciumnya, kemudian berkata, "Meskipun kerugian proyek ini tidak berarti apa-apa bagi keluarga Nalan, tetapi secara pribadi, aku bertanggung jawab atas proyek ini. Jika terjadi kekacauan, para atasan senior akan mengomel lagi. "

Begitu Yunita mendengarnya perkataannya, dia merasa lega. Ternyata hanya sebuah proyek yang ditangani oleh Nalan Qi yang bermasalah.

Keluarga Nalan termasuk salah satu dari empat keluarga besar. Bagaimana bisa dengan mudah mengalami kebangkrutan, tampaknya dia yang menakut-nakuti dirinya sendiri.

Yunita memeluk Nalan Qi, bersandar dalam pelukannya dan mencium bibirnya, tangannya diletakkan di dadanya, tampaknya dia ingin melakukan sesuatu tanpa perintah.

Biasanya, saat dia mengambil inisiatif dan memulai duluan, Nalan Qi selalu bersedia mengikutinya, tetapi kali ini berbeda.

Nalan Qi meraih tangannya dan menyalakan sebatang rokok dengan lelah, dan melepaskan pelukannya. "Baiklah, tidurlah lebih dulu, masih ada sesuatu yang ingin aku kerjakan."

Yunita kembali ke kamarnya dengan patuh. Di depan Nalan Qi, sikapnya selalu patuh dan tidak merepotkan.

Keesokan harinya, Yunita bangun pagi-pagi sekali dan dengan senang hati,menyiapkan sarapan untuk Nalan Qi

Setelah keduanya sarapan, Yunita sengaja mengganti satu set pakaian olahraga yang indah dan pergi bersama Nalan Qi.

Nalan Qi dan orang kaya itu bertemu di sebuah lapangan golf di pinggiran kota. Marga keluarga orang kaya itu adalah Hanzel, berusia lima puluhan. Dia tampak lebih muda dari usianya, postur badannya tidak terlalu kurus dan memiliki sepasang mata yang mencerminkan orangnya sangat cerdas.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu