Suami Misterius - Bab 199 Dunia Milik Berdua

Clara bersikap seperti anak kecil, Rudy pun tak berdaya. Tapi tetap saja Rudy masih memaklumi Clara.

Rudy mengambil setengah pangsit dari mangkoknya dengan sumpit, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, “Em, lumayan juga rasanya.”

Clara membelalakkan matanya menatap Rudy, dia sedikit tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rudy memakan sisanya, yang ada air liurnya. Dia begitu saja memakannya?

Rudy seperti paham dengan apa yang dipikirkan oleh Clara, dia pun tersenyum, “Kita sudah ciuman berapa kali. Aku juga bukan tidak pernah memakan air liurmu kan.”

“Rudy! Diam.” Clara malu dan kesal. Ujung telinganya memerah. Dia mengambil satu dumpling udang dan langsung memasukkannya ke mulut Rudy.

Rudy tersenyum lalu menggigit dumpling udang itu.

Clara pun tidak memedulikannya lagi, dan lanjut memakan buburnya. Ketika dia baru saja memasukkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya, tiba-tiba dia mendengar pria di hadapannya berkata, “Clara, ayo kita menikah.”

Clara tertegun, bisa dibilang sangat terkejut mendengar ini, dan dia pun tersedak buburnya sendiri.

Clara batuk sebentar lalu Rudy memberikan air minum ke Clara.

Clara meneguk setengah gelas air hangat itu, baru akhirnya tenang, lalu melihat Rudy dan berkata, “Kenapa?”

“Kamu tidak tahu alasannya?” Rudy balik bertanya.

“Apa karena kemarin malam kamu memaksaku tidur bersamamu, jadi kamu mau bertanggung jawab kepadaku?” tanya Clara mengedipkan mata indahnya yang cantik dan jernih.

“Masa tidak harus bertanggung jawab?” wajah Rudy tampak sangat serius.

Clara memegang pipinya dengan satu tangannya lalu memelototi Rudy, “Ini juga bukan pertama kalinya kamu memaksaku kan, yang pertama kenapa kamu tidak berkata mau bertanggung jawab?”

“Aku sudah pernah bilang.” Rudy memandangnya, mata hitamnya menggelap lebih dalam. “Kamu sepertinya sudah lupa. Aku memberikanmu perjanjian sebelum menikah, tapi kamu tidak menerimanya.”

“Aku tidak punya kebiasaan menikah dengan orang asing.” Jawab Clara.

“Bagaimana dengan sekarang? Kita kan sudah bukan lagi orang asing untuk satu sama lain” Rudy memandang begitu dalam ke Clara.

“Tidur dua kali sudah tidak termasuk tidak asing?” tanya Clara sengaja membuatnya marah.

Tatapan mata Rudy di wajahnya dari tadi sudah terlihat sangat serius, tidak terlihat sedikitpun maksud bercanda. Menurut Rudy, pernikahan adalah suatu hal yang memang harus diperlakukan dengan sangat serius.

“Tidur dua kali dengan wanita yang sama, aku akan mempertimbangkan dengan serius menjalani sisa hidup bersamanya. Karena mau menjalani hidup bersama, tentu saja harus menikah.”

“Selain aku, berapa wanita yang sudah tidur dua kali atau lebih denganmu? Apakah kamu juga sama mempertimbangkan untuk menjalani hidup bersama mereka?” ucap Clara memanyunkan bibirnya. Dia sendiri tidak sadar kalau ucapannya ini cukup menyakitkan.

“Tidak.” Jawab Rudy.

Pertama kalinya mereka adalah pertama kali untuk Rudy. Maka dari itu Rudy saat itu melakukannya tanpa memperhitungkan semua, sehingga mungkin sudah menyakitinya.

“Pembohong.” Walaupun nada bicara Rudy terdengar sangat serius, tapi Clara masih saja terlihat tidak percaya. “Kamu jangan lupa, kamu pernah punya tunangan.”

“Aku tidak pernah menyentuhnya.” Jawab Rudy sambil mengerutkan keningnya, tidak terlihat ragu sedikitpun ataupun menyembunyikan sesuatu, “Bukannya kamu juga pernah punya tunangan. Ketika kamu bersamaku, bukannya kamu juga masih perawan.”

“Karena aku masih muda.” Bantah Clara. Ketika dia bertunangan dengan Marco, dia merasa masih belum dewasa. Marco juga tidak akan berani bersikap kurang ajar dan aneh-aneh kepadanya.

Sedangkan Rudy tidak mungkin bertunangan ketika belum dewasa.

“Aku tidak suka tingkah laku tunanganku dulu.” Jawab Rudy.

“Kalau begitu kamu yang memaksaku tidur denganmu, termasuk apa coba?” Clara marah.

“Dua-duanya semuanya kecelakaan. Aku diberi obat oleh orang.” Jawab Rudy jujur.

“Rudy, berapa buruk sifatmu ini sampai selalu saja diberi obat oleh orang.” Gumam Clara.

“Hanya dua kali. Setiap kali selalu denganmu. Aku jamin, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi kedepannya.” Selesai bicara, Rudy balik bertanya, “Apa kamu masih ada yang diragukan atau dibingungkan?”

Clara berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. Tidak ada yang ingin dia katakan lagi.

“Kalau begitu, apa kamu bisa kembali lagi kepadaku sekarang? Apa kamu bersedia menikah denganku?” Rudy bertanya lagi. tatapan kedua matanya begitu dalam, tajam dan sangat serius.

Clara memelototinya, Lamarannya kenapa begitu tidak resmi dan tulus begini, bahkan bunga, wine, cincin semuanya tidak ada. Jelas tidak boleh mengiyakanlah.

“Jika kamu tidak buru-buru, aku mau memikirkannya dulu pelan-pelan.” Ucap Clara.

“Baiklah.” Rudy mengangguk, Rudy benar-benar sangat sabar menghadapi Clara.

Di tambah lagi, wanitanya meskipun belum menikah dengannya, Rudy sudah menaruhnya di bawah sayapnya. Mungkin dia tidak tahu apa yang terjadi di kehidupan selanjutnya, tapi di kehidupan ini, Clara tidak akan bisa lari darinya.

“Kamu pelan-pelan saja makannya, aku keluar dulu.” Rudy bangkit dari bangkunya lalu melangkahkan kakinya berjalan keluar.

Clara mengira Rudy akan pergi ke kantor jadi dia tidak banyak bertanya. Dia minum sambil melihat ponselnya.

Baru saja Clara selesai makan dan belum sampai keluar dari ruang makan, Rudy tiba-tiba kembali lagi. Ada satu kotak obat di tangannya.

Clara melihat Rudy membuka kotak obat itu, lalu menuangkan segelas air hangat lalu memberikan obat itu dan air hangat itu ke depan Clara.

Clara melihat obat putih yang ada di telapak tangan besar Rudy, ada perasaan aneh yang tidak bisa diungkapkan dalam benaknya.

“Kamu benar-benar memikirkan semuanya dengan sempurna.” Di nada bicara Clara terdengar mencibir.

Rudy melihat Clara memandangi obat itu sambil mengerutkan kening, dia pun berkata dengan tenangnya, “Jika tidak mau minum, tidak usah memaksakan diri.”

Rudy hanya merasa kalau Clara masih terlalu muda. Jika saat ini, mereka punya bayi lagi, itu terlalu tidak bijaksana. Apalagi kemarin malam dia diberi obat, entah apa efek obatnya bisa mempengaruhi anak itu atau tidak.

“Aku hanya tidak suka obatnya karena terlalu pahit.” Selesai bicara, Clara mengambil obat itu lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, menelannya sambil mengerutkan kening. Setelah meneguk setengah gelas air hangat, rasa pahitnya masih tersisa sedikit di dalam mulut.

Wajah cantik Clara berkerut jadi seperti bakpao.

Kemudian, Rudy mengulurkan tangan memeluknya, lalu menempelkan bibir dan menciumnya. Menyesap rasa pahit yang ada di mulut Clara ke dalam mulutnya.

“Apa sekarang jadi lebih baik?” tanya lembut Rudy setelah melepaskan bibir Clara.

Clara marah, dia mengepalkan tangannya lalu memukulkannya ke dada Rudy.

Jelas-jelas Rudy ini sedang mencari kesempatan dalam kesempitan.

Rudy hanya menahan sakit dipukuli Clara, lalu tersenyum, “Lain kali, aku akan lebih berhati-hati.”

Kemarin malam hanya kecelakaan dan itu semua terjadi terlalu tiba-tiba. Jadi tidak ada persiapan sama sekali. Kedepannya, Rudy akan lebih dulu melakukan tindakan pencegahan hamil, tidak akan lagi membuat Clara meminum obat semacam itu. Dia dengar, terlalu banyak meminum obat semacam itu tidak baik untuk tubuh.

“Siapa yang bilang akan ada lain kali, mimpi saja kamu!” wajah Clara memerah malu sambil memelototinya.

Rudy tersenyum dan tidak mengatakan apapun, dia memilih menolak menjawab pertanyaan ini.

Tidak peduli lain kali, atau setelah-setelahnya, tetap harus ada. Dia adalah pria normal yang sehat jasmani dan rohaninya, jelas dia pasti ada **. Terlebih lagi, itu wanita yang disukainya.

“Apa sudah kenyang? Kalau iya tidurlah lagi.” ucap Rudy.

“Em.” Clara mengangguk, dia memang sangat capek dan mengantuk. Dia pun kembali lagi ke kamar dan melanjutkan tidurnya.

Hanya saja, Clara dulu tidur di kamar tamu, sekarang dia langsung ke kamar utama.

Begitu Clara tidur, dia tidur sampai malam. Ketika dia bangun, langit di luar sudah gelap.

Apartemen begitu sepi, Clara pun memakai sandalnya dan turun dari ranjang. Kemudian ketika melewati kamar anaknya, dia baru sadar kalau dari kemarin malam sampai hari ini, dia tidak melihat si kecil Wilson dan Sus Rani.

Clara turun tangga dengan memegang pegangan kayu tangga. Rudy duduk dan sedang membaca koran di ruang tamu.

Clara pun berjalan ke sampingnya lalu duduk begitu saja di sampingnya, lalu ebrtanya, "Wilson dan Sus Rani dimana?"

"Di rumah ayah dan ibuku, beberapa hari lagi baru pulang." JAwab Rudy santai.

Dia dan Clara jarang sekali memiliki dunia milik berdua. Dia tidak ingin Wilson kembali pulang dan merusak semua ini.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu