Suami Misterius - Bab 176 Menggali Lubang Menunggu Untuk Dikuburkan

Clara juga tiba-tiba memiliki keinginan untuk mengumpat. Baru saja ia berpikir apakah Rina tidak hati-hati sampai kadonya dan Elaine tertukar. Bagaimanapun, teh bunga tidak jauh lebih menarik dari pada lukisan ternama, sehingga tidak perlu menukar pemiliknya seperti itu. Namun pada akhirnya, mereka bukan salah dan tertukar secara tidak sengaja, tetapi sengaja menggali lubang dan menunggu untuk menguburnya.

Semua orang di sekitar yang menatapnya telah berubah, seolah-olah seperti sedang melihat orang kaya baru.

Di depan umum, Clara tentu tidak mungkin membuat perhitungan dengan Rina. Dalam situasi seperti ini, menukar hadiah akan sangat memalukan, menjatuhkan harga diri keluarga hanya akan membuatnya sedih.

Mungkin, Rina dan ibunya sebelum itu telah memperhitungkan semua dengan akurat, baru mereka berani bertindak semena-mena.

Pada saat ini, Clara hanya bisa dengan tenang menerima pandangan penuh ejekan orang lain, lihatlah jika kalian suka! Lagi pula, aku juga tidak apa-apa.

“Kakak Clara, hadiah yang kamu berikan benar-benar mahal dan berlebihan.” Kata Viona sambil tersenyum.

“Sama-sama.” Clara juga mengangguk begitu saja. Sikapnya seolah berkata: Aku memang orang kaya, kamu bisa apa, jangan iri.

Sebaliknya, Viona tidak bisa tertawa lagi. Bagaimana dengan pergi karena malu dan kesal yang menjadi ekspektasi? Apakah Clara ini gadis normal? Wajahnya lebih tebal dari tembok besar China.

“Sudahlah, Viona, jangan membuat masalah.” Nyonya Besar Sutedja melirik Viona dengan dingin, dan mungkin ia memperhatikan beberapa gelagat. Viona jelas-jelas sedang menargetkan Clara.

Adapun alasannya, Nyonya Besar Sutedja bisa menebak berapa.

“ Viona, kamu ajaklah semua orang untuk berkeliling di taman, kamu tidak perlu terus menemani nenek tua ini.” Meskipun Nyonya Besar Sutedja tersenyum, sorot matanya terlihat dingin.

Semua orang tahu harus bagaimana berperilaku dalam situasi ini, setelah mengatakan beberapa kata, satu per satu pergi.

Di dalam kamar yang begitu besar, tiba-tiba berubah menjadi kosong, Nyonya Besar Sutedja dengan dingin berkata kepada kepala pelayan, “Panggilkan Nyonya Muda kemari, katakan padanya bahwa aku yang memanggilnya.”

Kepala pelayan menggangguk dan pergi, tak lama kemudian, Nalan Vi pun datang.

Tiga puluh tahun sudah ia menikah dengan Revaldo Sutedja, ia melahirkan sepasang anak yaitu Gevin Sutedja dan Viona Sutedja, tetapi ia merawat tubuhnya dengan sangat baik, ia masih ramping dan mempesona, dari belakang terlihat tidak berbeda dengan seorang gadis.

“Nenek, apa kamu memanggilku.” Nalan Vi menunjukkan rasa hormat yang besar di depan Nyonya Besar Sutedja.

Namun Nyonya Besar Sutedja malah menatapnya dengan dingin.

“Sudah datang? Aku kira nenek tua ini tidak akan bisa menggerakkanmu.”

“Nenek, kata-katamu terlalu berlebihan, kamu adalah orang tua, aku berbakti padamu juga masih belum cukup.” Nalan Vi berkata sambil tersenyum.

Nyonya Besar Sutedja memutar cangkir teh di tangannya, kulitnya yang kendur, wajahnya terlihat tersenyum tapi seperti tidak tersenyum, “Kalian sudah kuat sekarang, aku juga sudah tidak mampu mengatu. Jika kamu tidak menyukaiku, urusan kalian, untuk seterusnya aku juga tidak akan ikut campur, bagaimana?”

Hati Nalan Vi panik, bahkan ia tidak bisa mempertahankan senyum di wajahnya.

Sewaktu muda, Nyonya Besar Sutedja dan Kakek buyut bersama-bersama berjuang didunia bisnis, dia sangat berpengaruh, jika nenek itu benar-benar tidak memperdulikan mereka, Gevin akan kehilangan salah satu dukungan yang sangat kuat.

“Nenek, Gevin adalah cicitmu satu-satunya, kamu jangan tidak memperdulikannya.” Nalan Vi berbica dengan tergesa-gesa.

“Bagaimana aku bisa mengaturnya? cucu menantu yang ku suka, bukankah kamu tidak menyukainya.” Kata Nyonya Besar Sutedja dengan wajah dingin.

Mata Nalan Vi berputar-putar sambil berpikir, ia akhirnya memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Nenek itu adalah orang yang cerdik, berbohong di depan orang cerdik merupakan tindakan paling bodoh!

“Nenek, menantumu benar-benar tidak mengerti. Di empat keluarga besar ini ada begitu banyak gadis yang cocok untuk dinikahkan, mengapa kamu memilih seorang putri dari keluarga wakil walikota.”

Ketika Nalan Vi mengatakan yang sebenarnya, itu malah membuat ekspresi Nyonya Besar Sutedja terlihat sedikit lebih hangat, hal yang paling dibencinya adalah para anak cucu yang berniat licik di hadapannya. Setelah terdiam sesaat, Nyonya Besar Sutedja menjelaskan, “Aku telah memeriksa gadis-gadis dari empat keluarga besar itu, hampir semuanya hanya bisa menghamburkan uang. Aku sudah mencari tahu sampai keakar-akarnya, hanya bertopang pada nama keluarga saja. Menantu seperti itu tidak akan bisa membantu Gevin, bahkan hanya akan menjadi penghalang saja.”

Nyonya Besar Sutedja yang sudah tua, baru mengatakan beberapa patah kata saja, tenggorokannya sudah terasa kering. Ia lalu mengangkat cangkir teh menyeruput tehnya. Ini benar-benar teh yang baik, rasanya lembut di mulut dan tahan lama, membuat tenggorokan terasa jauh lebih nyaman.

“Clara ini, meskipun ayahnya hanya seorang wakil walikota yang sederhana, dia adalah cucu dari keluarga Qi, pewaris Tianxing Media. Menikah dengan menantu yang punya latar belakang kaya raya, Gevin tidak akan rugi.”

Ini adalah masalah martabat dan reputasi, menikah dengan Clara, akan penuh keuntungan. Dibandingkan menikahi gadis-gadis dari empat keluarga besar itu, hanya terlihat cukup terpandang saja.

Setelah Nyonya Besar Sutedja menjelaskannya, tetapi Nalan Vi terlihat tidak mendengarkannya. Clara memang memiliki banyak uang, tetapi apakah ia sanggup melewati kekayaan Sutedja Group?

Nyonya Besar Sutedja menyipitkan matanya yang cerdik, ia terlihat seperti bisa menembus pikiran Nalan Vi, ia hanya bisa menghela nafas. Keinginan dan ambisi seseorang sering kali membutakan mata mereka.

“Apakah kalian masih memikirkan Sutedja Group?” Nyonya besar Sutedja bertanya dengan blak-blakan.

Setelah Nalan Vi tertegun sejenak, ia mengangguk dengan jujur. “Rudy tidak memiliki nama keluarga Sutedja, pewaris Sutedja Group seharusnya Gevin.”

“Rudy tidak memiliki nama keluarga Sutedja. Apakah Ardian juga tidak memiliki nama keluarga Sutedja! Ardian adalah putri tertua dari keluarga Sutedja dan seorang anak yang lahir di dalam pernikahan yang resmi. Dia lebih pantas daripada siapa pun untuk mewarisi perusahaan.” Kata Nyonya Besar Sutedja dengan suaranya yang sedikit marah.

“Tetapi aturan di keluarga Sutedja adalah mewariskannya kepada anak laki-laki bukan perempuan,” kata Nalan Vi dengan terus terang.

“Itu aturan dari keluarga Sutedja, bukan dari hukum.” Nyonya Besar Sutedja merasa sakit kepala.

Aturan Keluarga Sutedja di depan hukum sama sekali tidak berguna. Selain itu, dalam hal kemampuan, Ardian jauh berada di atas Revaldo. Ketika menempatkan Revaldo si anak haram ini pada posisi Predir Sutedja Group, dia dan Arima harus menerima berapa banyak tekanan. Mereka tidak meminta Revaldo untuk memperluas wilayah, selama ia bisa mempertahankan kepemimpinan, mereka sudah bisa bertanggung jawab kepada para direksi.

Tapi apa yang terjadi, Sutedja Group hampir hancur di tangan Revaldo.

Lagi pula, ia adalah cucu yang pernah ia sayangi, sudah berapa banyak hal-hal kotor yang telah dilakukannya.Nyonya Besar Sutedja sudah tidak ingin mengingatnya lagi.

"Arima juga tidak jelas, sampai sekarang masih ingin mengembalikan perusahaan ke tangan Gevin. Hari ini aku akan meluruskan hal ini, apa yang Revaldo lakukan pada Rudy ketika itu, menggunakan seluruh Sutedja Group juga tidak akan mampu meredam semua dendam. Rudy bukan orang biasa, searang dia sudah menjadi besar dan kuat, bahkan ada keluarga Sunarya yang mendukungnya. Tidak ada satu pun diantara kalian yang bisa menyentuhnya. Kalau masih ingin bersi keras merampas, maka itu sama saja mencari mati.”

Nyonya Besar Sutedja berkata sampai disini, apakah mereka dapat mendengarkannya atau tidak, itu tergantung pada pribadi mereka masing-masing.

Selama orang tua ini masih hidup, masih bisa melindungi mereka meski hanya satu hari lagi, hingga ketika ia menutup mata, mereka hanya bisa menerima takdir.

“Baiklah, kamu boleh keluar dan menjamu para tamu. Aku lelah.” Nyonya Besar Sutedja bersandar di sofa.

Nalan Vi menjawab dan berbalik, lalu berjalan keluar.

Begitu pintu terbuka, kepala pelayan muncul di depan pintu. Keduanya nyaris bertabrakan.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu