Suami Misterius - Bab 138 Mungkin Lajang

"Mengapa kamu baru keluar sekarang, Aku hampir diganggu barusan," Ester Pani mengeluh dan berkata.

“Bukankah sekarang kamu berdiri baik-baik saja di sini,” Suasana hati Elaine sedang tidak baik dan nada suaranya tidak ramah.

Ester tidak terlalu mempedulikannya, yang ada dalam pikirannya sekarang adalah sosok Marco yang tinggi dan tampan. Dia mengerutkan bibirnya dan berkata dengan malu-malu, "Untungnya, aku bertemu abang Marco dan dia membantuku. Dia orang yang sangat baik."

Elaine tampak kesal pada Ester, dengan nada suara yang agak tinggi berkata, "Abang Marco? Panggilannya begitu akrab, apakah kalian sangat dekat?"

“Bukankah kakak laki-laki dari kerabat keluarga semuanya menyebutnya seperti itu,” Ester menjawab dengan tegas.

Elaine mencibirnya, "Keluarga Ortega dan keluarga Santoso adalah kerabat, dan keluarga kecil dan rendah seperti keluarga Pani tidak pantas disebut dengan kerabat."

Mendengar cibiran dari Elaine, mata Ester Pani memerah. Latar belakang kehidupannya yang menyedihkan adalah luka baginya, dan Elaine sangat hebat menyinggung perasaannya

Ester hampir menangis dan berkata dengan emosi, "Ibuku juga bermarga Santoso."

“Jangan konyol, ibumu telah lama meninggal,” Elaine tersenyum menyeringai.

Di sisi lain, Clara masih berdiri di belakang pilar. Dia sudah datang dari tadi. Saat Ester diganggu, dia sudah bersiap-siap untuk muncul. Meskipun Clara tidak ingin melihat Ester, tetapi dia juga tidak mungkin membiarkannya diganggu oleh para preman.

Hanya saja, Ester melihat Marco dan tampaknya dia lebih bersedia menampilkan pertunjukkan pahlawan penyelamat wanita. Jadi, Clara sadar diri dan tidak ingin merusak suasana.

Kemudian setelah Marco pergi, Clara sedang bersiap-siap untuk keluar, saat itu juga, Elaine kembali lagi. Sekarang, Elaine dan Ester sedang beradu mulut, dia tidak mau terjebak diantara mereka setelah keluar.

Clara melewati pilar dan turun tangga secara diam-diam.

Dia yang baru saja berjalan sampai di depan pintu, tiba-tiba melihat Marco sedang bersandar di dinding, tangan kirinya memegang rokok yang sedang menyala dan kepalanya sedikit menunduk lalu menghisap rokoknya.

Tampaknya dia mendengar suara sepatu hak tinggi, Marco mengangkat kepalanya secara spontan, Lalu keduanya saling menatap.

Tatapannya tenang dan sangat sadar, dan pupil matanya yang hitam sedikit tertegun.

Marco dengan tak berdaya mengerakkan bibirnya. Karena dia ingin melihatnya, jadi dia menunggu di sini. Sebenarnya hanya mencoba keberuntungannya saja, tetapi siapa sangka, benar-benar bertemu, jadi dia menyapanya.

“ Clara, kebetulan sekali.” Marco memadamkan rokok yang ada di ujung jarinya dan berjalan ke arahnya.

"Oh, aku datang untuk memilih pakaian. Aku tidak menyangka kamu juga ada di sini," Clara berkata sambil tersenyum. Nada bicara Clara sangat tenang. Baginya, Marco hanyalah orang yang akrab dengannya.

"Aku datang untuk mengambil pakaian. Besok ada pesta perayaan perusahaan. Apakah Nona Lin bersedia menghadiri pesta ini?" Marco bertanya sambil tersenyum. Sekarang Clara adalah pemegang saham di perusahaannya, dan semua hasil yang dia dapatkan terdapat jasa Clara.

Clara menggelengkan kepalanya dan menolak langsung, tetapi penolakannya secara halus, "Besok aku harus menyelesaikan syuting periklanan dan benar-benar tidak bisa meluangkan waktu. Aku mengatakan selamat dulu kepadamu."

Marco tersenyum sedih dan mengangguk, penolakannya sudah diduga.

Keduanya baru saja berbicara sebentar, lalu terdengar suara samar antara Ester dan Elaine di tangga. Marco tidak ingin bertemu dengan Elaine lagi, jadi dia pergi lebih awal.

Clara masih berdiri di depan pintu, menunggu Ester turun untuk membayar uang.

Yanto mengeluarkan 200 juta untuk biaya pakaian mereka, dan kartu bank ada di tangan Ester.

Saat sebelum Ester ke luar negeri, keadaannya juga tetap sama. Setiap kali keluar membeli barang bersamanya, Nyonya besar Santoso pasti akan menyerahkan uang itu kepada Ester.

Mustahil bagi siapapun untuk bisa menghabiskan semua uang itu sekaligus, dan uang yang tersisa, Ester tidak pernah mengembalikannya, dia gunakan untuk dirinya sendiri.

Semua orang tahu jelas cara pemikiran Nyonya besar Santoso terhadap anak cucunya. Hanya saja tidak ada yang mau mempedulikannya. Bahkan Rina dan putrinya tidak bisa menerima perlakuan seperti itu. Apalagi Clara, lebih tidak peduli terhadap hal ini, dia selalu tidak pernah kekurangan uang sama sekali.

Ester memegang kartu dan membayar. Keenam gaun itu berjumlah lebih dari 160 juta. Dia mendapat keuntungan uang saku lebih dari 20 juta. Dalam hatinya sangat bahagia.

Dalam perjalanan kembali, Ester meringkuk lengannya Clara dengan sengaja, mengobrol dan bertanya terus-menerus tanpa henti, topik obrolannya semuanya hampir berkaitan dengan Marco, dan dia bertanya apakah dia punya pacar atau belum.

Ester pergi ke luar negeri selama enam tahun. Saat dia pergi, usianya masih muda dan belum terlibat dalam hubungan asmara. Setelah dia kembali, tidak ada yang menyebutkan keterikatan hubungan antara Clara, Marco dan Elaine .

"Dia mungkin melajang saat ini, aku tidak begitu jelas tentang yang lain. Jika kamu tertarik, aku bisa memberimu nomor kontaknya." Clara menjawab dengan acuh tak acuh.

Wajah Ester memerah dan tidak menolak.

Clara menundukkan kepalanya dan mengeluarkan ponselnya,kemudian mengirimkan nomor Marco padanya.

Wajah Ester penuh dengan senyuman, dan tidak bisa disembunyikan. Tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang gadis, dia masih harus berhati-hati.

"Kalau bukan dia yang menyelamatkanku hari ini, aku pasti sudah celaka. Aku meminta nomornya, karena ingin mengucapkan terima kasih." Ester menjelaskan dengan perasaan tidak tenang.

Clara tersenyum dengan acuh tak acuh.

Tetapi setelah Elaine selesai mendengarkan mereka, dia tidak tahan dan tersenyum menyeringai, "Bahkan jika kamu sangat tuluspadanya, Marco juga tidak akan tertarik. Orang tua Marco memiliki selera yang tinggi, dan mereka tidak mungkin tertarik pada orang yang lahir dikeluarga kecil dan rendah.

Ester tidak bisa membantahnya dan menatap Clara dengan mata yang memerah, " Clara, bukankah kamu bilang Bibi Ortega itu baik?"

Clara sedang bengong dan menatap jendela mobil. Saat ditanya, dia dengan santai menjawab, "Bibi Ortega orangnya sangat baik, tetapi seleranya juga sangat tinggi."

Clara merasa bahwa Ester menginginkan Marco, itu hanyalah khayalan. Meskipun keluarga Ortega sudah mulai bangkit kembali, bagaimanapun, mereka masih dalam kondisi krisis. Berdasarkan situasi saat ini, Yani pasti akan memilih menantu yang bisa membantu karir Marco.

Setelah kembali kerumah keluarga Santoso, mata Ester masih merah.

" Ester, ada apa denganmu? Siapa yang sudah mengganggumu?” Nyonya besar Santoso tertegun dan menatap Clara dan Elaine dengan tatapan dingin.

Dengan berlinangan air mata, Ester terlihat sangat sedih, dan saat dia ingin berbicara, Elaine mendahuluinya.

Elaine berkata, "Kami bertemu dengan preman dan hampir diganggu."

"Apa yang terjadi? Di siang bolong begini, preman mana yang begitu berani. Apakah kamu tidak mengatakan bahwa kamu adalah anak dari Walikota Santoso? Apakah kamu tidak apa-apa?" Rina menarik Elaine, memeriksanya dari atas sampai bawah, karena takut terjadi apa-apa.

“Tidak apa-apa, untung ada Marco di sana dan dia membantu kami,” Elaine berkata lagi.

“ Marco adalah pria yang baik, hei, tapi sayangnya takdir berkata lain,” Rina berkata dengan sangat menyesal dan dia mengulurkan tangan dan menepuk bahu Elaine seperti sedang menghiburnya.

Melihat pertunjukkan anak dan ibu itu, Ester benar-benar tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa.

Clara berdiri di samping dan menyaksikan petunjukkan itu. Melihat situasi ini, dia menggelengkan kepalanya tak berdaya. Ibu dan anak bener-bener bisa memutar balik fakta, dan segmen Ester jelas tidak cukup.

Memilih pakaian saja bisa dibuat begitu heboh, apalagi saat lelang amal pasti akan lebih heboh. Begitu terpikir dengan ini, Clara langsung sakit kepala.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu