Suami Misterius - Bab 1371 Seperti Pernikahan Paksa

Nyonya Maveris sudah menghapus air matanya dan dengan segera menyajikan sarang burung walet keluar dari dapur. “Jangan bangun pagi dengan perut kosong. Cepat minum sarang burung walet ini, kamu sekarang meminum sendiri tetapi untuk menyehatkan dua tubuh.”

“Diva, kamu hamil?” Setelah orang-orang mendengar, saling memandang satu sama lain dengan raut wajah yang berbeda-beda.

Keluarga dari ibu Nyonya Maveris telah hancur, kerabat dari keluarga ibunya ini sekarang ini telah menjalani kehidupan seperti orang-orang biasa, tidak lagi kaya dan kuat.

Meskipun sebelum keluarga ibunya itu hancur, kedudukan keluarga Sutedja, juga bukanlah harapan yang bisa mereka capai, apalagi sekarang ini.

Karena itu, Diva dapat menikah dengan keluarga Sutedja, rasa iri dari kerabatnya ini disaat yang bersamaan juga tidak dapat terjauhkan dari rasa cemburu dan asam dihati.

Putri Bibi Maveris juga tahun lalu baru saja menikah, menikah dengan seorang dosen universitas, ayah dari pihak suaminya itu adalah direktur dari sebuah biro. Keadaan keluarga yang seperti ini saja sudah membuat Bibi Maveris sangat senang.

Akan tetapi tahun ini Diva akan menikah, benar-benar menikah dengan keluarga yang kaya raya.

Saat mereka datang, Bibi Maveris masih dengan masam berkata “Hari-hari dikeluarga orang kaya bagaimanapun mungkin begitu mudah untuk dilalui. Jika tidak baik, baru saja menikah kemudian bercerai, bukankah itu lebih memalukan.”

Keluarga Sutedja sudah termasuk kedalam keluarga elit kelas atas, ingin berdiri tegap dengan kaki sendiri tidaklah mudah, paling tidak harus melahirkan satu anak laki-laki dan 1 anak perempuan, barulah ibu mertuanya akan menempel. Jika tidak, mudah untuk menikah, lebih mudah lagi untuk ditendang keluar.

Orang-orang tidak menyangka, Diva menikah dengan cepat, sama saja dengan telah menapakkan kakinya dengan tegap dikeluarga kaya ini.

“Menikah dengan hamil, benar-benar berita baik. Kak, tidak lama lagi, kamu akan menjadi nenek.” Paman Maveris dengan tertawa hahaha berkata.

Baru saja kata-katanya terucapkan, pintu apartemen terdengar diketuk oleh seseorang, terdengar suara yang ribut dari luar, suara pintu diketuk ditambah dengan tawa yang ramai, jelas, kelompok penjemput pengantin sudah datang, pihak mempelai pria datang untuk menjemput mempelai wanita.

Bibi Maveris berdiri, kemudian melihat keluar jendela.

Dilantai bawah, sebuah mobil mewah saling bersambungan tanpa berhenti didepan pintu apartemen, berbaris menjadi sebuah barisan yang panjang, tak terlihat ujungnya.

Meskipun yang menjadi alasan adalah Diva yang hamil, acara pernikahan dipersiapkan dengan sedikit terburu-buru, tetapi kekayaan Tuan Muda Sutedja yang tebal, tidak menandakan terburu-buru menjadi tidak megah.

Pernikahan ini memilih taman yang paling mewah, memilih perusahaan wedding planner yang paling bagus, settingan cahaya dan hiasan bunga yang disiapkan untuk acara pernikahan ini sudah menghabiskan puluhan miliar. Semuanya yang berhubungan dengan pernikahan ini, berhubungan dengan Diva, hanya dengan satu kalimat dari Tuan Muda Sutedja, seluruhnya menggunakan yang terbaik.

Mahen menikahi Diva, benar-benar menunjukkan ketulusan yang besar.

“Pihak mempelai pria sudah datang.” Apartemen seketika menjadi sangat ramai, orang-orang Keluarga Maveris pergi untuk menghalangi pintu, para pengapit pengantin memapah Diva kembali kedalam kamar.

Diva duduk didalam kamar dilantai atas, ia bahkan dapat mendengar suara pintu diketuk-ketuk, bahkan suara tertawa yang ramai.

Gaun merah yang seperti helaian bunga merah memenuhi pintu masuk, Nyonya Maveris dengan tangannya sendiri membukakan pintu untuk Mahen.

Begitu pintu terbuka, barisan kerabat langsung menyerbu masuk, Mahen berdiri dipaling depan, mengenakan setelan tradisional berwarna biru, dengan begitu teratur menyapa Nyonya Maveris dan berkata “Ibu.”

Nyonya Maveris sangat-sangat senang, menarik dan memperkenal satu-persatu kerabat didalam rumahnya.

Keluarga ibu dari Nyonya Maveris didepan Tuan Muda Sutedja sangat ramah, sangat ramah bahkan hampir seperti merayu.

Mahen dengan sangat sopan pun memanggilnya, tetapi hanya terbatas dengan sekedar kesopanan saja. Ia berasal dari keluarga ternama, mengerti dengan jelas bagaimana cara untuk menghadapi para bibi-bibi ini, selalu dapat menanganinya dengan baik.

Setelah secara singkat saling mengenal, Mahen membawa barisannya naik kelantai atas, langsung menuju kekamar dimana mempelai wanita berada.

Diva duduk diatas ranjang berwarna merah, dengan mengenakan baju pengantin berwarna orange, dengan dandanan yang cantik, dengan tenang duduk disana, seperti sebuah gambaran.

Ia mendengar suara, sedikit menolehkan kepalanya, melihat kearahnya, bulu matanya yang panjang dan tebal itu sedikit bergerak, hanya dengan sebuah pandangan, Mahen memiliki perasaan seperti jiwanya telah terpancing.

Mahen berpikir, pandangan pertama berjuta-juta tahun, kurang lebih itu adalah perasaannya saat ini kan.

Mahen berdiri didepan pintu, tercengang beberapa saat tak bergerak.

Pengiring pengantin laki-laki yang merupakan teman dari kecilnya yang mengulurkan tangan dan mendorongnya sedikit, Mahen baru kembali tersadarkan.

Diva tetap memandangnya, ia pun sama-sama memandangnya, pandangan mereka saling bertukar diudara. Ia menjulurkan kakinya yang panjang, dengan langkah besar menuju kearahnya, dengan salah satu lutut bertumpu dan berlutut didepan Diva.

Sesuai dengan peraturan, yang selanjutnya adalah mempelai pria melamar mempelai wanita, kemudian mengucapkan beberapa sumpah. Kemudian, kelompok pendamping mempelai wanita menanyakan beberapa pertanyaan untuk mempersulit mempelai pria dan juga para pendampingnya.

Gadis-gadis pendamping mempelai wanita itu telah memutar otak sekuat tenaga, memikirkan berbagai cara untuk mempersulit Tuan Muda Sutedja dan juga para pendampingnya, tikar akupresur pun telah disiapkan. Akan tetapi, Tuan Muda Sutedja sama sekali tidak mengikuti jalan acara yang ada, ia berlutut dengan salah satu kakinya didepan Diva, kemudian memberikan buket bunga kepadanya, kemudian, berdiri dan langsung menggendong Diva dari atas ranjang, membalik tubuhnya dan berjalan keluar, cara itu, tidak seperti menyambut pernikahan, lebih seperti merebut pengantin pernikahan.

Tidak hanya kelompok pendamping pengantin wanita, bahkan para pendamping mempelai pria dan juga para kerabat menjadi tercengang, pertama kalinya mereka melihat Tuan Muda Sutedja yang adalah pengantin pria yang begitu kuat, setelah merebut mempelai wanita langsung pergi, tidak dapat tertahankan.

Mahen menggendong Diva, sepanjang jalan melewati tangga.

Lengan Diva memeluk lehernya, kepalanya dengan ringan menempel di dadanya, hiasan kepala di dahinya bergoyang-goyang mengikuti langkah kakinya.

Disaaat ini, Diva dipeluknya didalam pelukannya, akan tetapi ia merasakan kehangatan dan keyakinan.

Mata kecil yang indah, perlahan, secara diam-diam menatapnya. Ia mengenakan setelan berwarna biru, sepasang dengan baju pengantinnya yang berwarna orange ini, bahkan sulaman naga dan phoenix diatasnya, sama-sama berasal dari tangan satu orang.

Ahyon berkata, biru adalah warna langit, sedangkan oranye adalah warna dari matahari. Matahari menerangi langit, sedangkan langit berisi matahari yang hangat.

Mahen sepanjang jalan menggendongnya keluar dari apartemen dan masuk kedalam mobil. Ia sedikit membungkukkan badannya untuk membantunya membenarkan bajunya, kemudian dengan senyum berkata padanya “Istriku, kita akan pulang.”

Diva tersenyum kepadanya, tetap dengan senyumannya yang tipis, akan tetapi matanya menyorotkan pandangan yang mendesak.

Mobil berjalan menyusuri jalanan utama dengan tenang, deretan mobil mewah yang panjang, tidak hentinya menarik perhatian orang-orang yang berada dijalan.

Mobil akhirnya memasuki sebuah taman yang megah, diatas rumput hijau didepan rumah bangsawan, tertata bunga hidup, pintu melengkung dan juga sebuah kastil cahaya buatan. Meskipun pagi hari, cahaya dan bayangan tetap mengalir, membuat orang merasakan keindahan yang bergantian. Menara kue 7 lapis berwarna pink, teletak di tengah-tengah kumpulan bunga mawar berwarna pink, kecantikannya membuat orang tidak tega untuk memakannya.

Keluarga Sutedja juga terlihat jelas sangat memandang penting pernikahan ini, seluruh orang dalam keluarga menghadirinya, kerabat dan teman-temannya juga tidak terkecuali. Politikus dan para pembisnis terkenal serta tokoh tinggi kelas atas juga kurang lebih seluruhnya menghadiri acara ini.

Hyesang mengenakan setelan jas, Ahyon mengenakan baju tradisional yang sangat pas, Maul dan Rita suami- istri juga mengenakan baju pesta modern, dengan sibuk melayani para tamu.

Mempelai pria dan wanita setelah sampai dilokasi acara, terlebih dahulu saling menggantik baju mereka.

Mahen mengganti atasannya menjadi jas berwarna putih, elegan dan mulia seperti seorang raja. Diva juga mengganti bajunya menjadi gaun pengantin.

Diva mengenakan gaun pengantin berwarna putih dan muncul dihadapan Mahen, Ahyon dengan sendirinya mendesign gaun pernikahan untuk menantunya, benar-benar cocok dengan temperamen Diva, begitu murni dan elegan, bahkan membuat orang memiliki sebuah perasaan tak tercapai dan juga perasaan tidak tertahan untuk memujanya.

Mahen melihatnya, matanya menatap lurus, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu