Suami Misterius - Bab 1191 Kalau Kamu Bilang Tidak Ada, Aku Percaya

Juga tidak tau berpelukan berapa lama, Alfy baru melepaskannya tanpa suara.

Keyra menghela nafas lega, mengangkat wajah, dengan tersenyum melihatnya. "Kalau kamu tidak melepaskanku lagi, aku hampir sesak nafas. Meninggal karena kehilangan oksigen saat berpelukan dengan pacar, pasti aku besok bisa masuk headline news."

Alfy melihatnya, menunduk, menggeleng dan tertawa, bertanya: "Mau makan snack malam bersama?"

"Baik, makan makanan barat." Mata Keyra hitam yang cantik, melihatnya dengan berkilau.

Masih tetap restoran barat semalam, masih tetap posisi semalam, hanya saja, berubah Alfy dan Keyra berdua.

Tempat duduk dekat jendela, pemandangan sangat bagus, di luar jendela adalah jalanan panjang berlampu neon.

Pelayan berjalan masuk, dengan hormat menyodorkan menu makanan kepada mereka.

Keyra tanpa melihat, memesan makanan yang sama dengan semalam. Tampaknya pelayan mengingatnya, bertanya sambil tersenyum: "Apakah hari ini perlu bungkus pulang lobster?"

Keyra mengangkat kelopak mata melihat Alfy, menjawab, "Tidak perlu."

Alfy mengembalikan menu kepada pelayan, bertanya Keyra: "Semalam ada datang?"

"Ehn." Keyra mengangguk, intonasinya asal menjawab: "Dengan kakak dan kakak iparku dan juga Remon. Dan juga bertemu cinta pertamamu."

Alfy mendengar demikian, mengerutkan alis tanpa sadar, menjawab dengan tenang, "Ehn."

Keyra: ".............."

Dia membesarkan mata melihat Alfy, melihat dasar mata Alfy yang tampak tenang. Reaksinya yang begitu tenang, sungguh membuat Keyra tidak tau mau bagaimana melanjutkan, ada semacam perasaan berbicara dengan diri sendiri.

"Kenapa kamu tidak bertanya apa saja yang dia katakan?"

"Dia mengatakan apa?" Tanya Alfy, nada bicaranya sedikit tidak serius.

Keyra bertopang dagu, melejitkan bahunya dengan santai, menjawab: "Juga tidak ada apa-apa, hanya mengingatkanku untuk menjaga moral sedikit, kira-kira merasa aku tidak pantas untukmu."

Alfy mengerutkan alisnya lebih dalam, ekspresi wajahnya hampir tidak bisa dibedakan, dengan terbiasa berkata. "Kamu jangan memasukkan ke dalam hati perkataannya."

"Kamu berbicara mudah sekali." Keyra mengerutkan bibir merahnya, marah, lalu berkata dengan sedih: "Kalau perannya bertukar, mantanku yang berkata kepadamu: Kalau kamu tidak bersikap bermoral, kalian tidak akan mungkin berjalan sampai akhir. Tunggu kalian putus, dia akan kembali padaku, aku sudah menjadi orang yang pantas untuknya."

"Dia berkata seperti itu kepadamu?" Nada bicara Alfy tetap tenang, hanya saja diantara alisnya yang berkerut ada rasa dingin yang menusuk tulang, "Karena perkataannya ini, makanya marah dan tidak membalas pesanku?"

Keyra menggigit bibirnya tidak berbicara, mengakuinya.

"Aku juga meneleponmu." Ucap Alfy lagi.

Keyra sedikit tercengang, "Aku tidak menjawab teleponmu."

" Remon yang menjawab, dia bilang kamu sedang mandi." Ucap Alfy dengan jujur.

Keyra menggeleng, "Semalam sedikit mabuk, saat aku selesai mandi Remon sudah pergi, dia tidak mengatakan kalau menjawab teleponku. Rimi ini berani-beraninya menyentuh teleponku.........."

Keyra berbicara sampai setengah, tiba-tiba merasakan keanehan. Alisnya yang cantik berkerut, marahnya langsung hilang, eskpresinya bertambah suram dan dingin.

"Apakah kamu curiga aku semalam tidur dengan Remon ?"

Pupil Alfy melebar, terdiam sejenak.

Semalam saat menjawab telepon, sekilas ada pemikiran seperti ini memang muncul di otaknya. Saat itu, dia hampir kehilangan kendali, tidak bisa menerima, bahkan hancur.

Dia sedikit gegabah berlari pergi mencarinya. Tapi pada akhirnya, dia tetap berhasil menahan emosinya.

Tidak pergi mencari, tidak memikirkannya, juga bisa pura-pura semuanya tidak pernah terjadi. Kalau, dia melihat Keyra bersama Remon dengan matanya sendiri, membuka lembaran kertas jendela terakhir, maka, mereka sungguh akan berakhir.

Namun, pemikiran mereka berakhir hampir membuatnya sangat menderita. Jadi, Alfy memilih percaya, percaya Keyra dengan Remon tidak terjadi apa-apa, percaya mereka bisa tetap berjalan sampai akhir.

Meskipun ini hanya menipu diri sendiri dan orang lain.

Alfy hampir tidak bisa tidur, tersadar sepanjang malam.

Keyra melihatnya terus diam, tiba-tiba mengerti pemikirannya.

Rupanya, Alfy benar-benar mencurigainya. Diantara mereka, bahkan kepercayaan yang paling dasar pun tidak ada. Dia bisa-bisanya memikirkan Keyra seburuk itu.

Mata Keyra memerah tanpa bisa dia kendalikan, basah. Dia dengan dingin menyunggingkan bibirnya, lalu berdiri, mengambil mantelnya, memutar badan berjalan keluar restoran.

Dia berjalan semakin cepat, pada akhirnya mirip seperti kabur.

Sedangkan Alfy setelahnya mengejarnya, menghentikannya di koridor yang kosong.

Alfy menahan tangannya, menindihnya di sisi dinding. Keyra marah sekali, berusaha untuk lepas. Tapi kekuatan diantara pria dan wanita ditakdirkan berbeda, Alfy menahan Keyra, Keyra sama sekali tidak bisa lepas.

"Alfy, kamu..........."

Keyra baru saja mengeluarkan suara, bibirnya langsung dilumat Alfy.

Bibirnya yang kuat dan sombong, Keyra memberontak di dalam pelukan Alfy, tidak berhenti memukul dada Alfy. Alfy sedikitpun tidak bergerak, fokus bergulat dengan bibir Keyra, meskipun ada yang melewati lorong, melewati mereka, dia tetap menganggap tidak ada apa-apa.

Keyra merasa, Alfy yang hari ini, mungkin sudah gila.

Sampai Keyra tidak mempunyai tenaga untuk memberontak, Alfy baru melepaskan bibirnya, tapi sepasang lengan kekar tetap berada di pinggang Keyra, memeluk dan menahannya dengan kuat.

Keyra tidak bisa melepaskannya, juga tidak menghabiskan tenaga lagi. Hanya menundukkan matanya, dengan kesal tidak mempedulikannya.

Mata Alfy sedikit merah, mungkin karena semalam tidak cukup tidur, di dalam matanya bisa dilihat pembuluh darah yang merah. Bibirnya menempel pelan di telinga Keyra, suara sangat serak.

"Aku mengaku, aku ada curiga. Waktu semalam itu, seorang pria menjawab teleponmu, mengatakan kamu sedang mandi. Seperti yang kamu katakan, kalau perannya bertukar, tengah malam begitu, seorang wanita menjawab teleponku, mengatakan kalau aku sedang mandi, apakah kamu tidak akan curiga."

Alfy menggunakan metode Keyra membantahnya, sungguh membuat Keyra tidak bisa berkata apa-apa.

Alfy benar, keadaan seperti semalam, Remon juga tidak tau salah makan obat apa, tidak hanya menjawab teleponnya, juga memberitahu Alfy kalau dia sedang mandi. Tidak aneh kalau Alfy curiga.

"Jadi, kamu sekarang sedang mempertanyakanku?" Keyra mengangkat kepalanya, sepasang mata yang jernih melihatnya.

"Aku hanya, ingin kamu menjelaskan. Key, kalau kamu bilang tidak ada, aku akan percaya." Tatapan Alfy yang dalam melihat matanya, kata demi kata, serius dan sabar.

"Tidak ada." Keyra mengangkat dagunya, menjawab sambil melihat mata Alfy.

Alfy seperti menghela nafas panjang, memeluknya erat lagi. Kepalanya tenggelam di antara rambutnya, meraup banyak-banyak nafasnya.

Seumur hidup ini, Alfy pertama kali mengerti, rupanya rasanya menyukai orang, sangat memikirkan kehilangan atau memiliki.

Keyra sekali lagi dibuat sesak oleh Alfy, membantah dengan tidak puas: "Alfy, lepaskan, aku tidak bisa bernafas."

Mendengar demikian, Alfy pun memelankan tenaganya, memeluk Keyra dengan hati-hati. Matanya yang gelap dan hitam, tatapan yang cantik itu mengarah kepada Keyra, suaranya lembut sekali, "Kembalilah, harusnya sayurnya sudah diantar ke meja semua."

Keyra mengangguk, membiarkan Alfy menggandengnya, kembali ke tempat duduk.

Dia mengeluarkan pisau, menunduk dan memotong steak yang setengah matang. Alfy di hadapannya, jari yang lentik itu sedang mengupas cangkang udang. Lalu meletakkan daging udang di piring Keyra.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu