Suami Misterius - Bab 1016 Dengar Kata Ayah

“Atau kamu coba cium aku saja, bisa jadi tidak begitu sakit lagi.”

“Aldio, kamu memang preman!”

Mata Honey yang telah menggenang air mata mulai menampakkan jejak amarah.

Akan tetapi kali ini dia tidak mendorong dada Aldio lagi, malahan mengulur jari dan menusuk kuat pada kepalanya, setelah itu dengan cepatnya mendorong pintu dan turun dari mobil.

Honey berlarian ke dalam rumah sakit, ketika keluar lagi, belakangnya telah diikuti oleh petugas rumah sakit.

Dia menginjak sepatu tumit dan berjalan terengah-engah hingga samping mobil, setelah itu membuka pintu mobil dan berkata kepada dokter :”Tolong antar pasien ini ke dalam kamar VIP.”

Petugas rumah sakit buru-buru menghampiri, bahkan sudah mendorong tandu ambulans, gayanya seolah-olah ingin mendorong Aldio ke dalam rumah sakit.

Aldio mengerut alis dan turun dari mobil dengan wajah yang seram.

Dia berdiri di hadapan Honey, wajahnya yang dingin menjadi lembut dengan perlahan-lahan.

“Honey, kamu masih belum mencium aku lagi.”

“Aldio, pergi sekarang juga….” Honey menjadi emosi dan terus mengentak kakinya, namun ketika dia masih belum menyelesaikan pembicaraannya, Aldio tiba-tiba mengulur tangan untuk memeluk pinggangnya, setelah itu langsung menimpa pada bibirnya yang lembut.

Otak Honey terbengong seketika, pemikirannya menjadi kosong sama sekali.

Kedua matanya terbuka lebar dan terus menatap Aldio dengan tatapan bengong, sebelum otak pemikirannya mulai berputar kembali, Aldio sudah mundur satu langkah dan meninggalkan bibirnya.

“Sekarang, benaran tidak begitu sakit lagi.”

Aldio tersenyum dan menebar pesona, setelah itu memasukkan tangan ke dalam saku celana, gayanya terkesan bermalasan, namun tetap saja diam-diam mengikuti dokter dan masuk ke dalam rumah sakit.

Honey menatap bayangan punggungnya yang hilang di dalam pemandangan, dalam hatinya terasa sedikit tersentuh.

Dia mengelus bibir sendiri dengan refleks, bibirnya seolah-olah masih menyisakan bekas kehangatan Aldio.

Honey berdiri kaku di tempat, lalu melamun hingga ponselnya berdering kembali.

Telepon tersebut berasal dari ibu Honey, ibunya bertanya kapan Honey akan pulang ke rumah.

“Aku, aku masih di rumah sakit, sedang bersiap-siap untuk pulang.”

Honey menjawabnya.

“Oh, aku sudah selesai memasak, ada menyiapkan sarang burung walet juga, kamu cepat pulang, sarang burung walet sudah tidak enak lagi kalau dingin.”

Nyonya Verome tersenyum lembut dan berkata.

Saat ini Honey baru sadar kembali dan pulang ke rumah dengan membawa mobilnya.

Pada saat dia menginjak ke dalam pintu kamar, pembantu rumah sudah datang menghampiri dan menyerahkan sendal kepadanya dengan reaksi ramah.

“Nona sudah pulang ya. Tuan dan nyonya sedang menunggumu untuk makan bersama.”

“Oh.

Ayah juga sudah pulang ya.”

Honey mengganti sendalnya, lalu berjalan ke dalam ruang makan dengan gerakan ringan.

Dia atas meja makan tertata hidangan makan siang yang mewah, Ayah Honey duduk di samping meja makan dan sedang minum teh.

“Sudah pulang ya, cuci tangan dulu baru makan.”

Ayah Honey berkata padanya.

“Oh. Siap, ayah, kamu cerewet sekali.”

Honey tertawa senang, lalu berlari ke dalam kamar mandi, setelah selesai mencuci tangan dan kembali ke ruang makan, Nyonya Verome telah menuangkan sarang burung ke hadapannya.

“Minum selagi hangat, biar bisa merawat kesehatanmu, kamu waktu dekat ini malam semakin kurus.”

“Ibu, aku seorang artis, gendut akan menjadi jelek di depan kamera.”

Honey berkata dengan nada manja.

“Jangan mencontoh dengan gadis yang selalu diet, tidak baik bagi kesehatan.

Kamu seorang penyanyi, bisa bernyanyi dengan baik saja sudah cukup, jangan mencontoh pada artis lainnya lagi, wajahnya sudah tidak berlemak sama sekali karena diet, apa gunanya juga kalau hanya ingin cantik di depan kamera.”

Ayah Honey berkata dengan reaksi serius.

Honey mengulur lidah kepada ayahnya, lalu dengan turutnya menyendok sarang burung ke dalam mulut sendiri.

“Ayo makan.”

Nyonya Verome memberikan sumpit kepada suami dan anaknya.

Honey memegang sumpit untuk mengambil sayur, setelah itu bertanya dengan nada ragu, “Ayah, kita batal kontrak dengan perusahaan, apakah harus membayar denda pembatalan kontrak yang sangat besar ya?”

“Masalah uang kamu tidak perlu khawatir, uang ini aku masih sanggup menggantikannya.”

Ayah Honey berkata dengan reaksi serius.

“Tetapi tidak perlu menimbulkan kerugian yang sebesar ini, aku mengontrak di perusahaan mana juga sama saja, sebenarnya tidak ada berpengaruh.”

Honey mencoba bertanya.

“Aku tidak ingin anakku terus diganggu oleh mantan pacarnya hanya demi sedikit uang kompensasi.”

Ayah Honey berkata dengan nada sewajarnya.

Honey mengerut sudut bibir, tangan yang memegang sumpit juga semakin mengerat, “Ayah terlalu banyak berpikir, anak ayah tidak ada pesona yang begitu kuat.

Jangan-jangan ayah tidak pernah mendengarnya ya, CEO Vosh tidak akan menyambung hubungan masa lalu lagi.”

“Aku juga pernah dengar kalau dia tidak akan berpacaran dengan artis kontrakan perusahaan sendiri, terus apa yang terjadi dengan kalian!”

Ayah Honey berkata dengan nada sedikit emosi.

Dia memang pernah mencari tahu, meskipun sifat Aldio cenderung suka bermain, namun dia tidak pernah bertindak terhadap artis kontrakan perusahaan sendiri, dan juga tidak pernah memaksa wanita.

Dengan status dan kedudukan Aldio pada saat ini, apabila dia menginginkan seorang wanita, akan ada banyak wanita yang menyetor diri ke hadapannya, sehingga dia juga tidak perlu mencari masalah sendiri.

Oleh sebab itu, Ayah Honey menyerahkan anak perempuannya kepada Aldio dengan hati yang tenang.

Namun Aldio malah berpacaran dengan Honey, dan bahkan telah putus juga.

Saat ini tingkat penilaian dan kepercayaan Ayah Honey terhadap Aldio sudah hampir mendekati angka nol.

Oleh sebab itu dia juga tidak mempedulikan uang lagi, pemikirannya yaitu asalkan Honey dan Aldio dapat putus dengan seutuhnya.

“Masalah ini aku sudah memutuskannya, tidak perlu membahas lagi.”

Ayah Honey berkata.

Honey mencibir bibir dan menampakkan reaksi tidak senang, “Ibu, ayah tidak demokratis.”

“Sayang, dengar kata ayahmu.”

Nyonya Verome mendukung keputusan suaminya.

Honey :”……” Topik pembicaraan batal kontrak tidak dapat diteruskan lagi, setelah itu Nyonya Verome mulai bertanya tentang keadaan Clara.

“Bagaimana keadaan nyonya muda Sunarya?

Sangat parah ya?”

Reaksi wajah Honey menjadi murung, lalu menggeleng kepala dan mengeluh nafas, “Keadaannya sangat tidak baik, anaknya sudah meninggal, Clara masih sedang merawat di dalam unit perawatan intensif.”

“Tuan muda Sunarya masih terkurung di kantor polisi, nyonya muda Sunarya malah terjadi masalah separah ini, haih, benar-benar tersiksa sekali.”

Nyonya Verome menggeleng kepala dan berkata.

….. Sementara pada saat yang sama, pemeran utama yang dikeluhkan sedang berbaring di unit perawatan intensif dan berpura-pura mati.

Dikarenakan harus menutupi perutnya yang buncit, saat ini badan Clara sedang tertutupi oleh dua selimut yang tebal, sehingga membuat dirinya merasa sangat tidak nyaman.

Lagi pula, dikarenakan harus berbaring di atas kasur pada setiap harinya, kedua tangan dan kakinya sudah hampir merosot.

Keadaan di dalam kamar tersebut sangat sunyi, hanya dapat terdengar suara elektronik dari alat medis rumah sakit.

Pada saat menjelang senja, matahari juga hampir terbenam, cahaya ruangan unit perawatan intensif juga semakin gelap.

Clara diam-diam menguap dan sedikit membuka kelopak matanya, ketika dia membuka matanya, dia sudah langsung melihat seorang dokter pria yang berdiri di sisinya dengan mengenakan jas putih.

Dokter tersebut mengenakan masker dan kacamata berbingkai tebal, saat ini hanya memperlihatkan kedua bola matanya yang hitam saja.

Clara terkejut sejenak setelah melihatnya, tangan yang tersembunyi di dalam selimut tiba-tiba mengepal dengan erat.

Meskipun lelaki tersebut telah berusaha menyamar, namun Clara tetap saja bisa mengenal dari kedua matanya…. Pria tersebut adalah Ahmed.

Tangannya sedang memegang sebuah jarum suntik, saat ini dia sedang menyuntikkan sejenis obat ke dalam botol infus Clara.

Setelah selesai menyuntik, Ahmed dengan refleksnya melirik sekilas pada kasur pasien.

Kebetulan Clara sedang membuka matanya pada saat ini, sehingga kedua tatapan tersebut bertemu dalam waktu sejenak.

Clara pura-pura tenang, lalu menggerakkan bibir sendiri, setelah itu berkata dengan nada yang lemas dan suara serak :”Dokter, aku, aku akan mati ya?”

“Jangan banyak berpikir lagi, tidurlah.”

Ahmed menekan suaranya dan berkata, seolah-olah juga khawatir kalau Clara akan mengenalnya.

Meskipun Clara tidak mengetahui dengan obat yang disuntik oleh Ahmed, namun kemungkinan besar adalah sejenis obat yang akan merengut nyawanya, oleh sebab itu Clara mengangguk dengan gerakan lemas, setelah itu memejamkan mata dan berusaha menahan nafas sendiri.

Ahmed berdiri di samping kasur dan menatapnya dengan tatapan dingin.

Setelah itu dia berkata dengan suara serak :”Kamu berangkat dulu, jangan terlalu cepat jalannya, tidak lama lagi suamimu dan anakmu akan menyusul di belakangmu.”

Clara diam-diam memejamkan mata sendiri, dalam hatinya telah memaki kejam terhadap Ahmed yang tidak waras ini, setelah itu dia diam-diam mencabut oksimeter denyut nadi yang menjepit di ujung jarinya.

Setelah itu denyutan nadi di monitor berubah menjadi sebuah garis lurus, lalu menimbulkan bunyi sirene yang menandakan kondisi krisis.

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu