Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 774 Memperoleh Reaksi Baik

“Kalian bukannya penasaran alasan aku bisa mencintai pria berengsek itu? Baiklah, aku bisa memberi tahu alasannya kepada kalian.”

Ucapan Felicia membuat semua wartawan menjadi semangat, dan cahaya mulai terpantul ke arah Felicia, seperti takut tidak memotret setiap perubahan ekspresinya.

Aku tampak tak berdaya menyentuh dahiku, hanya melihat Felicia dengan seriusnya menjawabi pertanyaan dari seorang wartawan: “Kalau kamu diculik oleh seseorang, dan seorang pria datang menolongimu tanpa memikirkan bahaya dirinya, apakah kamu bisa jatuh cinta dengannya?”

Pandangan tertuju ke arah wartawan tersebut, dan raut wajahnya tampak terlihat cengo.

Felicia menatap ke salah satu wartawan lagi, lalu bertanya lagi: “Kalau kamu berbuat kesalahan, dan membohongi pria itu, bahkan mendekati pria itu dengan tujuan jahat, ia masih tidak ingin menyakitimu, dan berusaha melindungimu, apakah kamu bisa jatuh cinta dengannya?”

Wartawan itu tak bisa berkata-kata, tapi ada seorang wartawan dengan semangatnya bertanya: “Felicia, jadi maksudmu adalah, kamu memang mendekati Pak Alwi demi kekayaan, ia tahu tujuanmu namun tidak menyalahimu, bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya demi menolongimu, oleh karena itu kamu setia dengannya, sekalipun kamu menjadi selingkuh juga tidak apa-apa.”

Netra Felicia melirik sekilas wartawan itu dengan dingin, lalu tertawa remeh: “Kita berdua kenalan sudah lama, saat itu ia adalah seorang lelaki penakut dan tidak bisa berbicara dengan baik, menjadi pelayan di bar. Uang? Tidak, ia tidak mempunyai uang. Keberanian? Kadang ia mempunyai keberanian, namun kadang ia seperti pengecut.

Seketika semua orang menjadi bingung, Felicia lanjut berkata: “Tapi lelaki yang tidak kaya dan berani sepertinya, rela berkorban demiku, rela menggendongku dari pagi hingga malam. Dirinya lah yang membuatku tahu bahwa kehidupan ini tidak hanya terdapat kesulitan yang harus kita hadapi dan masih ada puisi, serta masa depan. Dirinya juga yang membuatku memiliki kemampuan untuk memperoleh kebahagiaan. Kalau tidak, aku mungkin masih tenggelam di dalam kenangan lalu, seperti parasit yang berhinggap.”

Netraku memanas, namun Felicia sudah mengalirkan air matanya, ia tarik napas lalu tertawa, ia berkata: “Memang benar kita tidak bisa berjalan hingga akhir, aku menyesali, aku adalah kekasih pertamanya, namun aku tidak bisa menjadi orang yang sangat ia cintai, tapi itu bukan masalah ia, itu karena aku kurang beruntung kurang baik, aku juga bahkan tidak ada pikiran untuk mengganggunya. Pada saat itu, aku akan bilang kepadanya, ‘Alwi, ia tidak menginginkanmu tapi aku pasti ingin’.”

Setelah Felicia selesai berucap, ia memberikan mikrofon kepada managernya, membalikkan badannya dengan gagah lalu pergi. Sekarang tengah siaran langsung, aku menatap ke arah managernya, wajah Kak Jin terlihat begitu kusut, ia tampak tak berdaya, tapi ia juga tidak menghalangi Felicia, mungkin karena ia tahu ada beberapa kata, jika Felicia tidak mengucapkannya, hatinya akan merasa tidak enak.

Aku mematikan televisi, dengan secara perlahan menutupkan kedua mataku, dalam lubuk hati aku merasa terharu, tapi rasa bersalah lebih dominan.

Aku tidak bisa memberikan apapun untuk Felicia, namun ia selalu berusaha membelaku, rela mempertaruhkan reputasi baiknya.

Itu adalah Felicia…..

Ia terlihat lembut di luar namun hatinya tegas, lebih keras kepala dibanding siapapun, sesuatu hal yang sudah ia akui, mau kamu mengancaminya menggunakan pisau, ia tidak akan berubah, dan menjalaninya hingga akhir.

Pintu terbuka, Samuel masuk ke dalam, lalu berkata: “Kak Alwi, sudah kuusir wartawan lainnya.”

Aku mengangguk kepalaku, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, Samuel membuka pintu melihat Anna dan Monica menenteng sebuah kantong plastik yang berisi buah-buahan lalu masuk ke dalam, aku tertawa lalu berkata: “Kakak ipar kenapa datang?”

Anna berkata: “Dony akan makan siang di sini, jadi aku dan Monica membeli sayur untuk siap-siap.”

Monica mengangguk kepalanya, melirik kamar sekilas, lalu bertanya kepadaku: “Felicia masih belum pulang?”

Tadi itu adalah siaran langsung, jadi meskipun Felicia sudah pergi, tidak akan secepat itu tiba di rumah. Aku mengangguk kepala lalu berkata: “Belum, ia menghadiri sebuah acara penghargaan di Shanghai.”

Monica tertawa canggung, berkata: “Aku tahu, tapi aku sedikit khawatir, lagipula hobi kalian adalah muncul tiba-tiba, apakah kamu sudah menonton wawancara tadi?”

Aku mengangguk kepala, raut wajah Samuel menjadi bingung, terlihat jelas, ia tidak tahu.

Monica menghela napas, berkata: “Aku tidak menyangka ia akan berkata seperti itu, terlihat jelas ia memang sangat mencintaimu.”

Aku tidak membalasnya, Anna menggunakan tangannya untuk menyentuh lengan Monica, ia sadar salah berucap, berkata: “Kalau begitu, kita ke dapur dulu.”

”Maaf merepoti kakak iparku.” Ujarku dengan sopan, lalu bangkit menuju kamar.

Terbaring di atas kasur, menatap langit-langit kamar, kini aku merasa kesal dan juga memendam rasa, aku sangat ingin menelpon Jessi, bahkan untuk memiliki kontaknya untuk meghubunginya. Memikir sampai sini, aku teringat Ficky Chen. Oh iya, bukankah aku ingin mengirimkan sebuah hadiah untuk beliau? Biarlah beliau menjadi pengirim surat untukku.

Meskipun sekarang Keluarga Song berusaha ingin mendekat dengan Keluarga Hu, tapi aku ingin Ficky bertemu dengan Jessi. Keluarga Song tidak ada alasan untuk mencegat lagi, bukan? Lagipula, Mark tidak tentu akan merasa perbuatan keluarga Hu itu benar, dan juga adik Vicky Hu…. Karena ia sudah menjadi kambing hitam, mana mungkin aku melepaskannya begitu saja?

Memikir sampai sini, aku meneriaki Samuel untuk masuk, berkata: “Biar Regy Yang membawa bawahannya menuju Beijing mengurus masalah. Pertama, barangku berikan kepada Fivcy Chen. Kedua, menghancurkan adik Vicky Hu. Ingat, jangan tinggalkan jejak, aku tidak perlu ia mati, aku hanya butuh ia kehilangan kemampuan untuk menjadi lelaki.”

““Aku mengerti, aku akan menyuruh mereka melakukannya, kalau barang tersebut….”

”Tunggu sebentar, aku akan memberikan barang tersebut kepadamu.” Ujarku, lalu menuju ke meja kerjaku, mengambil sebuah kertas surat, namun aku tidak tahu apa yang harus kutuliskan.

Tiba-tiba, aku teringat sebuah puisi 'Pu Suan Zi; Aku tinggal di ujung sungai Changjiang'

“Aku tinggal di kepala sungai Changjiang, ia tinggal di tepi sungai Changjiang. Aku merindukanmu hari demi hari, meminum air sungai yang sama.’

“Kapan air sungai akan berhenti, kapan kebencian ini akan berakhir, aku berharap hatimu seperti hatiku, maka cinta kita tidak akan berakhir.”

Walaupun kita tidak tinggal di kepala sungai dan ujung sungai Changjiang, tapi tidak ada kata-kata yang lebih cocok untuk mengekspresikan perasaanku sekarang dibanding puisi ini, semakin bisa menunjukkan apa yang ingin kunyampaikan terhadap Jessi.

Aku memikir, Jessi begitu mengenalku, pasti paham apa yang telah kunyampaikan.

Dunia ini terlalu kacau, penuh dengan kebencian, keirian, hinaan, keadilan, dan juga keegoisan. Tapi semua masalah ini tidak bisa mengalahkanku. Aku ingin memberi tahu Jessi meskipun semua orang menghinaku, membenciku, mengabaikanku, menganggap remeh perasaanku terhadapnya, merasa aku berpikiran jauh untuk memilikinya, aku tidak akan mengubah tujuan awalku. Yang ingin kulakukan adalah bukan membuat semua orang memahamiku, mendukungku, dan memujiku. Aku hanya ingin mencintainya! Mencintainya! Dan mencintainya!

Memikir sampai sini, aku mengambil penaku, mulai menulis puisi tersebut di kertas.

Setelah selesai menulis, dengan hati-hati aku melipatkan kertas tersebut menjadi bentuk hati. Aku pernah belajar dari orang lain sebelumnya, walaupun sudah lama tidak membuat tapi aku masih mengingat bagaimana caranya. Setelah melipat, netraku menatap ke arah hati yang telah kubuat dan merasa sedikit lucu, memikir apakah Jessi akan merasa aku sedikit kekanak-kanakan? Lagipula melipat kertas menjadi bentuk hati seperti kelakuan anak sekolahan zaman dulu.

Tapi…. siapa peduli, jika seorang pria berada di samping perempuan yang ia sukai akan berubah seperti anak kecil. Sebagai seorang anak, tidak apa-apa jika aku melakukan hal kekanak-kanakan seperti ini.

Memikir sampai sini, aku menaruhkan bentukan hati ini ke dalam surat, menuliskan “yang tercinta”, lalu menaruhkan surat dan cincin dari nenek moyang ke dalam sebuah kotak perhiasan yang mewah.

Kotak perhiasan ini berwarna merah otentik, memiliki gaya Eropa, sekitarnya menggunakan pelek emas, bagaikan pemandangan bunga yang menjalar, terlihat sangat anggun, sedangkan di tengah kotak tersebut terdapat tempat untuk menaruh foto, yaitu foto Jessi yang kuberikan kepadanya.

Awalnya kotak perhiasan ini akan dikirim kepada Jessi bersama dengan perhiasan hasil desainku untuknya. Tapi sekarang aku memberinya terlebih dahulu, kalau tidak membawa apapun sangatlah tidak enak.

Aku dengan seriusnya memberikan kotak tersebut ke Samuel, berkata kepadanya untuk hati-hati, dan berkata kepadanya bahwa cincin tersebut harus diberikan kepada Ficky Chen, yang lain untuk Jessi. Berkali-kali mengingatnya, sampai Samuel berkata bahwa ia tidak demensia, aku baru menutupkan mulutku.

Setelah itu Samuel pergi menemui Regy Yang, sedangkan aku pergi ke dapur melihat apakah butuh bantuanku, tapi aku diusir oleh Monica dan Anna, mau tidak mau aku balik ke dalam kamar, dengan bosannya membaca sebuah buku.

Tapi entah mengapa, mungkin karena aku bisa menyatakan perasaanku ke Jessi, sehingga suasana hatiku menjadi lebih baik.

Sangat cepat, di luar sana tercium aroma makanan, suara Dony dan Samuel juga terdengar jelas, disertai dengan suara pintu tertutup.

Aku menutupkan buku, lalu keluar dari kamar, Dony tertawa terhadapku lalu berkata: “Apa yang telah Samuel ucapkan memang benar, kamu tampak terlihat semangat. Sebelum datang, aku bahkan memikir bagaimana untuk membuatmu bahagia kembali.”

Aku tertawa, berkata: “Awal mula aku memang marah, tapi setelah itu aku berusaha tenang. Kalau karena itu saja aku merasa sedih, kecewa, bukankah aku jadi menghalang jalan orang lain? Aku tidak akan karena masalah itu membuat diriku menjadi tidak bahagia.”

Dony mengangguk kepalanya ke arahku, tertawa lalu berkata: “Kamu bisa berpikir seperti itu sudah sangat baik.”

Tiba-tiba, Anna keluar dari dapur, lalu lari menghampiri Dony dan memeluk pinggangnya, dengan manjanya ia berkata: “Dony, rupanya kamu sudah datang.”

Dony tertawa lalu mengelus pelan rambutnya, dengan manjanya ia berkata: “Iya, apakah kamu capek?”

”Tidak capek, aku telah buat sup babi kesukaanmu. Aku baik, kan?” tanya Anna.

Dony masih tetap dengan manjanya tertawa, berkata: “Iya, sangat baik. Entar aku akan makan lebih banyak.”

Melihat adegan mesra seperti itu, aku menopang daguku: “Aduh, mengapa mataku sakit sekali. Bolehkah kalian berikan jalan untuk kami? Disini masih ada orang yang lajang.”

Anna menatapku jengkel, lalu mendengus sebal, menarik lengan Dony menuju meja makan, sedangkan aku membantu Samuel dan Monica membawa makanan, saat tengah makan, Felicia pulang, orang-orang yang berada di sini mungkin sudah menonton wawancaranya, mendadak suasana menjadi sedikit canggung.

Netranya menatap seluruh orang, aku justru adalah orang yang paling tenang di sini, berkata: “Sudah pulang? Apakah kamu sudah makan?”

Felicia menggelengkan kepalanya, aku bangkit lalu berkata: “Makanlah bersama kita, masakan Monica dan Anna sangatlah enak, biarlah aku ambilkan nasi untukmu.”

Felicia juga tidak sungkan denganku, ia justru mengedipkan matanya ke arahku lalu berkata: “Boleh.”

Awalnya yang harus terlihat canggung adalah kita berdua, namun sekarang kita berdua terlihat biasa saja, itu karena kita dengan kompak menganggap wawancara itu seolah-olah tidak pernah terjadi, tapi walaupun aku tidak mengungkitnya, dalam hati kita jelas, perasaan yang telah ia nyampaikan ke aku, aku tidak perlu bicara apapun lagi dengannya.”

Aku membawakan nasi untuk Felicia llau duduk, ia berkata: “Lusa nanti serial TV akan mulai syuting, kamu sebagai investor harus datang.”

Aku mengangguk kepalaku berkata: “Iya aku tahu.”

Setelah selesai makan, Felicia balik ke kamarnya untuk melihat naskah, aku juga balik ke kamarku sendiri, memainkan ponsel baruku, mencari berita tentang Felicia di internet.

Sebenarnya saat aku membuka berita tersebut, aku masih sedikit gelisah, walaupun aku terlhat tenang, tapi jauh dalam lubuk hati aku merasa khawatir, takut diriku akan menghancurkan reputasinya, tapi yang membuat aku tak sangka adalah, tapi ternyata semua orang memberikan reaksi yang baik untuknya.

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu