Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 392 Membunuh Musuh (2)

Saat aku mematahkan bendera musuh, terdengar lagi beberapa suara tembakan.

Atmosfer sekarang rasanya penuh dengan ancaman bahaya dan bau darah. Ada orang yang terlukakah? Julian ataukah Govy? Aku mulai merasa khawatir, takut kalau-kalau Govy terluka, bagaimanapun Julian terlalu hebat, meskipun tadi aku sudah mengarahkan senjataku pada dirinya, tapi aku mengerti, itu semua karena dia telah meremehkanku. Bagi dirinya aku bukanlah apa-apa, ditambah lagi kalau ini bukanlah peperangan yang sesungguhnya, dia tidak memiliki inisiatif yang tinggi, makanya di satu waktu dia sangat ceroboh dan aku menang atasnya.

Jika dalam situasi siaga, aku benar-benar tidak berani membayangkan kalau mereka mengerahkan semua kekuatannya, tidak tahu apa jadinya keadaan ini!

Dengan berpikir seperti ini, aku segera mempercepat langkahku menuju asal suara tembakan, saat hampir sampai, bau darah semakin lekat, tidak jauh dari situ aku tidak menduga akan melihat satu perempuan dan dua laki-laki terbaring disana, baju tiga orang ini sudah tidak lengkap, orang dengan penglihatan tajam pasti sudah tau apa yang terjadi pada mereka.

Bagian baju dari ketiga orang ini ada disamping, dari perawakan mereka bisa dilihat bahwa mereka adalah orang-orang yang seharusnya tinggal untuk menjaga bukit ini, mungkin mereka sedang mencari dorongan dan mereka melakukannya di bukit ini. Tidak terpikirkan bahwa mereka malah dibunuh.

Saat ini, di pikiranku terlintas omongan Calvin, dia bilang dia punya cara untuk menyuruh Govy membuh Julian, tapi apakah ini adalah sebuah cara? Apa yang sebenarnya terjadi pada ketiga orang ini? Apa mereka hanyalah tumbal dari semua rencana ini? Aku tidak berani berpikir banyak dan juga bukan waktunya untuk berduka, aku segera pergi dari atas gunung menuju ke dalam hutan, aku kembali mendengar suara tembakan, kulit kepalaku terasa kesemutan, aku segera mencari tempat persembunyian.

Saat setelah aku bersembunyi, dengan hati-hati aku mengeluarkan sebagian kepalaku, melihat sekeliling dan menemukan ada segerombolan siluet berlari-larian di lereng gunung, meskipun badan mereka tertutupi oleh pohon-pohon besar dan sebagainya, tapi dengan jelas aku bisa melihat dan juga mengenalinya bahwa bayangan itu adalah Julian.

Beberapa peluru mengejar Julian tanpa henti, begitu dia menghindarinya dengan cepat, seketika sudah tidak terlihat bayangan badannya lagi.

Aku melihat kearah peluru ditembakkan, tidak ada orang, kemungkinan orang itu takut kalau Julian balas menembak, maka dia segera memindahkan titik tembakan.

Akan tetapi, dilihat dari tembakan musuh, aku merasa bahwa tidak hanya satu orang yang ingin menambak mati Julian, apakah selain Govy masih ada orang lain?

Siapakah dia?

Sembari aku berpikir, aku sembari melihat kearah Julian dikejar, dengan cepat aku mendengar sembuah tembakan, kali ini harusnya Julian yang menembakkan, aku tidak berani tergesa-gesa untuk maju kedepan, segera memanjat keatas pohon besar, takut kalau berdiri di batang pohon saja tidak cukup tinggi untuk melihat, maka aku segera memanjat sampai ke puncak pohon. Di puncak pohon ranting dan daunnya sangat lebat, cocok untuk jadi tempat persembunyianku, selain itu, aku bisa melihat segalanya dari atas sini.

Dua pasukan saling melihat musuh dengan ketat, jadi kecil kemungkinan mereka melihat persembunyianku, aku menggunakan lensa sinper untuk melihat sekeliling, tiba-tiba aku melihat sesorang mengenakan helm baja, seorang wanita dengan cat minyak di wajahnya bergerak cepat di tempat yang rendah, terhalangi oleh topi ditambah lagi dengan cat minyak di wajahnya, aku tidak bisa melihat jelas perawakannya, tapi dilihat dari kecepatan gerak-geriknya, dia adalah pemeran yang sangat hebat.

Tapi di tempat yang tidak jauh darinya, Govy berbaring disana seperti macan, sepertinya dia sedang menunggu kesempatan untuk menembak.

Aku berpikir permainan bodoh Govy ini boleh juga, dia juga melakukan misi bersama seorang prajurit wanita.

Selesai aku berpikir demikian, prajurit wnaita itu melepaskan topi dan segera berlari ke samping, disaat itu juga, aku melihat sepasang mata hitamnya, detik ini, aku dibuatnya terkejut, dengan seksama menatapnya, hatiku terguncang. Aku segera meluncur turun dari pohon dan hampir terpeleset jatuh.

Wanita ini, ternyata adalah Jessi......

Setelah Jessi melepaskan helm bajanya, dia tidak segera menembak, dia memutar tubuhnya kearah yang berlawanan dan baru mengangkat senjatanya, berdiri dan segera menembak Julian, tembakannya sangat stabil, seluruh orang saat ini langsung meledak dalam peperangan yang kuat. Temperamen besinya biasanya adalah kekuatan dua orang, tapi memiliki daya tarik mematikan, pada saat yang sama, Govy memicingkan matanya, seolah-olah pedang tajam keluar dari sarungnya, dia beberapa kali menembakkan peluru kearah Julian.

Julian sangat hebat, dia segera bersembunyi, tapi siapakah Jessi dan Govy? Mereka bukanlah orang biasa, maka Julian menjadi jauh lebih hebat. Dari kerjasama antar penembak jitu tersebut, bahu dan kaki mereka juga dilukai, beberapa dari mereka mulai melarikan diri.

Melihat Julian melarikan diri, mataku tidak memercayai ini, pada saat ini, ada sebuah kilatan terlintas di otakku, aku meraba belati yang aku sembunyikan di telapak kakiku, setelah turun dari pohon, aku langsung menembak kearah Jessi.

Tentu saja,ini adalah tembakan pengalihan saja, dan pelurunya kosong, maka Jessi juga tidak akan terluka.

Jessi dan Govy tertarik oleh kekuatan militer disini, tiba-tiba mereka mulai menembakiku, tapi karena aku sudah mempunyai persiapan terlebih dahulu, maka aku bisa dengan cepat menghindar, aku dengan segera sudah berkumpul bersama Julian, Julian melihatku, dengan sedikit terkejut dia bertanya: "Yang tadi menembak itu kamu?"

Aku mengerutkan alisku dan berkata: "Iya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

Julian melihatku datang dan itu jelas mengejutkan, apalagi dia sendiri tidak percaya padaku, tapi meskipun kamis berdua bisa berperang, tapi dilihat dari keadaan lapangan, kami adalah seekor belalang diatas kapal, ditambah dengan tembakanku tadi, demi dia bisa punya cukup waktu untuk melarikan diri, karenanya dia sedikit memercayaiku, dengan suara rendah dia berkata: "Ada sisa dua orang yang ingin membalas dendam pribadi, kamu lindungilah mereka untukku, aku ingin membunuh mereka."

Ketika dia mengatakan itu, tubuh Julian seketika dipenuhi oleh roh-roh pembunuh dingin, sejujurnya, aku rasa aku ditindas oleh roh-rohnya ini, bahkan untuk bernapas pun sulit. Di keadaan yang seperti ini, aku bahkan memiliki sedikit keraguan, apakah aku benar-benar ingin mewujudkan rencana yang sudah kubuat?

Julian mengetahui keraguanku itu. Dia bertanya: "Ada kesulitan?"

Dengan berat aku berkata: "Bukan kesulitan juga, hanya saja sedikit khawatir, aku takut untuk disidang disini."

Julian tertawa dan berkata: "Tenanglah, mereka tidak akan membunuhmu."

Aku tahu mengapa Julian sangat percaya diri, itu karena Govy dan Jessi adalah orang yang layak, aku tidak melakukan apapun, mereka seharusnya tidak akan membunuhku. Aku tertawa dingin dalam hati, Julian memutuskan untuk membuatku jadi umpan meriam, dengan berat aku berkata: "Melihatmu mengajariku beberapa bulan ini, aku sekuat tenagaku membantumu, kamu juga harus hati-hati."

"Kalau kamu benar-benar mau membantuku, aku akan mengingat kebaikanmu ini." Kata Julian, ekspresinya sangat pura-pura, ya memang pura-pura.

Aku berkata itu tidak perlu, aku segera memutar badanku dan pergi, dan Julian saat ini juga memutar badannya pergi, saat dia memutar badannya yang juga saat aku tidak disisinya menjaga dia lagi, aku bergegas kearahnya dan berteriak "Hati-hati."

Karena aku tidak menunjukkan permusuhan padanya dari awal hingga akhir, ditambah lagi dia sudah memercayaiku, maka saat dia mendengar perkataanku, respon pertamanya adalah dia masih mengira aku mau menolongnya, dia tidak menyembunyikannya, dan bagiamana aku bisa melewatkan kesempatan ini?

Sang master menyelesaikannya sampai akhir, dia dapat memutuskan kemenangan atau kekalahan dalam satu gerakan, di waktu yang singkat ini, mudah untuk membunuhnya.

Aku tidak ragu-ragu untuk menusukkan belati ke kuil Julian. Dia kaget, membuka matanya, dan menatap lurus ke depan, matanya penuh keengganan dan kemarahan.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu