Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 912 Ia Kira Dirinya Siapa

Aku dikirim Invincible Empire menuju salah satu kota yang maju, dipanggil Mocheng. Mocheng merupakan destinasi turis, yang awalnya dimiliki Thailand. Katanya disini ada sebuah vihara yang cukup terkenal, juga menjadi salah satu alasan para turis datang.

Pemimpin kota ini adalah mertua dari musuhku Joey, ayah kandung istri pertamanya yang licik.

Entah wanita itu kembali atau tidak setelah Joey mati, lagipula ia sudah kehilangan orang yang bisa bersandar disana. Saat itu, ia juga menggunakan kekuasaannya untuk sombong. Setelah Joey mati, siapa tahu ada orang yang akan membalas dendam kepadanya, jadi kalau ia pintar, ia pasti akan bawa anaknya kembali ke Ayahnya.

Kalau ia benar-benar kembali, mungkin saja kita bisa bertemu.

Aku datang ke sebuah hotel kecil dengan membawa tas punggungku. Aku memesan satu ruang kamar, lalu asal makan untuk mengisi perut. Aku sewa sebuah sepeda, lalu asal mengelilingi kota ini. Seperti biasanya, setiap kali aku ke tempat yang baru, aku akan mempelajari jalan-jalannya, begitupula dengan kali ini.

Kota ini adalah kota terjauh dari kota pelatiha Invincible Empire, juga kota paling ramai. Banyak turis perempuan menggunakan pakaian yang bagus dan merias dirinya, sambil berjalan di kota. Ini semua membuatku hidup kembali. Ada beberapa saat aku merasakan kembali ke kota Hua Xia yang ramai saat berjalan di kota yang ramai ini.

Tiba di vihara, aku memberhentikan sepedaku dan mendaki gunung bersama banyak orang. Tapi aku bukan pergi untuk berdoa, melainkan mencuri sebuah telepon dalam keramaian, agar aku bisa menghubungi Kimi.

Setelah berhasil mencuri telepon seorang gadis Hua Xia, aku memasukki vihara, lalu pergi ke sesuatu tempat yang sepi.

Aku terus begitu teliti, karena ada banyak orang yang mengawasiku. Aku tidak berani untuk membuat mereka pergi, takut mereka curiga, hingga tiba di vihara, aku menggunakan kesempatan begitu banyak orang, lalu tiba-tiba menghilang.

Di saat seperti ini, mereka tidak dapat mengejarku, juga akan merasa mereka tidak waspada.

Setelah memastikan tidak ada orang yang datang, aku baru menghubungi Kimi. Ingatanku sangat baik, meskipun sudah lama tidak berkontak dengan Kimi, tapi aku selalu ingat nomor teleponnya, hanya saja aku tidak tahu apakah ia mengganti nomor telepon.

Panggilan berdering beberapa kali lalu terangkat. Di sebrang sana terdengar suara Kimi. Ia berkata dengan nada beratnya. “Maaf, siapakah Anda?”

Aku sedikit semangat mendengar suaranya. Meskipun aku sedikit kesal kepadanya karena masalah Samuel, aku merasa mereka terlalu cuek. Tapi ia juga tidak pernah melukaiku, melainkan terus membantuku. Rasa tidak senang itu juga sudah terhapus lama.

Aku bilang, “Paman Kimi, ini aku.”

Kimi terdiam sedetik setelah mendengar suaraku, lalu berkata. “Alwi?”

Aku setengah bercanda berkata, “Iya. Aku saja sudah berubah suara, tapi Paman masih bisa menebakku, sepertinya Paman sangat merindukanku.”

Kimi menghela nafas dan berkata, “Dasar bocah. Kamu pergi ke Invincible Empire tanpa memberitahu, sama sekali tidak ada berita, apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku?”

Aku tertawa dan berkata, “Bukankah aku masih baik-baik saja? Aku juga tak berdaya. Mark saat itu bilang aku tidak boleh membocorkan identitasku. Kalau bukan demi menolong Rudi, aku tidak akan membocorkan beritaku masih hidup.”

“Bocah ini, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakn kepadamu. Atasan Hua Xia tidak ada satupun orang baik. Kamu percaya kepadanya dan tidak percaya kepada kita. Apakah kamu tahu kamu seperti itu, Paman akan sangat sedih?” ujar Kimi kecewa.

Aku tahu ia tidak benar kesal kepadaku, hanya saja ia khawatir kepadaku, jadi aku membiarkannya untuk mengocehiku, anggap saja sebagai pelampiasan hatinya. Ia menghela nafas dan berkata, “Sudahlah, tidak omong kosong lagi. Aku tahu kamu pasti ada sesuatu hal yang penting untuk meminta bantuanku. Katakanlah apa maumu.”

Aku berkata, “Kurasa Paman sudah tahu masalah Fox kan?”

Kimi tidak berbicara. Aku menyimpan nada candaku dan dengan serius berkata, “Fox bisa tahu identitasku terbocor, pasti juga sudah mendapat berita dari kalian, benar bukan?”

Kimi tetap tidak membalas, melainkan menghela nafas. Aku tahu itu berarti benar. Aku tertawa pahit dan berkata, “Paman, aku tidak menyalahkan kalian unutk menyuruh Fox menanggung bebanku, karena aku tahu tindakan kalian tidak salah. Kalian semua melakukan ini demi diriku, aku hanya bisa menyalahkan diriku tak berguna, menyalahkaan diri tidak bisa melindungi Fox. Aku sekarang hanya ingin menolong Fox, kalaupun ia selamanya harus berbaring di ranjang setelah pertolongan kita, aku juga rela menolongnya selamanya, yang penting ia tetap hidup.”

Disebrang sana diam sesaat. Kimi berkata, “Alwi, aku tahu kamu menghubungiku untuk memintaku menolong Fox. Aku sejak tadi tidak mengungkit ini. Apakah kamu tahu mengapa?”

Kali ini aku tak membalasnya. Aku hanya merasa hatiku mencelos dalam. Aku berkata, “Paman, apakah...tidak boleh mengambil resiko?”

Kimi tertawa pahit berkata, “Menurutmu apakah orang-orang itu sedang menunggu seseorang datang untuk menolong Fox? Kalau kita pergi, sama saja berarti cari mati. Alwi, bukan kita takut mati, hanya saja...setelah kita berpikir lama, kemungkinan untuk menolongnya sangatlah kecil dan kemungkinan bisa membocorkan identitas kita. Lagipula Fox bilang kepada kita untuk jangan menolongnya. Ia...sudah melakukan persiapan untuk berkorban.”

Harapan terakhir begitu saja hancur. Hatiku sungguh tidak baik. Otakku terlintas lagi kondisi Fox yang tersiksa parah. Aku menutup mataku pelan dan merasakan cairan hangat yang terjauh dari mata. Aku berkata, “Maaf, aku yang terlalu keras kepala.”

Sebenarnya aku juga tahu kemungkinan untuk menolong Fox itu hampir tak ada, tapi aku masih ingin mencobanya. Sedangkan kata-kata Kimi makin memastikan tebakanku sebelumnya. Unutk menyalahkannya, huh, nyawaku diselamati mereka. Apa haknya aku untuk menyalahkannya?

Aku sangatlah sedih. Aku tidak tahu berapa lama Fox menerima siksaan, bahkan aku ada keinginan untuk diam-diam kembali ke tempat pelatihan, lalu membakar semuanya. Tapi aku tahu itu tidak mungkin. Aku tidak tahu apa lagi yang bisa kulakukan.

Kimi berkata, “Alwi, kamu hiduplah baik-baik, selesaikan rencanamu. Usaha Fox itu sangatlah berharga.”

Aku tidak membalasnya. Kimi lanjut berkata, “Dimana kamu sekarang?”

Aku berkata dengan nada serak. “Aku di Mocheng. Ketua Asosiasi Sudirman menuduhku di telinga Matthew, sehingga Matthew tidak puas kepadaku dan membiarkanku bebas.”

“Apa rencanamu selanjutnya?” ujar Kimi perhatian.

Aku bilang, “Aku juga sedang berpikir untuk melatih kekuasaanku disini, tapi aku tidak percaya dengan orang-orang disini, jadi aku juga pusing, entah apa yang bisa kulakukan.”

Kimi berkata, “Kalau begitu, kamu pikirlah cara untuk mendirikan kekuasaanmu, lalu aku akan menyuruh orang organisasi untuk mendirikan basis untukmu berperintah. Kamu ingin menyerang orang Invincible Empire, juga harus membutuh orang yang sebanyak mereka. Kamu harus tahu, jaman dulu dengan kehidupan yang begitu susah, mereka juga bisa memenangkan beberapa kasus, begitupula denganmu.”

Aku mengangguk dan berkata, “Benar kata Paman. Meskipun orang Invincible Empire sangatlah banyak, tapi aku hanya perlu menguasai beberapa Ketua Asosiasi dan Matthew Armour, maka aku mungkin saja bisa menjadi penguasa Invincible Empire.”

Kimi berkata, “Baguslah kalau kamu tahu. Pelan-pelan, kamu juga tidak boleh terlalu panik. Aku tahu kamu ingin segera kembali, juga ingin membalas dendam untuk Ayahmu dan Fox. Tapi ada beberapa hal yang tidak boleh terburu-buru.”

Tentu aku mengerti itu. Menetapa begitu lama di Invincible Empire, aku sudah tidak begitu percaya diri seperti sebelumnya, mengira diriku bisa menguasai dan menjadi Raja baru seluruh Invincible Empire dalam waktu yang singkat. Aku tahu aku harus pelan-pelan mengalahkannya, bahkan sudah membuat persiapan lima tahun bahkan sepuluh tahun untuk bertarung.

Hanya saja mengerti ya mengerti, tapi aku masih saja tidak bisa mengontrol keinginan untuk kembali dan tidak ada satupun yang bisa merasakannya.

Aku menyimpan semua pikiranku dan berkata, “Aku mengerti semuanya, Paman.”

Kimi berkata, “Kamu adalah orang yang pintar, jadi aku juga tidak perlu banyak bicara. Kamu pikirkan baik-baik.”

Aku berdehem pelan, lalu memutuskan panggilannya. Aku berdiri disana dengan kecewa, hatiku merasa sangat tidak nyaman.

Rasa tak tertolong ini bagai seekor ulat sedang berbaring di luka sendiri, sakit dan gatal, membuat orang sangat kesal.

Aku menarik nafas dalam, lalu merapikan pikiranku. Aku mengirimkan pesan singkat kepadanya, lalu memberitahunya telepon ini adalah hasil curianku dan akan segera dikembalikan. Aku juga menyuruhnya untuk tidak telepon kesini lagi, lalu aku membersihkan jejak yang tersisa.

Aku kembali lagi ke depan vihara itu dan menemukan gadis itu dalam keramaian, lalu berjalan mendekatiknya. Saat aku melewat sampingnya, aku juga mengembalikan teleponnya. Lalu aku mengelilingi vihara, berdoa dan berdana, setelah itu naik sepeda kembali.

Tiba di hotel, hari sudah menjadi gelap. Aku baru saja masuk hotel, pemilik hotel itu menunjukku dengan semangat sambil berkata, “Ia disini, ia adalah Alwi.”

Aku mengernyit dahiku pelan dan menemukan dua lelaki berpakaian hitam berdiri disamping pemilik hotel. Kedua orang ini melihatku langsung mendekat dan salah satunya berkata kepada dengan hormat. “Tuan Alwi, Tuan besar kita mengundang Anda makan di rumah kami.”

Aku tidak sangka baru saja aku tiba disini, langsung ada orang yang mencariku. Aku berkata, “Siapakah Tuan kalian?”

Ia dengan sombong berkata, “Kebetulan adalah pemimpin Mocheng.”

Hatiku sedikit terbingung. Aku baru saja diusir oleh Matthew, orang ini langsung mengundangku, apa yang ingin ia lakukan? Mendekatiku? Tapi aku sekarang tidak mendapat kesukaan Matthew, kalau ia pintar, seharusnya ia menjaga jarak denganku. Tapi kalau bukan untuk mendekatiku, lalu apa yang ingin ia lakukan? Membunuhku? Atau menguji diriku?

Aku tidak mengerti. Tanpa berpikir banyak, aku berkata, “Bilang ke Tuan besar kalian, aku hari ini sangat lelah mengelilingi kota ini sehari, tidak ingin keluar. Kalian kembalilah.”

Orang itu berkata dengan tidak enak. “Tapi, Tuan besar kita...”

Aku langsung keatas tanpa mempedulikannya.

Aku sama sekali tidka memiliki kesan baik terhadap istri pertama Joey, jadi begitupula dengan Ayah mertuanya. Apalagi kalaupun ia tidak memiliki niat untuk menjebakku, aku baru saja tiba disini dan bertemu dengan orang yang paling berkuasa disini dan masalah ini terdengar oleh Matthew, mungkin saja ia bisa berpikir banyak. Kalau ia merasa diriku tidak jujur, maka aku akan susah menjelaskannya.

Siapa tahu aku bilang tidak ingin pergi, tetapi kedua pengawal itu mencegatku. Pengawal satu lagi yang tidak berbicara itu mengerutkan dahinya dan berkata, “Tuan ini, aku tahu kamu sangat hebat, tapi kamu jangan lupa, kalau orang yang gagal tak sehebat dari orang biasa. Kamu sekarang tinggal disini dan Tuan besar kita ingin bertemu denganmu merupakan keberuntunganmu. Kamu masih begitu angkuh.”

Temannya segera berkata, “Semangka, kamu tidak boleh tidak sopan kepada Tuan Alwi.”

Semangka? Aku lihat lelaki di hadapanku ini memang mirip dengan semangka. Aku tahu banyak orang Thailand suka membuat nama panggilan, apalagi dengan buah-buahan dan sayur-sayuran. Biasanya juga boleh menggunakan nama panggilan untuk memanggilnya, jadi ‘semangka’ ini adalah nama panggilannya.

Semangka berdehem lalu berkata, “Kacang, apa yang kamu takutkan? Orang ini sudah dikeluarkan, bahkan posisi kita lebih tinggi darinya. Kita sudah cukup menghormatinya untuk mengundangnya pergi. Ia masih saj begitu sombong.”

Aku tertawa menatap Semangka dan berkata, “Seseorang yang berkuasa seperti harimau terjatuh, akan direndahkan oleh anjing-anjing.”

Ia seketika berkata dengan kesal, “Kamu lagi bilang siapa anjing?”

“Siapa yang mengakuinya, siapa yang kuomeli.” ujarku.

Semangka hampir saja ingin menamparku setelah mendegar ucapanku. Aku tersenyum menatapnya, lalu ia baru mengingat siapa dirinya dan mengembalikan kepalannya dengan canggung. Ia juga merasa dirinya memalukan dan berkata, “Aku tahu kamu hebat dalam bertengkar, tapi tidak dipentingkan orang lain. Sehebat apapun kamu, sama saja sudah terbuang. Aku memberi peringatan kepadamu untuk ikut kami kembali bertemu Tuan besar. Kalau tidak...aku akan membuatmu tidak bisa menetap disini!”

Aku tertawa dingin dan bertanya, “Sudah selesai?”

Semangka mengangguk. Aku mengangkat tanganku dan memberinya tamparan. Aku mengeluarkan sekuat tenagaku untuk tamparan ini. Ia seketika menjadi pusing, lalu sebuah giginya terbang keluar mulutnya. Sudut bibirnya pun ada darah. Ia memegang wajahnya dan berkata dengan tak percaya. “Kamu...berani memukulku?”

Aku dengan cuek berkata, “Aku tidak hanya berani memukulmu. Aku aka membunuhmu jika kamu masih berani menyombongkan diri dihadapanku.”

Ia ditakuti oleh auraku. Aku mendatarkan wajahku dan berkata dengan kesal. “Beritahu Tuan besarmu apa yang kukatakan. Jika ia ingin menemuiku, ia harus datang mengundangku sendiri. Kalau tidak jangan menganggu ketenanganku. Ia kira dirinya siapa, bisa menemuiku begitu mudah.”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu