Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 274 Sudah Kalah

Chris terima dengan permintaanku untuk menjadi penguntit, tapi aku masih saja tidak tenangm karena orang bisa sekali mengkhianatimu, pasti ada kedua kalinya, jadi aku menakutinya, “Chris, kamu dengar yang baik, kalau kamu mau membantuku, aku tidak akan ada masalah apapum, jadi saat aku terjadi masalah, pasti ada salah di kamu dan disaat itu kamu harus membayar dengan nyawamu. Apakah kamu mendengarnya?”

Mendengar ucapanku, ia memasang wajah bingung, karena ucapanku yang tidak logis, tapi ia juga tidak berani membalasku. Ia berkata, “Kak Alwi, kamu tenang saja, aku akan memberikan buktinya besok kepadamu.”

Aku melihat jam tangan dan berkata, “Sudah jam lima subuh.”

Chris dengan panik berkata, “Oh, benar. Hari ini, aku akan meberikan buktinya kepadamu sebelum malam ini.”

Aku menaruh perekam suara didalm kantong celanaku dan berkata kepada Nody. “Ayo kita pergi.”

Kita berdua meninggalkan Country Garden dan kembali ke mobil. Dony dan Sulistio tanya bagaimana keadaannya. Nody memberitahu semua jalan ceritanya. Dony berkata, “Kalau begitu, kita tinggal perlu menunggu beritanya. Saat itu Johan akan susah menjelaskannya, percaya kita tidak perlu mengeluarkan cara apapun, ia akan susah mencari jalan keluar.”

Sulistio tertawan dan berkata, “Tidak hanya itu, mungkin kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk mencari masalah dengan Salim, agar orang luar kota ini tahu siapapun pemimpin kota Nanjin, ia tidak memiliki kesempatan untuk menjadinya.”

Aku tertawa dan berkata, “Semoga masalah bisa berjalan lancar. Tapi aku sama sekali tidak berencana untuk membuat Johan kena hukuman, jika ia masuk penjara, aku mohon Dony bantu aku lagi.”

Dony bertanya kepadaku apa masalahnya, lalu aku memberitahunya. Ia mengerutkan dahinya lama dan bilang ia mungkin bisa melakukan seperti itu, hanya saja takut Johan tidak terpancing. Aku bilang Johan tidak memiliki pilihan lain. Dony berpikir sesaat dan mengangguk, bilang ia akan mencobanya.

Sulistio memberikan aku ibu jari dan berkata, “Kak Alwi, sel-sel di otak banyak yang mati, bukan? Ayo, aku bawa kalian pergi makan sarapan. Aku tahu sebuah toko sarapan yang enak.”

Ucap Sulistio lalu merenggangkan pinggangnya, ia juga bilang setelah makan kita boleh tidur, yang penting masalah terselesaikan.

Aku bilang ia tenang terlalu cepat. Sebelum masalah selesai, semuanya itu tidak dapat diketahui. Meskipun aku mengatakan itu, tapi hatiku sangat santai, karena aku tahu Johan sudah mau mendapatkan akibatnya.

Setelah makan sarapan, aku membeli banyak porsi sarapan kembali ke hotel. Saat ini Mondy telah sadar. Aku menyuruhnya untuk memberi sarapan untuk anak-anak, lalu aku langsung keatas melihat Aiko. Aku membuka pintu, lalu melihat ia sedang membuat rajutan, disampingnya terdapat benang merah.

Saat hari mulai menerang, didalam kamar tidak menyala lampu, Aiko menggulungkan tubuhnya kedalam sofa. Rambutnya agak berantakan, wajahnya tanpa riasan, seperti wanita biasa, tapi memiliki rasa yang berbeda. Kalau biasanya ia cantik bagai ombak di laut, maka ia yang sekarang bagai bulan yang tenang di langit, kurang menawan dari biasanya, tapi lebih banyak kehangatannya.

Aku pelan-pelan berjalan dan menaruh sarapan diatas meja , lalu bertanya. “Kapan kamu bangun? Mengapa begitu pagi sudah merajut? Terus apa yang kamu rajut?”

Aiko mengangkat kepalanya dan berkata, “Saat kamu pergi, aku sudah bangun. Kamu juga tidak pikir kalau kamu berada di dekatku, apakah aku tidak bangun? Hanya saja aku tidak ingin melihat kepergianmu.”

Mendengar katanya, hatiku penuh dengan kesedihan. Ia mengambil barang itu mengukur tubuhku. Hatiku sangat senang, tahu kalau ia sedang merajut pakaian untukku. Aku tidak sangka bahwa ia mau melakukan ini demi diriku. Aku sangat terharu, sehingga tidak tahu harus menggunakan kata-kata apa untuk menggambarkan perasaanku.

Aiko memandang diriku yang tertawa bodoh, tahu bahwa aku telah mengetahui apa yang ia lakukan. Wajahnya memerah dan malu sambil berkata, “Aku tidak pernah melakukan hal ini, jadi takut tidak dapat membuatnya dengan baik. Kalau ada lubang di suatu bagian atau kekurangan lengan, aku tidak akan memberikannya kepadamu.”

Ia menaruh pakaiannya.

Tetapi aku mengambil pakaiannya dan berkata, “Kehilangan lengannya ataupun kamu merajut setengah pakaian saja, aku harus memakainya dan memberitahu dunia bahwa pakaian ini dirajut oleh wanita yang kucintai.”

Aiko memandangku lembut dan tertawa berkata kepadaku. “Kalau aku tahu mulutmu begitu manis, aku seharusnya menerimamu sebagai pacarku.”

Aku mencubit pipinya dan berkata, “Sekarang juga tidak terlalu telat, Kak.”

Setelah itu, aku berkata, “Sudah, ayo makan.”

Aiko menaruhkan barangnya dan bilang ia pergi membersihkan wajahnya, lalu biarkan aku menunggunya. Aku mengangguk dan ia kembali dalam waktu yang singkat. Ia makan dengan pelan, aku menopang dagu untuk memandangnya. Aku tanya apakah enak makanannya, ia mengangguk. Aku berkata, “Kalau enak, aku akan membelikannya untukmu setiap hari.”

Aiko tertawa dan berkata, “Kamu ada masalah yang harus disibukkan, masalah kecil seperti ini kamu tidak perlu khawatir.”

Aku memegang tangannya dan berkata dengan lembut, “Bagiku, hal yang kulakukan demi kamu bukanlah hal kecil.”

Aiko memegang erat tanganku. Aku memeluknya dan ia menaruh kepalanya di bahuku. “Andaikan setiap hari begitu tenang, baik bukan?”

Aku tahu jika semua wanita memiliki orang yang mereka cintai, mereka ingin memiliki kehidupan yang tenang, tapi aku tidak bisa memberikan kehidupan yang seperti itu kepadanya. “Kak, mohon kamu bersabarlah, tunggu aku menyelesaikan semua masalah, kita pasti bisa menjalani hidu dengan tenang.”

Aiko mengangguk dan berkata, “Baik, selama apapun aku akan menunggunya.”

Kita berpeluk untuk waktu yang lama, lalu Aiko menyuruhku beristirahat. Aku pergi beristirahat dan melakukan pelatihan yang dilakukan seperti biasa. Setelah pelatihan, Sulistio memberitahuku bahwa Tante dan Paman telah bangun. Aku tanya apakah sudah membawa mereka makan? Ia blang sudah, selain itu anak-anak juga sudah mengikuti perintahku untuk mencari ‘teman’ Lucas. Ketemu beberapa orang ini, aku tidak takut tidak bisa membuat mereka mengaku, yang penting bisa menjadi saksi yang menunjuk Johan.

Tidak hanya itu, dengan adanya bukti ucapan orang-orang ini, aku semakin memiliki kesempatan untuk menolong Lucas.

Saat siang hari, anak-anakku membawa berita bahwa orang-orang yang disuruh untuk menipu Lucas itu semua sudah mati karena tertabrak, kecuali seseorang yang pendek dan pintar.

Katanya tertabrak, tapi bagaimana mereka mati, semua harusnya sudah tahu.

Aku berkata, "Sulistio, biar anak-anak bawa orang itu datang."

Sulistio mengangguk, kemudian seorang pria dengan wajah takut dibawa kedalam. Maksudnya dibawa kedalam, karena tubuh pria ini memang sangat pendek, kira-kira satu meter lebjh. Aku memandang pria ini dari atas dan berkata, "Nama?"

Ia dengan takut melihat diriku, lalu berkata dengan gagap. "Namaku Nelson."

Aku mengangguk dan berkata, "Coba kamu bilang mengapa kamu mendekati Lucas? Siapa yang menyuruhmu?"

Nelson terdiam dan tidak berani berbicara. Aku dengan dingin berkata, "Kalau kamu tidak ingin berbicara juga tak apa-apa, bukankah teman-temanmu sudah mati semua? Apakah kamu percaya jika aku melepaskanmu, maka ada orang yang akan membunuhmu?"

Setelah mendengar ucapanku, Nelson tiba-tiba berlutut, bermohon kepadaku untuk menolong dirinya, bilang ia akan memberitahuku. Tapi dengan syarat aku harus melindunginya. Aku terima dengan syaratnya, laly ia memberitahu bagaimana Johan menyuruh mereka dan bagaimana cara mereka menipu Lucas untuk melakukan hal itu.

Setelah ia selesai bercerita, Sulistio melihat aku sama sekali tidak berbicara, lalu ia memanggilku. Aku memandang Nelson dan berkata, "Apakah ada sesuatu yang masih kamu sembunyikan?"

Nelson menggelengkan kepalanya dan dengan panik memberitahu bahwa ia sama sekali tidak menyembunyikannya, serta ia juga bersumpah kepada Tuhan, bilang kalau ia berbohong, maka ia mati dengan tidak baik. Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Tidak, kamu masih ada sesuatu yang disembunyikan."

Nelson sudah mau menangis dan masih ingin menjelaskan. Sulistio berkata, "Jangan berbicara lagi, bodoh."

Aku memandang Nelson dan berkata, "Kamu dengar dengan baik-baik, aku memberimu satu jalan hidup, tapi kamu harus ingat dari sekarang bahwa Lucas menabrak Yesen, bukan karena kalian berjanji kepadanya kalau kalian akan memberikannya duit, melainkan kalian menggunakan nyawa orang tuanya sebagai ancaman dan akhirnya ia melakukannya. Apakah kamu mengerti maksudku?"

Nelson terdiam sesaat dan baru mengerti maksudku, lalu ia mengangguk. Ia bilang ia akan mendengar perintahku, lalu ia bertanya, jika ia memberitahu, apakah ia akan dikenakan hukuman mati?

Aku bilang tidak. Aku akan memberikannya uang untuk mengubah identitasnya, sehingga ia bisa pergi sejauh mungkin.

Nelson tenang setelag mendengar ucapanku, sedangkan aku menyuruh Sulistio pergi sesuai dengan rencanaku. Setelah ia dibawa pergi, aku menyuruh Dony untuk mencari pengacara buat Lucas, demi mengurangi beban hukumannya.

Dengan cepat, sudah malam, Chris memberikan perekam suara kepadaku. Setelah aku mendengarnya, aku langaung menjalankan rencana 'penangkapan'.

Tapi aku tidak menelpon polisi, melainkan memilih untuk membuat ramai masalah ini di internet, dengan cara ini, siapapun orang itu tidak dapat menolong Johan.

Sudah mau jam sembilan, aku menggunakan 'berdiskusi' sebagai alasan, lalu mengundang Johan datang ke Sanny Club. Beberapa menit kemudian, Johan sendiri datang. Ia dengan muka ceria berkata, "Alwi, kamu sebagai tersangka, masih berani keluar. Aku terkagum kepadamu."

Aku tertawa dan berkata, "Johan, kali ini kamu memang terlalu jahat kepadaku. Katakanlah harus bagaimana kamu baru ingin menghilangkan pemfitnahan Lucas kepadaku?"

Johan dengan dingin berkata, "Apapun yang kamu lakukan, aku tidak akan membiarkan Lucas menghilangkan fitnah kepadamu. Lagipula aku bisa memberitahumu, aku sudah menyiapkan semua bukti, kamu tidak akan lolos dari masalah ini."

Aku tertawa dingin dan berkata, "Bisa lolos atau tidak, bukan ditentukan olehmu."

Setelah selesai, aku melihat waktu dan menyuruh Sulistio membawakan laptop. "Johan, aku ada hadiah untukmu."

Ucapku sambil membuka laptop. Didalam laptop terdapat wajah ketakutan milik Nelson.

Ekspresi Johan seketika berubah, ia bertanya bagaimana Nelson ada ditanganku.

Aku tertawa dan berkata, "Nelson adalah anak yang pintar. Ia tahu kamu mungkin akan membunuhnya, jadi saat kamu memberi uang kepada temannya dan membiarkan mereka pergi bermain, ia diam-diam turun dari mobil, sehingga ia dapat tertolong."

Setelah aku mengucapkan itu, Nelson berkata, "Halo semuanya, namaku Nelson. Aku adalah seorang preman, kalian pasti penasaran mengapa aku muncul layar laptop kalian, karena ini berkaitan dengan kasus kematian Yesen."

Baru saja tadi, aku membiarkan Chick dan teman-temannya, untuk meretas semua internet. Dengan cepat, semua layar laptop maupun televisi terdapat wajah Nelson.

Atau maksud lain, aku menggunakan cara 'langsung', agar kejahatan Johan terpapar didepan banyak orang.

Aku membuka tirai pelan dan melihat sebuah gedung yang tidak jauh itu terdapat banyak orang yang mengelilingi di depan layar besar, mendengar ucapan Nelson. Satu-satu mengeluarkan reaksi yang berbeda.

Yesen termasuk orang yang terkenal, maka berita kematiannya menjadi pembahasan orang-orang di jalan. Jadi ketika Nelson membicarakan ini, semua orang menjadi semangat.

Dengan seperti ini, Nelson menceritakan bagaimana perintah Johan dan juga memberitahu bagaimana ia memaksa Lucas untuk membunuh orang. Ia juga menyalakan perekam suara, seketika kota ini menjadi ramai.

Ekspresi Johan semakin jelek. Ia baru saja bangun dan ingin pergi, lalu pintu terbuka, segerombolan polisi mengarahkan pistol kepadanga. Pemimpin polisi itu berkata, "Johan, kami sekarang curiga bahwa kamu berkaitan dengan sebuah kasus pembunuhan, mohon kamu ikut kami untuk menerima pemeriksaan."

Johan mengepalkan tangannya, lalu ia meminum habis minuman di meja. Ia berkata, "Alwi, kamu memang hebat. Kali ini anggap saja aku kalah."

Aku tertawa dan berkata, "Tidak, selama ini, kamu kalah. Johan, kamu tidak akan ada kesempatan untuk menang lagi."

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu