Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 284 Siapapun tidak boleh membawanya pergi.

Aiko mengatakan bahwa dia memiliki waktu yang bahagia beberapa hari ini, dan juga berterima kasih padaku. Setelah selesai mengatakannya, dia malah berjalan menuju tunangannya itu.

Pada saat itu, hatiku hancur. Aku pikir, lelucon terbesar didunia adalah bahwa setelah kamu bermalaman dengan wanita kesayanganmu, dan pada keesokan harinya, dia memberitahu mu bahwa dia akan pergi. Mungkin orang awam punya kesempatan untuk bertanya, apakah perfomaku semalam tidak baik? Tetapi aku bahkan tidak bisa mengatakan lelucon seperti itu, dan hanya bisa melihatnya melamun dengan tidak tenang.

Aiko mendatangi pria itu, dan berkata dengan dingin: “Chandra, aku akan pergi denganmu, tetapi aku sudah tidak bersih, apakah kamu yakin untuk menikah denganku?”

Tiba-tiba ada ketegangan diantara keduanya, dan pria yang bernama Chandra itu menatapku dengan dingin lalu berkata: “Aiko, penghinaanmu kepadaku, akan dibayar ribuan kali dimasa depan!”

Aku terkejut, dan menatap Chandra dengan marah. Aiko malah dengan datarnya berkata: “Aku menunggu.”

Ketika dia selesai berbicara, dia bertanya apakah mereka sudah bisa berangkat? Ibunya menatapnya dengan marah, dan mengatakan bahwa wajah keluarga Yan telah hilang dibuat olehnya. Sambil mengatakan dia mau menariknya pergi, dan dengan cepat dia menghindar disatu sisi, lalu berkata: “Aku bermarga Duan, bukan Yan.”

“Aku mengatakan margamu Yan maka kamu bermarga Yan!” Ibunya berkata dengan arogan.

Wajahnya ganas karena marah, dengan segera menghancurkan keindahan itu. Dan Aiko tidak lagi beradu mulut dengannya, tetapi langsung berjalan menuju mobil. Ibunya dan Chandra melirikku sekilas, tatapan mata yang mengejek dan menghina membuatku sangat malu.

Dua orang dengan perlahan-lahan menuju mobil, ketika Aiko bersiap untuk masuk ke dalam mobil, aku perlahan melangkah maju dan melihat mereka bertiga, kemudian berkata: “Aiko, aku tidak mengizinkanmu pergi.”

Aiko terkejut, dan berbalik badan dengan perlahan. Aku memandangnya dengan sedih, lalu berkata: “Aku tidak mengizinkanmu pergi, apakah kamu mendengarnya?”

Aiko menatapku dengan air mata dimatanya, dan bertanya untuk apa aku berbuat begini?

Aku berjalan perlahan kearahnya dan berkata dengan lucu: “Untuk apa? Kamu sudah menjadi wanitaku, kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu, kalau begini, mengapa aku harus membiarkanmu pergi? Aku sudah bilang tidak mengizinkanmu pergi maka tidak boleh pergi!”

Tiba-tiba terdengar suara sorakan dari orang-orang disekitar. Ini membuat raut wajah Chandra dan Ibunya semakin jelek, Ibunya memandang pengawal dibelakang dan pengawal itu segera mengusir orang-orang. Aku berpikir, perilaku wanita ini terlalu sombong, bahkan beraninya dia membiarkan pengawalnya mengusir orang-orang di Nanjin? Apakah dia menganggap ini adalah gerbang rumahnya?

Chandra berdiri didepan Aiko, lalu menatapku dengan peringatan dan berkata: “Alwi, aku menyarankanmu untuk tidak menghina diri sendiri, jika hari ini Aiko tinggal disini, maka itu berarti kamu menentang kedua keluarga Yan dan Han. Apakah kamu mengira Ken sepertimu bisa bersaing dengan kedua keluarga kami?”

Apakah ini ada kesombongan anak keluarga bangsawan? Dimata mereka, sepertinya suatu kehormatan untuk menggunakan latar keluarga mereka untuk menindas orang, apakah itu berarti bahwa orang biasa seperti kita yang tidak memiliki latar keluarga bagus layak ditindas dan dihina oleh mereka?

Aku memandang Chandra dengan dingin, lalu berkata: “Maaf, pengetahuanku kecil. Aku tidak pernah mendengar kedua keluarga Yan dan Han. Aku hanya tahu bahwa disini adalah Nanjin, dan itu adalah wilayahku. Ingin mengambil wanitaku dari tanganku, kamu juga harus bertanya kepadaku dan saudara-saudaraku apakah kita bersedia!”

Ketika aku selesai mengatakannya, terdengar suara jeritan yang rapi dari kejauhan, itu seperti yang terdengar didalam pelatihan.

“Satu dua tiga empat, satu dua tiga empat”

Semua orang melihat sekeliling, melihat dua mobil melaju didepan mereka, dan sekelompok orang berlari dibelakang dengan rapi sambil meneriakkan slogan-slogan. Tidak lama kemudian, mereka datang, dan kedua mobil itu satu didepan satu dibelakang, lalu dengan sombong memblokir barisan Bentley itu. Kedua mobil itu adalah mobil yang sangat biasa, dan dibanding dengan mobil Bentley putih itu jelas kalah, dan disaat ini kedua mobil itu malah terlihat sangat sombong.

Sulistio, Mondy, Nody, Justin, mereka berempat turun dari kedua mobil itu, dan bergegas mendatangiku bersama sekelompok orang itu, Sulistio dengan sebatang rokok dimulutnya berkata: “Kak Alwi, maaf, kami terlambat.”

Kedua pihak saling berhadapan sesaat, tetapi pihak kita jelas mengalahkan mereka. Chandra melangkah maju, menatapku dan berkata: “Alwi, Ini adalah jalan. Apakah kamu ingin bertarung denganku secara terbuka disini?”

Aku berkata dengan suara berat: “Jika iya kenapa? Apakah kamu pikir aku takut?”

Chandra berkata sambil mencibir: “Apakah kamu tidak takut akan masalah? Atau apakah kamu pikir ada Chris dibelakang yang mendukungmu jadi kamu sangat hebat?”

Jantungku berdegup kencang, tidak disangka orang ini tahu segalanya tentangku. Sebenarnya sejak kapan dia mulai mengawasiku? Dan juga, dia tahu masalah ini, apakah ada seseorang yang memberitahunya, atau dia yang menganalisisnya sendiri?

Menahan pikiranku, aku menatap Chandra dengan dingin, lalu berkata: “Chandra, kamu dengar dengan baik. Apakah hari ini ada atau tidak orang mendukungku dari belakang, selama aku tidak bersedia maka kamu tidak bisa membawanya pergi!”

Selesai berbicara, aku memandang Aiko, dia menggelengkan kepalanya kepadaku, aku berkata: “Aku pernah mengatakannya padamu, jika suatu hari kamu sudah lelah denganku, aku akan membiarkanmu pergi, tetapi hanya jika kamu tidak mencintaiku lagi. Tapi sekarang, kasih sayang kita berdua sangat kuat, aku tidak akan melepaskan tangan, dan apalagi mendorongmu kedalam lubang api, bahkan jika yang akan membawamu pergi adalah Ibumu atau tunanganmu yang resmi, aku hanya tahu kamu mencintaiku. Aku hanya tahu bahwa aku adalah priamu, jadi, aku tidak mengizinkanmu pergi!”

Chandra marah, lalu memaki: “Berbicara baik denganmu tidak mau dengar dan memaksaku menggunakan kekerasan.”

Dia sambil mengatakan, tiba-tiba ada sebuah kepalan menujuku, aku dengan langsung berbalik ke satu sisi, menghindar dari kepalannya. Dan tubuhnya langsung membungkuk, dan menendang dengan kaki kearahku, aku melangkah mundur dan pada saat yang bersamaan melompat keatas, kedua tangan mengepal dan tubuh menekan kebawah. Meninju keras lututnya dengan dua pukulan, dia melangkah mundur, lalu menstabilkan tubuhnya. Aku mengambil keuntungan dari kemenangan, memukul dadanya dengan satu kepalan tangan, dia menghindar, dan kemudian meraih lenganku dengan kedua tangannya, tetapi dia meremehkan kekuatanku, setelah terkena pukulanku, dia langsung mundur beberapa langkah, dan kedua tangannya juga terlepas dari lenganku.

Aku baru saja hendak melangkah maju, Nody jalan kesampingku dan berkata: “Bawa kakak ipar kesini.”

Setelah Nody selesai berbicara, dia menyerang Chandra. Chandra yang awalnya lebih rendah dariku, dan Nody yang lebih hebat dariku, dengan alami, dia tidak akan bisa mengalahkan Nody, lalu dengan segera, Chandra terkalahkan.

Aku berjalan kearah Aiko, tetapi begitu aku meraih tangannya, tiba-tiba aku merasakan bahaya datang. Aku dengan cepat bersembunyi disatu sisi, meski begitu, bahuku masih terpukul, dan tinju ini sangat berat, itu langsung membuatku terjatuh dan karena ini lukaku juga menjadi sobek, dan rasa sakit juga datang.

Aiko berteriak: “Alwi, apakah kamu baik-baik saja?”

Aku menggelengkan kepala dan berkata tidak apa-apa. Aku memandangi orang yang menyerangku, dia adalah seorang wanita berusia lima atau enam puluh tahun, meskipun dia seorang wanita tetapi dia memiliki kekuatan yang besar. Tadinya dia terus berdiri dikejauhan, tidak menunjukkannya keluar, dan terlihat seperti orang yang sangat biasa bahkan jika sampai dibiarkan dikerumunan juga tidak dapat menemukannya, tetapi ketika dia menggunakan tangan, aku baru tahu bahwa ternyata dia juga bisa ilmu bela diri, dan juga sangat hebat, baik dalam kecepatan ataupun kekuatan itu semua sangat luar biasa.

Ibunya berkata dengan dingin: “Patahkan kedua lengannya.”

Wanita tua itu langsung berkata: “Baik.”

Ketika dia selesai berbicara langsung menuju kearahku, aku dihadapkan dengan musuh yang hebat, dengan gugup berhadapan dengannya. Aiko dengan segera membantu dan bertarung dengan wanita tua itu.

Wanita tua itu terlihat jauh lebih kuat daripada Aiko, dan tampaknya sama kuatnya dengan Fuiz. Namun, karena identitas Aiko, dia memliki banyak kendala, jadi dia tidak melukai Aiko.

Ibu Aiko marah, lalu bertanya: “Aiko, apakah kamu tahu apa yang kamu lakukan?”

Aiko mendatangiku dan berkata dengan dingin: “Kamu bilang kamu tidak akan menyentuhnya, sekarang kamu melanggar janjimu, jadi aku tidak akan kembali bersamamu.”

Mendengar perkataan ini, orang-orang disekitar yang berani tetap tingggal ditempat itu dengan segera bertepuk tangan. Saudara-saudaraku juga sangat senang, aku dengan semangat meraih tangannya, lalu berkata: “Kak”

Aiko menolehkan wajahnya dan berkata dengan rasa bersalah: “Alwi, maaf. Yang kamu katakan benar, aku adalah wanitamu, aku tidak boleh pergi.”

Ibu Aiko memarahi ‘Ceroboh’ lalu berkata: “Aiko, apakah kamu benar-benar ingin berada disamping pria ini? Kamu lupa dia dan kamu”

“Dia dan aku saling mencintai, dia memperlakukanku dengan baik, demi dia, aku bersedia menyerahkan segalanya.” Aiko menyela perkataan Ibunya dan berkata dengan bersikeras.

Ibunya berkata dengan cemas: “Apakah kamu mau mengecewakan ayahmu?”

Aiko memegang tanganku dengan erat, dan tidak berbicara.

Ibunya tetap menatapnya, dan berkata dengan nada putus asa: “Baik, sangat baik. Aiko, karena kamu bersikeras untuk tetap tinggal disini bersama orang yang tak berguna itu, maka aku akan merestuimu, tetapi kamu jangan menyesal, karena balas dendam keluarga Yan dan keluarga Han sangat menyeramkan, dan pada saat itu, kamu jangan berlutut kepadaku dan memintaku untuk memberi orang ini jalan untuk hidup.”

Mendengar perkataan itu, aku memeluk Aiko kedalam pelukanku, lalu berkata dengan dingin: “Tante, tenanglah, karena aku sudah memilih Aiko, maka aku sudah siap menghadapi badai. Aku mengingatkanmu lagi bahwa dia memang adalah putrimu, tetapi dia berkeliaran diantara hidup dan mati. Ketika badai menyerbu, kamu tidak mengingat putri ini, sekarang, kamu juga jangan berpikir untuk menggunakannya mencapai tujuan pernikahan.”

Pemikiran Ibu Aiko terucapkan olehku, dia sangat marah, lalu mengangkat tangannya memberiku sebuah tamparan yang kuat. Wajahku terasa sangat panas, dia dengan marah berkata: “Awalnya aku ingin memberitahumu sesuatu, tetapi sekarang aku rasa sangat bagus jika melihatmu menderita. Alwi, Apakah kamu mengira kamu sudah menang? Kuberitahu kamu bahwa hari-hari penderitaan masih belum datang!”

Setelah dia selesai berbicara, dia langsung berbalik badan lalu berjalan menuju mobil, dan Chandra yang jatuh dilantai karena dipukul oleh Nody juga bangkit , lalu menatapku dan Aiko dengan marah, kemudian berbalik badan dan pergi dengan marah.

Mobil Bentley dengan perlahan-lahan pergi dari pintu Splendid, dan semua orang bersorak untuk kemenangan, aku bertanya kepada Sulistio: “Bagaimana kalian tahu bahwa sesuatu terjadi disini?”

Awalnya aku tidak berencana untuk menghubungi Sulistio dan lainnya, karena aku tahu bahwa mereka juga tidak sempat kesini, tetapi siapa yang tahu bahwa mereka datang kesini, ketika aku melihat mobil mereka, itu benar-benar sangat mengejutkan.

Sulistio mengatakan bahwa Dony Yun yang menelefon ke mereka.

Oh, ternyata begitu.

Aku tersenyum. Berbalik badan melihat Aiko, dia berdiri disana, menatapku dengan rasa bersalah, dan bertanya padaku apakah lukaku sakit. Aku menggeleng-gelengkan kepala, kedua tangan memegang pipinya, dia meneteskan air mata. Dia jarang menangis, ini membuat hatiku sangat sakit, aku menghapus air matanya, dengan lembut berkata: “Kakak bodoh, kamu dengarkan dengan baik, lainkali aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi.”

Tiba-tiba semua air mata Aiko menetes keluar, memelukku dan menangis dengan suara yang rendah.

Aku dengan lembut membelai rambutnya, lalu dengan suara lembut berkata: “Aku mencintaimu.”

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu