Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 26 Mati Pun Ya Biarkanlah

Setelah mendengar alasan mengapa aku setiap saat harus menggendong dia, pipinya Claura pun semakin memerah, seakan-akan seperti telah meminum dua botol bir kecil, beneran sangat menarik.

Melihat ekspresinya, aku pun merasa sedikit tenang, itu menandakan bahwa dia sama sekali tidak mengenalku. Samaranku sangat bagus, jadi dari sisi bang Badui pun kemungkinan juga tidak akan terbongkar.

Tapi wajar saja, di pandangan mata mereka, aku adalah seorang pecundang, badanku lemah dan mudah ketakutan. Jadi tidak mungkin dapat melakukan hal yang berani seperti ini.

Dia melihat bahwa aku sedang memandangnya, Claura pun juga menundukkan kepalanya. Tetapi dalam sesaat dia pun kembali ke aura dingin yang seperti semulanya. Dia menyisiri rambutnya, dan kemudian perlahan-lahan berdiri sambil memegang bangkunya.

Setelah berdiri, dia pun menanyakanku:" Ini sudah kedua kalinya kamu menyelamatkan aku, aku merasa ini bukan suatu kebetulan saja kan. Apakah kamu mengenal aku?"

Tidak perlu dikatakan lagi, Claura adalah wanita yang pintar, dan juga selalu berwaspada. Meskipun aku sudah menyelamatkannya bagaikan seorang pangeran, dan dia juga terlihat seakan-akan tertarik denganku, tapi dia tetap saja sadar. Aku berpikir bahwa andaikan dia seperti wanita yang lainnya, dari awal sudah pasti akan tergila-dila denganku bukan?

Dalam perjalanan, aku sudah memikirkan segala alasannya, makannya aku langsung menghadap ke Mawar dan berkata :"Tidak salah lagi, aku mengenal kamu, namamu adalah Claura."

Claura menatapku dengan matanya yang besar dan lanjut bertanya ke aku :"Kamu selalu mengikuti aku? Apakah kamu yang dikirim oleh paman Qin untuk menyelamatkan aku?"

Aku diam-diam mengingatkan informasi Claura yang satu ini, aku merasa bahwa paman Qin pastinya adalah orang yang sangat penting baginya.

Aku menggelengkan kepala dan berkata : “Bukan, tidak ada hubungannya aku menyelamatkanmu dengan orang lain, aku hanya melihat saja dan merasa ingin menyelamatkanmu.”

Dia pun terbengong, kemudian langsung menatapku, seakan-akan ingin melihat apakah aku ada berbohong atau tidak.

Karena aku sedang memakai topeng, makannya aku juga berani dan tidak memalingkan matanya. Aku pun berusaha untuk memandangnya dengan tatapan penuh kelembutan.

Dengan cepat dia memalingkan pandangannya, dan dengan gagap berbicara: "kamu, apakah kamu menyukaiku?"

Setelah selesai bertanya, dia dengan malunya memiringkan kepalanya.

bisa dikatakan, disaat ini Claura memiliki sebuah ketertarikan yang tidak dapat diungkapkan, sedikit lagi hampir saja membuatku terpesona.

Tetapi saat aku memikirkan dia yang menghinaku, aku pun kembali menjadi normal. Aku pun berusaha mengendalikan perasaanku, dengan mudah menjawab:"Tidak suka, hanya saja sejalan menyelamatkanmu."

Setelah selesai mengucapkan kalimat ini, aku tiba-tiba kepikiran dewi yang memakai topi tersebut , dia bilang sejalan menyelamatkanku, aku sama sekali tidak pernah kebayang bahwa suatu hari, aku dapat berkata demikian ke CLaura

Setelah mendengar perkataanku, raut wajah Claura pun berubah menjadi masam, dengan terus terang berkata bahwa dia tidak menyukainya, dimana sudah pasti membuat dia sedikit malu. Namun, dia pun kembali mengendalikan suasana hatinya. Aku merasa bahwa keuntungannya adalah penyelamatnya. Jika itu adalah orang lain, ada kemungkinan dia dengan tangannya sendiri memberi pelajaran ke orang itu.

Dia terus melihatku, setelah itu berkata : "kamu membohongikukan, bilang tidak menyukaiku, tapi mengapa kamu selalu mengikuti aku? Dan kamu juga berkata bahwa kamu bukan utusan paman Qin, jangan katakan bahwa kamu mengikutiku dengan tujuan lainkah?"

Aku pun langsung membalas: " Aku sama sekali tidak mengikutimu. Alasan aku menyelamatkanmu kedua kalinya adalah karena Bang Badui. Bang Badui dan aku memiliki dendam tersendiri, dan akhir-akhir ini aku sedang mengikutinya, dan kebetulan sekali aku menemukannya sedang menganiayai kamu, makannya aku pun turun tangan menyelamatkanmu."

Melihatku membalas seperti itu, Claura pun sama sekali tidak berkata apapun. Aku pun melihat ada jejak sesuatu kehilangan di wajahnya, kelihatan bahwa 'dia' itu tertarik denganku.

Dengan cepat Claura merespon kembali perkataanku, wajahnya terlihat terkejut dan berkata: "Hah? Bang Badui? Mengapa aku dengan samar mengingat bahwa suamiku-lah yang membuatku pingsan."

Setelah selesai mengatakan kata suami, Claura dengan sibuknya menjelaskan:"Aaa, dia bukanlah suamiku, dibilang pun kamu juga tak akan mengerti, lain kali akan aku jelaskan kekamu."

Claura tidak mengakui bahwa aku adalah suaminya, dengan alaminya ingin 'aku' perpikir sudah tidak ada kesempatan, ingin membuat 'aku' tahu bahwa dia masih lajang. Ini sungguh membuat hatiku menderita.

Dan hatiku dengan cepat berdebar, si Claura sebenarnya telah melihatku, tapi dia sama sekali tidak yakin bahwa akulah yang telah membuatnya pingsan.

Jadinya aku pun langsung berkata kepadanya: "Bukan suamimu, dia pun dengan tangannya sendiri pergi menolongmu. Jika bukan dia yang telah mempersulitkan Bang Badui, aku pun tidak akan sempat menyelamatkanmu. Tetapi, dia akhirnya dipukul oleh Bang Badui, dan masih terluka."

Aku berkata demikian, itu karena ingin memberi diri sendiri kesan yang baik,supaya aku mendapatkan tempat di dalam hatinya Claura.

Aku sama sekali tidak memikirkannya. Saat dia mendengar namaku, dengan dingin mendengus dan berkata: "Huh, pecundang itu masih saja menyelamatkan orang-orang. Kamu jangan salah paham, dia beneran bukan suamiku."

Perkataan Claura membuatku semakin menderita. Dia beneran sama sekali tidak terkesan denganku.

Aku merasa jika kita sekali lagi saling berhadapan seperti ini, suasa hatiku sudah pasti tidak dapat dikendalikan lagi, ada kemungkinan besar akan meledak. Dan tujuanku juga sudah tercapai, Claura terlihat sudah mempercayai perkataanku dan tombaknya telah mengarah ke Bang Badui.

Aku pun pada akhirnya memutuskan untuk pergi, aku langsung berkata:"Kamu dengan suamimu sama sekali tidak ada hubungannya denganku, dan karena kamu baik-baik saja, aku sekarang akan pergi."

Kemudian aku membalikkan badanku dan segera pergi. Tapi saat aku berjalan kurang dari dua langkah, claula tiba-tiba berteriak menyuruhku berhenti.

"Itu, tuan badut, aku......"

Aku membalikkan kepalaku kearahnya, dengan sangat dingin bertanya ke dia: "kamu masih ada urusan apa lagi?"

Claura sedikit membuka bibir merahnya yang seksi itu, namun ingin berkata tapi juga berhenti, seakan-akan ada sesuatu yang menghalanginya untuk berbicara denganku.

Aku terbengong sesaat, dibenak berpikit dia tidak mungkin ingin menyatakan cintanya kan?

Aku berpura-pura untuk tenang, dan terus dengan santai bertanya ke dia:" Jika kamu ada masalah, jangan ragu-ragu untuk menyatakannya, aku akan mendengarkannya."

Dia berhembus, seakan-akan sudah melakukan keputusan yang sulit.

Akhirnya, dia dengan ragu berkata kepadaku:"Itu, aku, aku ingin meminjam sesuatu denganmu."

Aku ragu sejenak, berpikir ada barang apa yang dapat kupinjamkan ke Claura.

Aku bertanya ke dia barang apa, wajahnya yang cantik tersebut langsung memerah, seakan-akan seperti tomat.

Dia menundukkan kepalanya, dengan sedikit malu berkata kepadaku:"Ibuku sangat menginginkan aku memberikan dia seorang cucu, aku, aku sebenarnya tidak ingin mengandung bijinya pecundang itu, makannya, aku... ... aku ingin bertanya apakah kamu dapat membantuku untuk meminjami barang itu ... ...?

Yang dimaksud Claura sudah pasti aku memahaminya, anjir, bukankah dia ingin tidur denganku? Perkataan ini penuh dengan makna , tidak heran jika dia pun menjadi malu.

Barang yang ingin dimaksud untuk dipinjam, dia sialnya ingin meminjam sperma loh!

Saat aku memikirkan betapa kerasnya aku melatihi badanku akhir-akhir ini, dan tiap hari aku memakan makanan yang mengandung asam, tentu saja demi membuat Claura dapat hamil seorang anak laki-laki. Tidak pernah terbayangkan bahwa disaat kritis ini,dia ingin tidur bersama dengan lelaki lain!

Aku merasa bahwa harga diriku telah menerima penghinaan yang besar, dan aku hampir saja loncat dengan penuh kemarahan.

Di saat itu, ingin sekali aku merobek topeng wajah ini dan berkata kepadanya, laki-laki yang ingin kamu tiduri, yang ingin kamu ngandungi anaknya, adalah pecundang yang selalu dia pandang rendah, yang membuat tidak dapat menunjukkan mukanya.

Tapi aku tidak berani melakukannya, jika aku beneran melakukannya, aku akan kehilangan segala yang ada. Aku tidak akan mengatakan apapun, aku akan membuat clau menjadi gila, membuat merasa bahwa hidup itu sama saja dengan kematian.

Aku mengendalikan amarahku dan segera memiringkan kepalaku kesebelah, kemudian berkata kepadanya : "Maaf, aku tidak dapat membantu, aku bukan orang seperti itu."

Kemudian aku pun membalikkan badan dan pergi, tapi amarah di dalam hatiku tidak dapat dipadamkan.

Karena itu, aku tidak dapat menahankan diri dan memutar kepalaku dan dengan dingin mengatakan sebuah kalimat :"claudia, aku berharap bahwa kamu pantas diselamatkan olehku, aku tidak ingin kamu menjadi wanita yang tidak menghargai dirinya sendiri."

Setelah selesai berbicara, aku memutar balik kepalaku dan langsung pergi. Saat aku mengatakan kalimat ini, aku merasa bahwa dadaku terlepas dari segala beban yang ada.

Aku dengan sekali napas berjalan sangat jauh, dan akhirnya menghilang dalam kegelapan. Sekarang aku sangat menyukai memakai topeng badut ini, membuatku yang selalu menjadi bahan tawaan dunia ini mempunyai sebuah kelegaan di hatinya.

Tetapi aku tidak boleh tergila-gila dengan identitas ini, masih ada banyak hal penting yang sedang menungguku untuk mengerjakannya.

Aku dengan segera memberhentikan sebuah taxi, dan yang pertama kali dilakukan adalah terburu-buru pulang kerumah. Aku melepaskan topengku dan bajuku dan kemudian mengenakan setelan.

Aku beberapa kali merobek baju ini. Seakan-akan seperti barusan mengalami pertempuran yang sengit. Aku ingin membuat Claura percaya bahwa aku dan Bang Badui bertempur demi dia.

Namun aku merasa ini tidak cukup. Walaupun terhitung memuaskan Claura, pada akhirnya di bagian Bang Badui pun kurang enak menjelaskannya.

Makannya sampai akhir, aku pun membuat keputusan yang gila.

Aku mengambil keluar pisau belati tersebut dan kemudian menusuk ke bagian kanan dada. Walaupun aku tidak menggunakan kekuatan, bagian tajam pisau belati itu dapat menggores kulitku, dimana membuatku merasa sangat kesakitan.

Rasa sakitnya menyebar ke seluruh tubuhku, tapi perlahan-lahan aku menjadi mati rasa

Keringatnya pun bercucuran dari jidatku. Namun, aku sama sekali tidak berteriak melainkan tertawa karena saking sakitnya.

Aku tertawa sambil memberitahukan diriku, aku ingin menggunakan pisau ini untuk memperingatkan diriku bahwa pria itu tidak kejam dan tumik kakinya tidak stabil. Mulai saat ini, aku Alwi tidak hanya menjadi kejam ke diri sendiri, menghadapi orang lain pun juga akan kejam!

Melihat darah segar yang perlahan-lahan keluar dari dadaku, aku memperkirakan bahwa selanjutnya, Claura akan segera balik ke rumah. Oleh sebab itu, aku pun menjatuhkan diri ke lantai, supaya membuat darah tersebut mewarnai kemeja putihku.

Aku pun membaringkan badanku dan tidak bergerak. Kira-kira setelah lima-enam menit kemudian, Claura pun pulang kerumah.

Setelah melihatnya pulang, aku pun mulai merintih kesakitan, seakan-akan sudah hampir mau pingsan saja.

Claura melihatku berbaring dilantai, dia pun segera membeku, langkah kakinya pun juga berhenti.

Aku berpikir bahwa adegan ini pastinya membuatnya sepenuhnya percaya tentang apa yang aku katakan saat aku sedang mengenakan topeng badut itu. Demi dia, aku pun berkelahi dengan Bang Badui, terluka dan ditusuk menggunakan pisau.

Aku dengan rendah berpikir, aku pun sudah seperti ini, Claura kemungkinan akan memperlakukanku dengan baik bukan?

Dengan cepat, Claura langsung ke sebelah sisinya.

Aku menunggu dia menarikku keatas dan mengucapkan kata terima kasih. Hanya dua kata sederhana ini saja sudah cukup bagiku, aku pun sudah merasa sangat puas.

Tidak terpikirkan olehku saat dia datang ke sebelahku, dia pun menendangku menggunakan hak tingginya dan secara bersamaan mulutnya dengan penuh kejijikan berkata: “Memelihara anjing masih bisa menjaga rumah, apa gunanya si sampah ini, masih juga membiarkan orang jahat masuk kemari.”

Dia pun dengan penuh amarah berkata: “Kamu adalah pecundang yang masih ingin menyelamatkan orang lain, masih juga tidak melihat diri sendiri beratnya seperti apa, mati pun ya biarkanlah.”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu