Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 219 Hanya mencintai

"Sudah lama tidak berjumpa."

Ketika claura muncul di depanku, tubuh aku mendadak kaku berdiri di sana. Saat melihatnya, aku sejenak tidak tahu apa yang harus aku perbuat.

Awalnya aku berpikir pertemuan kami nantinya akan sedikit istimewa dan mengira dia akan terkejut melihatku, tetapi dia malah muncul di gang terpendil ini dengan ekspresi yang tenang, seolah-olah sudah lama menunggu disana.

Keheningan itu berlangsung sedikit lama, aku pun membuka mulutku perlahan-lahan dan berkata, "Sudah lama tidak berjumpa. "

Pada saat ini empat anak buah claura langsung pergi. Gang yang panjang ini hanya tertinggal kami berdua. Dia perlahan-lahan berjalan kepadaku, tiba-tiba kedua mata yang indah mengalir dua aliran sungai kecil. Tanpa ragu, dia langsung mendekam masuk ke pelukanku.

Aku tertegun berada di tempat, melihat claura yang berada di pelukanku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bahkan, aku belum mengonfirmasikan hubungan kami yang musuh atau teman, atau mantan suami istri yang pernah saling bermusuhan? Jadi, ketika dia mendekam masuk ke pelukanku dan memelukku, aku benar-benar tidak tahu harus memakai perasaan apa untuk menghadapinya.

claura tampaknya tahu apa yang aku pikirkan, lalu berkata,”Biarkan aku memelukmu sebentar saja, biar aku memastikan bahwa ini benar adalah kamu, dan kamu masih hidup, itu saja sudah cukup.”

Aku perlahan-lahan menundukkan kepalaku, menatap claura yang menangis di pelukanku. Aku baru sadar kalau ekspresi tenang yang dari tadi ia tampilkan semuanya hanyalah akting belaka. Menghadapi aku ‘hidup kembali’ membuatnya sangat gembira. Mungkin karena hubungan kami yang ‘unik’, membuatnya tidak tahu bagaimana harus berekspresi. Sehingga ia hanya bisa menahan, tapi dia tidak sanggup menahan lebih lama dan hanya mengatakan satu kalimat itu untuk memecahkan kecanggungan di antara kami. Hanya saja cara dia berkata itu sangat menyayat hati, membuatku merasa kasihan padanya.

Aku melepaskan beban di dalam hati, mengingat pengorbanan yang sudah dia perbuat untukku dan juga kasih akung yang dia berikan pada Lidia. Seketika seperti ada sesuatu yang menghancurkan segala dendam yang ada di hati, membuatku seketika menjadi lembut. Aku pun mengelus rambut dengan perlahan dan berkata,”tidak apa-apa, kamu ingin peluk berapa lama pun boleh.”

Badannya yang berada dipelukanku bergetar, sepasang tangannya menggenggam lenganku dan menangis tanpa suara.

Hari yang cerah mendadak mulai hujan deras. Aku pun mendorong kepalanya untuk lebih masuk ke dalam pelukanku, tetapi rambutnya tetap saja basah karena hujan.

Di tengah hujan, dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya, menatapku dengan air mata di matanya. Aku menyadari bahwa dia bukan lagi claura yang dulu yang sangat membenciku. Dia yang seperti ini sedikitpun tidak membuat kesal, ia hanya ingin ada seseorang yang tulus menyayanginya.

claura menatapku dan berkata, "Apakah kamu masih membenci aku?" "

aku menggelengkan kepala dan berkata dengan lembut, "tidak, bagaimana mungkin aku membenci kamu? Aku malah takut tidak sempat untuk berterima kasih padamu. "

Tangan claura perlahan memegang pipiku dan dengan tersedak mengatakan,"Terima kasih. "

Setelah itu, ia mendadak memajukan bibirnya ke arahku dan menciumku dengan dalam. Ini membuat hatiku sedikit bergetar dan menanggapinya dengan menciumnya perlahan. Dia ada berhenti sejenak, kemudian memeluk leherku dan menciumku dengan ganas. Wangi parfum di badannya langsung menusuk ke hidungku dan yang membuatku terkejut adalah dia mengganti parfumnya yang wangi parfumnya sama seperti yang digunakan Jessi.

Mendadak muncul sebuah kalimat di kepala,’Jika mencintai seseorang, maka hiduplah seperti orang yang disukainya.’

ini tidak bisa menghentikanku untuk berpikir bahwa claura pernah muncul di hadapanku dengan dkamunan seperti Jesi. Dia yang di saat itu apakah sama dengan dia yang saat ini? Apakah dia berpikir dengan sedikit perubahan ini, dia dapat menarik perhatianku?

Aku mendadak sadar, cinta yang begitu aku takutkan dulunya, sekarang malah menjadi cinta yang sangat lembut dan mendalam. Ini membuatku terharu dan sedikit sedih. Aku berpikir, kalau saja dari awal kita berjalan di jalan yang benar, mungkin kita tidak akan menjadi seperti saat ini. Mungkin dia masih menjadi istriku dan mempunyai anak. Kami mungkin akan hidup bahagia harmonis selamanya. Tapi akungnya, satu langkah salah menyebabkan setiap langkah pun menjadi salah. Meskipun ia sangat mencintaiku, dan betapa aku ingin memaafkannya, yang telah terjadi biarkan terjadi.

Sebuah ciuman yang panjang berhasil membuat wajah claura merah seperti tomat, rambut basah yang menempel di wajahnya membuatnya semakin menarik di mata orang lain. Aku yang tidak bisa menahan tawa pun tertawa. Dia menundukkan kepala dan bertanya kepadaku mengapa aku tertawa. Aku menjawab,”Aku merasa kamu sudah bukan seperti claura yang aku kenal.”

claura melipat tangannya dan dengan gugup bertanya dia yang sekarang atau dulunya yang lebih baik? Aku tertawa dan menanyakan pendapatnya sendiri. Dia tidak berkata apa-apa. Aku melihat hujan ini tidak akan berhenti dengan segera, lalu berkata,”Kita berteduh di toko itu dulu yuk.”

claura mengangguk dan ketika aku berbalik, dia tiba-tiba menarik tanganku dengan tangannya yang lembut bagaikan susu. Ujung jarinya bahkan lebih dingin daripada air hujan yang sedang turun. Aku tidak bisa membedakan ini dingin karena air hujan atau karen terlalu deg-degan. Aku melihatnya dan dia melihatku, pkamungannya tampak serius. Tangannya semakin erat mengenggamku dan berkata,” Alwi, aku tidak mudah untuk menemukanmu. Kali ini, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Dulu aku sudah salah, kali ini aku akan mencintaimu dengan baik.”

Setelah mengatakan perkataan ini, claura menarikku berjalan. Pada saat ini, ia yang tadinya malu berubah menjadi sangat percaya diri seperti dulunya. Aku ingin berkata sesuatu, tapi aku menyadari bahwa aku tidak bisa berkata sesuatu yang menolaknya. Mungkin aku masih ada sedikit rasa padanya, mungkin juga karena aku tidak tega dengan segala hal yang sudah dia perjuangkan untukku. Apapun itu, ketika dia menarik tanganku berjalan, aku tidak bisa mengatakan sepatah kata pun yang dapat melukai hatinya.

Kami datang diam ke sebuah kedai kopi di dekat Universitas, dan setelah itu, claura meminta sebuah ruangan. Dia memberi banyak uang ke kasir depan dan berkata,”Jangan menganggu kami!”, kemudian menarikku masuk ke dalam ruangan.

Seketika aku berkeringat dingin. Aku dapat merasakan pkamungan ambigu dari orang sekitar, berpikir mereka pasti salah paham mengira aku dan claura mau melakukan yang tidak-tidak di dalam ruangan. Aku dengan putus asa mengikuti claura ke dalam ruangan. Dia pun langsung mengunci pintu dan menutup horden. Aku merasa aku seperti seorang gadis pemalu yang beruntung dan dia seperti raja yang memegang segala kendali.

claura dengan cepat bergerak mendekatiku, dan aku hanya bisa tersenyum melihatnya, berkata,” Aku….”

Aku sebenarnya ingin mengatakan "kita ngobrol saja dulu.", tetapi aku yang belum menyelesaikan perkataanku langsung diembat dengan ciuman. Badanku terdorong kuat ke pintu, mataku membesar melihatnya, dan dia memeluk pinggangku dengan erat dan berkata,” Alwi, aku mencintaimu.”

Aku tidak menyangka dia akan menyampaikan perasaannya dengan cara seperti ini. Aku terdiam dan dia sekali lagi melayangkan ciumannya kepadaku. Bibirnya sedikit berisi sehingga saat berciuman menimbulkan sensasi yang lembut, membuat orang lain seketika ingin mengenyam seluruh bibirnya. Lalu, ciumannya berpindah ke bagian sekitar leherku. Disaat yang sama, tangannya yang lembut bereaksi di badanku. Perasaan yang meluap ini membuatku hampir kehilangan akal sehat.

Aku menutup mataku, terpikir senyuman aneh yang Jessi tunjukkan jikalau sedang memperingatiku. Sekujur badanku bergetar hebat, aku mengambil napas yang dalam dan membuang semua pikiran yang mengasal. Aku kemudian menelan ludah dan memegang wajah claura dan menjauhkannya dari aku, berkata”Maaf, apakah kamu bisa berbicara dengan baik dengan diriku?”

claura menatapku, namun ia tak lagi manja seperti yang dia tunjukkan di awal. Sekarang dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya, mungkin karena kata-kata yang aku lontarkan tadi. Meskipun demikian, pipinya masih memerah dan malu-malu. Dia menatap lagi kepadaku dan bertanya, "Apakah ini penolakan?"

Aku tersenyum tak berdaya dan berkata, "kamu taulah bagaimana keadaan kita berdua. "

claura mengeluarkan tangannya yang ada di dalam pakaian aku. Aku tampak canggung padanya yang berdiri tegak, berpikir tentang bagaimana membuka mulut. Aku mendengar dia berkata, "apa yang harus aku lakukan agar kamu dapat mengampuni aku dan menerima aku? "

“Aku..” Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku sudah terbiasa disiksa oleh claura, dan sekarang dia memakai cara lain untuk melawanku. Ini membuatku sedikit tidak terbiasa.

claura menatapku, matanya memancarkan aura panik. Siapapun tidak akan percaya bahwa dia yang selalu percaya diri, ada juga hari dimana dia bersikap tidak tenang dan berhati-hati di depan seorang pria?

Aku berkata,”claura, bolehkah kamu memberitahu dulu, sejak kamu menyadari kamu kepadaku…”

Aku ingin bertanya padanya kapan ia memiliki perasaan yang mendalam kepadaku, tapi setelah berkata aku merasa malu untuk melanjutkannya, karena aku takut dia merasa malu. Siapa yang tahu dia sangat jujur dan berkata, "aku selalu menyukai kamu. "

Aku dengan terkejut mengatakan, "apa? "

claura perlahan-lahan datang ke meja dan duduk sambil berkata,”Sebelum mengatakannya oadamu, ijinkan aku menceritakan kisah orang tuaku terlebih dahulu. Ayahku pada saat itu adalah penggemar ibuku. Dia sangat mencintai ibuku, cinta yang sampai tingkatan yang sangat gila. Tetapi ibuku sama sekali tidak tergoyahkan dengan sikap ayahku itu. Ibuku hanya mencintai ayahku yang sekarang, yang sah di dalam hukum, yang seharusnya aku panggil paman. Dia dan ibuku sangat bahagia dengan kehidupan mereka, tak lama kemudian pun memutuskan untuk menikah. Ayahku sangat cemburu, kemudian dia mabuk dan melecehkan ibuku sehingga hamil diriku. Jadi ibuku membenci ayahku sampai ke urat nadinya.”

Aku sangat terkejut setelah mendengar kisah itu. Aku tidak percaya kalau dibalik seorang Mawar ada kisah semacam itu. Aku baru mengerti mengapa setiap bertemu dengan Gunawan, Mawar seakan ingin sekali menusuk orang itu.

claura lanjut berkata, "Saat pamanku tahu kalau anak yang didalam perut ibuku bukanlah anaknya, dia pun keluar rumah untuk minum minuman beralkohol untuk menghilangkan stress. Malangnya, dia malah tertabrak dan meninggal. Ini membuat ibuku semakin membenci ayahku dan sekaligus membenci aku yang merupakan anak kandungnya ayahku. Ibuku sewaktu aku kecil sangat jahat padaku, dia selalu memarahi dan memukulku. Jadi, hubunganku dengan ibuku emang sudah tidak baik sejak dulu. Ibuku mengatakan alasan dia begitu padaku adalah karena lelaki, dan itu membuatku menjadi trauma dan berprasangka buruk dengan yang nama lelaki. Aku sangat membenci lelaki, hingga aku bertemu denganmu.., salah, dengan badut. Badut itu mengatakan sesuatu kepadaku dan kata-katanya membuatku merasa bahwa dia perhatian kepadaku. Aku merasa aku telah jatuh cinta pada saat itu, dan itu membuatku menjadi tidak bisa lepas darimu. "

Ketika ia mengatakan tentang badut, aku merasa bersalah dan berkata, "Maaf."

claura menggelengkan kepalanya, berkata, "kamu tidak perlu mengatakan Maaf. Sebenarnya, aku tahu, meskipun kau ingin balas dendam padaku, tapi kamu juga pernah tulus padaku. Jika tidak, kamu tidak akan mau mengorbankan dirimu untuk menyelamatkanku dari jebakan Nickhun. Aku yang tidak menjagamu dengan baik dan malah membuatmu membenciku.”

Bercerita sampai disini, dia menghembuskan napas dan berkata,”Saat aku mengetahui kalu kamu membenciku, aku sangat menderita. Aku merasa penderitaan ini membuatku hampir gila. Jadi di saat itu aku mulai menggunakan segala cara untu ‘balas dendam’ kepada dirimu, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah perhatian dari dirimu. Aku tidak pernah berpikir untuk mengambil nyawamu. Meskipun membawa ayahku ke Nanjing, aku hanya ingin kamu mengecap sedikit kepahitan dal hidup dan membuatmu untuk memohon kepadaku. Aku samapi berpikir jika kamu mau pergi, sekaligus saja memutuskan kakimu agar kamu menjadi cacat. Jika benar seperti itu, aku akan menjagamu selamanya.”

Dia pun berhenti berkata dan menatapi diriku. Pkamungan itu penuh dengan kasih akung, ekspresinya penuh dengan rasa penyesalan. Dia pun berkata,”Kamu bertanya bagaimana aku menjadi sangat mencintaimu setelah mengetahui bahwa kamu telah meninggal? Aku beritahukan dirimu, itulah saat dimana kamu pergi begitu saja dan menghilang tanpa jejak selama satu tahun. Kamu tahukah bagaimana aku melewati hariku tanpa dirimu dalam satu tahun itu? Aku setiap hari menunggu kepulangan dirimu. Aku banyak menemui orang pintar untuk menenangkan diriku sendiri,tapi aku sama sekali tidak bisa melepaskan kamu. Di saat itu aku baru menyadari bahwa pria yang kucintai sekaligus kubenci itu, sebenarnya aku tidak membencinya sama sekali, aku hanya mencintainya.”

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu