Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 32 Demi Kebaikanku

Setelah membaca pesan dari Felicia, sekejap Aku tercengang, tengah malam Ia memintaku menemaninya, sulit sekali untukku tidak berpikir ke arah itu.

Terlintas Felicia yang sering menggodaku, perasaanku sudah terasa geli, dan tak tahan menelan air ludah.

Lalu Aku berganti pakaian dan bergegas pergi, bukannya Aku buru-buru pergi untuk bertemu dengannya demi hal tersebut, namun karena Aku memahaminya, Ia itu wanita menarik yang tidak ganjen, tidak mungkin Ia berpikir untuk melakukan hal itu, Ia menyuruhku datang pastinya ada hal penting yang ingin dibicarakan.

Aku naik taksi, hanya butuh waktu 30 menit sudah sampai di rumah Felicia, dengan pelan Aku mengetuk pintu dan Ia lekas membuka pintu, ternyata Ia benaran belum tidur.

Ia langsung menarikku masuk ke dalam, dan bersamaan Ia menjulurkan tangannya dan mencomot daguku, Ia menyeringai tipis dan berkata:"Adik kecilku yang perawan, Kamu cepat sekali ya, begitu kangennya dengan Kakak?"

Mendengar perkataannya, seketika Aku sangat canggung sampai-sampai wajahku merona merah, lalu tidak karuan menundukkan kepala. Alasan kenapa Aku canggung bukan hanya karena godaan Felicia, namun karena terlintas malam itu ketika tidak sadarkan diri Aku dan Selin melakukan hal itu, Aku bukan lagi anak kecil yang perawan, kalau sampai Felicia mengetahuinya, Apakah Ia akan tetap bertingkah seperti ini terhadap diriku?

Saat termangu, Felicia tertawa dan bertanya:"Mikirin apa sih? Secantik itukah Kakak malam ini, sampai-sampai Kamu melongo begitu?"

Felicia memang cantik sekali malam ini, Ia memakai gaun berwarna hitam, seolah tertutup, namun juga terbuka, seolah tidak bisa ditebak.

Aku memalingkan wajah, berkata:"Kak Feli, jangan menggodaku, Aku tahu Kamu mencariku pasti karena ada masalah, Kamu langsung bilang saja."

Selesai bicara Aku langsung berjalan dan duduk di atas sofa, dan Felicia juga langsung duduk di hadapanku, Ia menyipitkan mata menatapku, berkata:"Coba Kamu bilang, Aku nyari Kamu buat ngapain?

Menurutmu apa yang bisa Kamu bantu?"

Aku jujur dan menggeleng-gelengkan kepala, bahwa Aku tidak tahu, karena dengan kemampuanku, memang tidak bisa membantu Felicia apapun.

Saat ini, Felicia dengan genit berkata padaku:"Ini baru benar, Kamu gak akan bisa bantu Kakak apapun, Bagaimana bisa Kamu bilang Kakak mencarimu untuk minta bantuan, Kakak benaran bosan, jadi mencarimu untuk ngobrol."

Aku merasa malu, namun juga dengan curiga memandangnya, Ia mengerjapkan mata yang menggoda ke arahku, yang membuatku agak kebingungan.

"Jadi, jadi, jadi apa yang mau kita bicarakan, Ada hal yang mengganggumu?" Tanpa sadar Aku bertanya padanya.

Tiba-tiba Ia berdiri dan duduk di sampingku, jaraknya sangat dekat denganku, Aku bisa merasakan hawa napasnya yang hangat, yang membuat pipiku terasa geli.

Saking canggungnya Aku meluruskan badanku, namun Ia justru terus tersenyum dan berkata:"Boleh ya duduk lebih dekat lagi, Kakak tidak kedengaran jelas Kamu bilang apa nih."

Aku menoleh dan melihat ke arahnya, menatap wajahnya yang merona merah, wajahnya sangat halus, sesaat Aku tersentak, hampir saja ingin bertindak, karena waktu itu Aku pernah berhubungan dengan Selin, meskipun pada saat itu Aku dalam keadaan tidak sadarkan diri, namun Aku tetap bisa merasakan perasaan hubungan intim antara pria dan wanita, perasaan itu sungguh menggairahkan, akhirnya Aku tidak tahan dan ingin bertindak sekali lagi.

Hampir saja Aku mengulurkan tangan dan mendekap pinggangnya, namun saat itu juga tiba-tiba terdengar suara "tok,tok,tok" dari arah pintu.

Karena terlalu kaget Aku pun lantas berdiri, Aku tidak karuan bak semut yang di atas panci panas, perasaanku berkata itu kalau bukan Frans pasti Claura, kalau sampai mereka melihatku, mau kabur pun sudah tidak bisa, pasti akan kena pukul, dan terlebih akan menyusahkan Felicia.

Felicia juga lantas berdiri, Ia langsung berkata padaku:"Kamu sembunyi dulu di dalam toilet, Aku lihat dulu siapa yang datang."

Tidak lama setelah Aku masuk ke dalam toilet, langsung terdengar suara pintu terbuka, lekas terdengar suara Claura:"Feli, Aku sudah pulang, rindu sekali denganmu."

Sekelebat perasaanku menciut, Sial, ternyata benaran Claura, kenapa bisa kebetulan begini? Apartemen Felicia ini tipe rumah kecil, bukannya apartemen besar, hanya ada satu kamar, satu ruang tamu dan satu toilet, akan mudah sekali ketahuan.

Aku panik tidak karuan, namun Felicia justru tersenyum menyambut Claura dan berkata:"Clau, Kamu kok cepat banget, bukannya butuh waktu kira-kira satu jam, kok belum sampai satu jam kamu sudah sampai kesini dari bandara?"

Mendengar ucapan Felicia sekejap Aku tercengang, dari awal Ia sudah tahu kalau Claura mau datang? terus Dia ngapain masih kirim pesan dan menyuruh Aku datang?

Pikiranku sangat kacau, perasaanku panik tidak karuan, berasa pasti akan terjadi sesuatu.

Claura dan Felicia bergegas masuk ke dalam kamar, kamar tidak jauh dari toilet, hanya saja efek isolasi suaranya cukup bagus, setelah mereka masuk ke dalam kamar tidak terdengar segelintir pun apa yang mereka lakukan.

Dalam kesempatan ini Aku berniat untuk kabur, namun baru berjalan sampai ke depan pintu toilet, tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka, Felicia berjalan keluar dari sana, dengan menggoda berkata:"Clau, Kamu tunggu dulu ya, Aku pergi mandi sebentar."

Lalu Ia lekas berjalan ke toilet, saat Ia masuk, Aku buru-buru berbisik menanyainya:"Apa yang terjadi, tadi Aku sudah mendengar percakapan kalian, Kamu ternyata sudah tahu Claura mau datang kesini?"

Felicia tersenyum dan mengangguk padaku, ini membuatku sangat marah, lekas Aku berkata lagi:"Terus Kamu ngapain suruh Aku datang kesini, Kamu kaya gini justru membahayakan Aku!"

Setelah mengatakannya, Felicia tiba-tiba mendekatiku, Ia menempel pada tubuhku, merangkul leherku dengan tangannya, Ia tersenyum menatapiku:"Adik kecil, Kamu gak merasa seperti sangat menyenangkan? Tidak merasakan sensasi yang berbeda?"

Aku terperanjat, meskipun apa yang Ia katakan cukup masuk akal, mendengarnya pun perasaanku berdegup kencang, namun Ia kalau begini bisa dibilang bermain api! Kalau sampai ketangkap basah oleh Claura, kami berdua pasti akan habis.

Aku mengulurkan tangan dan dengan pelan mendorongnya, dan bersamaan berkata:"Kak Feli, jangan main-main lagi, cepatan Kamu pergi dan tahan Claura, lalu mengambil kesempatan itu Aku bisa kabur."

Felicia menepuk-nepuk wajahku, menjungurkan bibir kecilnya yang sensual dan berkata:"Gak akan."

Aku panik sekali, bagaimana Felicia masih bisa begitu bergairah, Apa Ia tidak takut dengan Claura?

Saat sedang memikirkannya, Felicia malah mendorongku, mendorongku sampai ke dinding.

Ia mengulurkan tangan dan meletakkannya di dadaku, bertanya:"Adik kecil, Kamu berani gak sentuh Aku?"

Kalau di lain waktu, Ia menggodaku seperti ini, Aku tidak akan segan-segan menyentuhnya, namun sekarang Aku benaran tidak akan berani!

Aku membungkukkan badanku dan memintanya untuk jangan mengacau lagi, Aku berjanji padanya lain kali pasti akan menemaninya, lalu saat Aku bersiap untuk berjalan ke arah pintu untuk melihat situasi dan berencana untuk menyelinap pergi.

Tepat pada saat itu, tiba-tiba Aku mendengar suara Claura:"Feli, Feli, Kamu kok lambat banget sih."

Felicia panik dan lekas menjawab:"Ah, Clau, Aku, Aku hampir selesai..."

Ucapannya penuh kepanikan, namun badannya Felicia justru semakin mendekatiku, ditambah lagi wajahnya memancarkan senyuman yang menggoda, seperti sangat menikmati sensasi yang aneh ini.

Aku benaran panik, namun juga tidak berani dengan kuat mendorongnya, takut kalau gerak-gerik kami menarik perhatian Claura, akhirnya Aku hanya bisa membiarkannya mendekap di dadaku.

Tidak pernah terpikir Claura justru berkata:"Feli, badanku sekarang juga agak lengket, Aku mandi barengan Kamu ya."

Saking kagetnya hatiku hampir copot, Felicia juga ikut tegang dan menjawab:"Ah, jangan, Clau, jangan, Aku segera keluar."

Mulutnya berkata menolak Claura, namun Felicia justru melempar tubuhnya padaku, dari bibirnya masih terdengar suara erangan, yang mirip pada saat melakukan hal itu.

Aku melirik Felicia dengan penuh kengerian, Ia pasti sudah gila, Apa Ia tidak takut ketahuan oleh Claura.

Felicia justru tersenyum padaku dengan senyuman yang tidak wajar, bersamaan itu Ia merobek gaun jala hitamnya sendiri, terlihat sungguh menawan.

Aku membeku, dan Claura juga mendengar suara dari dalam toilet, Ia langsung berkata:"Feli, Kok Aku merasa di dalam situ ada orang ya? Aku masuk ya."

Setelah mengatakannya, Claura sungguhan mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Aku benar-benar terperanjat, sampai tidak bisa berkutik sama sekali.

Felicia justru menutupi bagian dadanya dengan tangannya, seolah-olah seperti seekor burung kecil ketakutan yang bersembunyi, sembari berkata:"Ah, Clau, Aku, bukan Aku, jangan menyalahkanku, Alwi Dia yang..."

Mendengar perkataan Felicia, darah langsung naik ke atas kepalaku dan hampir pecah, ini, Ia sungguh-sungguh menjebakku!

Seketika Aku tersadar, ternyata Felicia mengirim pesan dan menyuruhku datang, lalu tingkah laku Ia tadi terhadapku, bermaksud untuk diperlihatkan pada Claura, Ia sungguh ingin menjebakku.

Aku tercengang, menatapi Felicia dengan sangat terkejut, Aku tidak mengerti mengapa Ia melakukan hal seperti ini, seharusnya Ia tidak punya alasan apapun.

Claura juga menggila, Ia bak harimau betina begitu bengis berlari kecil ke arahku, kemudian saat mengangkat tangannya, Ia langsung menamparku, Aku masih belum sadar akan apa yang telah terjadi, dan sekali lagi Ia menendangku, tendangan itu langsung mengarah tepat ke dadaku dan menjatuhkanku ke dalam bak mandi.

"Feli, Apa yang sebenarnya terjadi, Kenapa sampah penakut ini bisa muncul di rumahmu, apa yang sebenarnya telah kalian lakukan, kalian punya hubungan macam apa?" Selepas menendangku, Claura bertanya pada Felicia dengan penuh amarah.

Felicia menundukkan kepalanya, seolah tidak berani menatap Claura, namun Aku tahu Ia sedang bersandiwara.

Ia dengan genit berkata pada Claura:"Clau, sebenarnya juga gak bisa salahin dia. Aku yang membawanya ke rumah, Kamu beberapa ini tidak datang mencariku, Aku merasa tidak nyaman sekali. Apalagi dia bisu dan tuli, Ia gak akan bisa membocorkan masalah kita, akhirnya Aku tidak tahan ingin bersamanya."

Mendengar hal tersebut membuat wajah Claura pucat, namun Felicia justru lanjut berkata:"Clau, Kamu tenang saja, kita gak ngelakuin apapun kok, ini benaran pertama kali, Aku yang salah, plis maafin Aku."

Saking mendidih perasaannya Felicia, badannya bergetar, Akhirnya Ia mengangkat tangannya dan menampar Felicia, dan bersamaan berkata:"Feli, Kamu sudah gila? Bagaimana mungkin Kamu ingin bersama sampah ini? Apa Kamu sudah buta? Kenapa memilih dia?"

Felicia menundukkan kepalanya, menjawabnya dengan suara bagaikan senandungan nyamuk:"Clau, Kamu juga tahu, Aku membenci pria. Tapi seenggaknya dia suamimu, Aku tidak begitu membencinya. Apalagi, Aku, Aku merasa Alwi sebenarnya cukup ganteng."

'Taik'.

Claura melayangkan satu temparan lagi pada Felicia, kemudian dengan kesal berbalik dan pergi.

Setelah Claura pergi, Aku masih terbaring di dalam bak mandi, sekujur tubuhku membeku, Aku tidak mengerti mengapa bisa terjadi hal seperti ini.

Namun Felicia justru memalingkan kepalanya dan melihat ke arahku, Ia tidak lagi panik dan ketakutan seperti tadi, malahan memandangku dengan wajah yang memesona, berkata:"Adik kecil, asyik gak?"

Aku memandanginya dengan sangat tercengang, bertanya:"Kak Feli, apa maksudmu? Kenapa Kamu melakukan hal seperti ini sih? Kamu ini membahayakan orang lain sekaligus dirimu sendiri tahu!"

Ia menarik senyumannya dan dengan serius berkata padaku:"Aku melakukan ini, semuanya demi kebaikanmu, mau tahu gak kenapa?"

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu