Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 739 Panggilan 'Kak Alwi' Ini, Belum Bisa Disetujui! (2)

Setelah mengatakan itu, dia melangkah maju, mengeluarkan ponselnya dari sakunya, kemudian membantingnya, seluruh layar ponsel langsung hancur dalam sekejap, semua orang bertanya-tanya apa yang ingin dia lakukan, jelas-jelas dia ingin mengeluarkan amarahnya, mengapa dia menghancurkan barangnya sendiri.

Namun, semua orang dengan cepat mengerti, karena Widya mengambil ponsel, kemudian ia menampar Wilsen dengan menggunakan ponselnya.

Setiap Widya menamparnya sekali, kaca bagian layar ponsel pasti ada yang jatuh, dalam sekejap itu langsung seperti jarum yang menusuk wajah Wilsen. Dia menampar Wilsen belasan tamparan berturut-turut, dan itu langsung membuatnya bernapas dengan berat, dan sepasang buah dadanya yang penuh pun akhirnya berhenti.

Pada saat ini, wajah Wilsen sudah penuh dengan darah, darah segar terus-menerus mengalir keluar. Dia awalnya memang tidak setampan Larrry, dan sekarang dia bahkan terlihat lebih jelek, luka kecil semacam ini meskipun tidak begitu sakit, tetapi pulihnya sangat lambat, dan sakitnya semakin lama akan semakin sakit, dan jika bersentuhan dengan air, rasa sakitnya akan terasa berlipat ganda.

Tampaknya Widya benar-benar membenci Wilsen, untuk membuatnya menderita, ia rela mengorbankan ponselnya.

Aku bertanya sambil tersenyum: "Apakah itu layak?"

Widya mengangkat alis, mungkin karena ia sudah mengeluarkan amarahnya, suasana hatinya menjadi sangat bahagia, dia bahkan mengerjapkan mata ke arahku dengan genit, bibirnya yang tipis, menghembuskan napas dengan cantik, dia berkata dengan ringan: "Tidak ada cara lain, karena aku kaya, jadi aku berbuat sesuka hatiku. "

Ini adalah pertama kalinya aku melihat Widya begini, aku langsung agak tertegun. Ketika aku melihat yang lainnya, dia juga menarik perhatian mereka semua, harus aku akui bahwa dia sangat cantik dan auranya sangat menawan, begitu ia tersenyum, ia lebih memiliki pesona yang benar-benar unik dan mematikan.

Aku berpikir, para idiot di arena tinju bawah tanah ini tidak menyukainya, mungkin selain tidak bisa menerimanya, itu juga karena dia tidak tersenyum, dia selalu begitu sombong dan angkuh, membuat mereka merasa di pandang remeh olehnya, kalau tidak jika ia ingin menaklukkan mereka, itu sangtlah mudah.

"Kak Alwi, airnya sudah datang." Ketika aku sedang berpikir, sebuah suara datang.

Aku melihat ke arah suara itu, dan aku melihat dua orang datang dengan membawa dua ember air.

Aku menginjak lutut Wilsen yang terluka, dan dia berlutut kesakitan. Aku berkata dengan ringan: "Tekan dagunya dan cuci mulutnya."

Segera dua orang datang, satu orang menekan pundaknya dan satunya lagi memegang dagunya, mereka memaksanya untuk menaikkan wajahnya.

Wilsen tidak bisa bergerak, mulutnya bahkan tidak bisa ditutup, dia bernapas berat dengan sedih, tetapi dia segera tidak bisa bernapas lagi, karena air telah dituangkan ke dalam mulutnya, dia tidak bisa menutup mulutnya, ia terpaksa menelan airnya, tetapi kecepatan airnya terlalu cepat, ia tersedak dan membuatnya sangat marah, air yang keluar menyiram wajahnya yang terluka, sensasi sakit yang begitu menyiksa langsung membuatnya hampir menangis.

Seluruh arena tinju bawah tanah sangat tenang. Semua orang melihat Wilsen, ada beberapa orang yang terlihat bahagia, tetapi ada beberapa orang malah terlihat takut, mereka takut dengan tindakkanku ini.

Sebenarnya, aku memang ingin membiarkan mereka yang tidak puas denganku melihat orang seperti apa aku ini, apakah aku begitu tidak berguna seperti yang mereka pikirkan.

Ketika Wilsen sudah selesai disiksa, ketika dia sepertinya sudah tersedak dan hampir mati, aku bertanya kepada Widya yang berada di sampingku: "Apakah kamu puas?"

Widya menatapku dengan mengerutkan alisnya, ia berkata dengan ringan: "Kamu tadi bertanya padaku apakah itu layak atau tidak, sekarang aku ingin bertanya padamu, demi memberiku kesempatan untuk mengeluarkan amarahku ini, kamu membuang begitu banyak waktu, dan mengambil risiko ketahuan oleh keluarga Yang, apakah itu layak? "

Aku menatap matanya, mengambil napas dalam-dalam, dan berkata dengan serius: "Layak, waktu yang aku habiskan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penghinaan yang telah kamu derita. Widya, aku tahu kamu tidak bisa memaafkanku, tetapi aku tidak keberatan, karena aku tahu bahwa bahkan jika kamu tidak memaafkanku, kamu juga sudah menganggapku sebagai temanmu, dan aku juga begitu. Temanku, aku tentu saja akan memperlakukannya dengan sepenuh hati. "

Widya sedikit terkejut. Aku menghela napas dalam hatiku. Bagaimanapun, aku masih takut dia salah paham, jadi aku mengatakan lebih banyak kata.

Widya mengunyah kata-kataku di mulutnya, ia tiba-tiba tersenyum, menurunkan kelopak matanya dan berkata: "Menjadi teman juga cukup baik."

Aku agak merasa sedih. Dia menatapku, tatapan matanya sudah tidak sebahagia sebelumnya, ia berkata: "Aku sudah cukup mengeluarkan amarahku, kamu juga jangan buang waktu lagi, ayo selesaikan urusanmu. Sekarang semua orang di keluarga Yang pasti tahu Wilsen datang mencariku. Bagaimana kamu akan menipu mereka? "

Aku berkata dengan ringan: "Aku sudah punya rencana, tetapi ... mungkin harus merepotkanmu."

Widya menyipitkan matanya dan menatapku dengan curiga. Aku membisikkan rencanaku di telinganya, pipinya yang putih dan lembut tiba-tiba memerah, dan akhirnya ia memberiku tatapan marah, ia berkata: "Tidak heran kamu berusaha keras memberiku kesempatan untuk mengeluarkan amarahku, ternyata itu demi memberimu buah yang manis dan memberiku tamparan."

Aku agak merasa sedikit tidak enak dan menyentuh hidungku, aku berkata: "Aku tahu rencana ini akan membuatmu kesulitan, tetapi tadi aku benar-benar ingin membantumu mengeluarkan amarahmu, aku tidak memiliki maksud lain."

Widya menatap wajahku, kemudian dia berkata: "Lupakan saja, aku akan memercayaimu sekali."

"Kalau begitu, rencana kita."

"Sekarang apakah ada rencana yang lebih baik daripada rencanamu? Ikuti saja sesuai rencanamu."

Semua orang menatap kami dengan penasaran, mereka tidak mengerti misteri apa yang sedang kami mainkan.

Aku berkata dengan ringan: "Baiklah, kalau begitu aku akan meminta seseorang untuk mempersiapkannya."

Setelah mengatakannya, aku memanggil Samuel datang dan mengatakan kepadanya barang apa yang aku inginkan, kemudian dia pergi untuk menyiapkannya untukku. Setelah dia pergi, aku menyalakan sebatang rokok dan menatap para petinju itu. Aku berkata: "Masih ada waktu sebelum rencana itu di lakukan, mari kita lanjutkan urusan kita yang tadi. "

Setelah mengatakan itu, aku menginjakkan kaki ke arena pertandingan, aku menatap orang-orang itu dengan angkuh dan berkata: "Siapa yang ingin bertarung denganku, cepatlah, aku masih memiliki urusan yang harus dilakukan."

Setelah mendengar perkataanku, semua orang saling memandang, kemudian, Regy Yang tiba-tiba tertawa. Semua orang menatapnya dan bertanya padanya apa yang dia tertawakan.

Dia dan para petinju ini otomatis saling mengenal, ia tersenyum sinis dan berkata: "Apakah kalian ingin bertarung satu lawan satu dengan kak Alwi? Bahkan kakakku pun tidak bisa mengalahkan kak Alwi, apakah kalian masih ingin bertarung?"

Kakak yang disebut Regy Yang otomatis adalah Nando。

Pada awalnya, mereka tidak percaya pada kemampuanku, tetapi begitu mereka mendengar perkataan Regy Yang, mereka tertegun seketika. Jika kata-kata ini diucapkan dari mulut Samuel, maka karena prasangka mereka, mereka masih akan merasa bahwa Samuel hanya menggertak, dan menyanjungku saja, tetapi kata-kata ini diucapkan dari mulut Regy Yang, itu menjadi sangat berbeda.

Ekspresi mereka tiba-tiba tampak sulit dilihat, di tambah lagi tadi aku juga sudah menunjukan kepada mereka kemampuanku, mereka bahkan lebih percaya bahwa aku adalah orang yang memiliki kemampuan, seketika, tidak ada satupun yang menerima tantanganku.

Aku melirik mereka dengan dingin dan bertanya: "Kenapa? Tidak ada yang berani naik?"

Mereka semua menundukkan kepala, dan tentu saja mereka tidak berani naik, karena jika mereka naik sekarang itu sama saja dengan menerima penghinaan. Jika mereka tidak tahu kemampuanku, mungkin mereka akan naik untuk bertanding, tetapi karena mereka sekarang sudah tahu kemampuanku, siapa yang berani membuatku tidak senang.

Aku mencibir dan berkata: "Jika kalian tidak berani naik, apakah aku bisa menganggap bahwa kalian telah mengakui identitasku sebagai 'Bos' ini?"

Mereka masih tidak berbicara, tetapi ekspresi mereka jelas sudah lebih santai, dan Regy Yang berkata: "Ayo segera kalian panggil 'kak Alwi'?"

Semua orang saling memandang, tidak tahu siapa yang memimpin dan meneriakkan "kak Alwi", kemudian semua orang berteriak serempak: "Kak Alwi!"

Aku melihat mereka yang begitu taat, dan berkata dengan dingin: "Panggilan kak Alwi ini, untuk saat ini aku belum bisa menyetujuinya!"

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu