Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 529 Penonton hanya ada dia seorang, itu sudah cukup

Aku mengatakan bahwa Claura membuatku tahu bahwa cinta adalah racun, dapat membuat orang ‘gas beracun yang menyerang hati, dan tidak ada obat untuk mengobatinya’. Perkataan ini tersembunyi rasa jijik ku terhadap Claura, terhadap kebencian dia mengangguku, tetapi dia tidak tahu apa-apa tentang itu, dan malah tertawa bahagia, berkata: “Tidak ada obat untuk mengobatinya maka hanya bisa dengan racun menyerang racun.”

Menggunakan racun menyerang racun? Ya, bukankah kita sedang menggunakan racun menyerang racun?

Melihat wajah manis bahagianya Claura, aku sudah tidak sabar untuk merobek kebahagiaan diwajah ini, aku pikir pada saat itu, pasti akan lebih menarik daripada sekarang.

Menahan emosi dihatiku, aku berpisah dengan Claura, dan meninggalkan kafe. Ketika keluar, kebetulan waktunya para mahasiswa pulang pada saat siang hari, melihat para mahasiswa dengan senyum cerah di wajah mereka, aku tidak bisa menahan rasa iri pada mereka. Jika, aku mengatakan jika, jika saat itu ayahku tidak dijebak, aku mungkin akan menjadi generasi kedua terkenal di Beijing, di beberapa tahun yang aku paling sia-siakan, mungkin aku juga akan menjalani kehidupan yang bebas tanpa kekhawatiran seperti para mahasiswa ini.

Sayangnya, tidak ada jika dalam kehidupan. Aku ditakdirkan untuk tidak bisa menjalani kehidupan yang biasa tetapi bahagia seperti ini.

Aku berbalik badan lalu pergi, gerimis sepoi-sepoi bertiup pelan, tawa dibelakangku sepertinya tertiup kedunia yang berbeda.

Aku menyalakan sebatang rokok, dan merokok di dalam gerimis. Aku teringat permainanku dengan Claura, teringat akan saudara-saudara yang menungguku pulang, aku mengeluarkan asap dari mulutku. Kemudian berpikir, Claura, Ricardo Song, dan Ken yang bersembunyi dibelakang mereka, keluarkan penyerangan kalian, aku mau melihat, kalian bisa sehebat apa, bisa menghindar dari panah gelapku! Pertandingan diantara kita, aku pasti akan menjadi pemenangnya!

Setelah berjalan lumayan jauh, aku naik taksi pergi ke rumah Jessi, setelah memastikan tidak ada yang mengikutiku, aku menyuruh taksinya berhenti di sebuah toko bunga ditengah perjalanan, lalu membungkus seikat bunga mawar untuk Jessi. Setelah keluar, aku melihat sebuah supermarket disebelah, lalu membelikan kakek Ergi dua bungkus rokok dan dua botol bir, kemudian baru naik taksi pergi ke rumah Jessi.

Ketika aku sampai ditujuan, aku dari jauh melihat beberapa pria terlatih berjalan disekitar gedung apartemen Jessi, salah satu diantaranya adalah paman pengawalnya Jessi. Setelah dia melihatku turun dari mobil, dia mengedipkan mata kepada beberapa orang yang akan memeriksaku, setelah menerima petunjuk, semuanya berpura-pura tidak melihatku, hanya saja setiap wajah mereka mengeluarkan ekspresi sedikit curiga.

Aku langsung naik keatas, dan berdiri di pintu yang familier, tiba-tiba merasa sedikit gugup. Ketika aku berada di pasukan rajawali di Beijing, aku pernah terluka dan aku beristirahat di rumah Jessi untuk waktu yang sangat lama, aku tidur di ranjang besar kamarnya. Terpikirkan ini, hatiku berdetak kencang, sekarang dia pasti sedang berbaring di ranjang besarnya itu, kan?

Membuat hatiku tenang sebentar, aku mengetuk pintu, segera, pintu terbuka, dan yang membuka pintu adalah seorang wanita muda cantik, yang terlihat seperti berumur 30 an tahun, dan memiliki pesona wanita Jingle Club, rambutnya tergulung lalu mengenakan gaun hitam, dan dengan riasan yang tipis. Dia tampat bermartabat, lembut dan elegan, aku tertegun, dan kemudian bertanya dengan ragu: “Halo, kak. Aku ingin mencari Jessi, apakah dia dirumah?”

Sambil memikirkannya, aku sambil menebak identitas wanita ini dihatiku. Aku berpikir dia masih begitu muda, pastinya bukan ibunya Jessi, jadi siapa dia? Dirumah Jessi, semua orang yang bisa masuk adalah mereka yang sangat berarti baginya, sebenarnya siapa orang ini?

Ketika wanita itu mendengar aku memanggilnya ‘Kak’, dia tertegun lalu kemudian tertawa, dan bertanya: “Apakah aku terlihat begitu muda? Menurut usiamu seharusnya memanggilku ‘Tante’ baru benar.”

Aku dengan langsung terbodoh, dia membuka jalan untukku, kemudian melihat sekilas bunga mawar ditanganku, tatapan mata yang melihatku menjadi semakin jail, bertanya: “Ingin datang melihat putriku sangat banyak, tetapi berani memegang seikat mawar datang kesini, hari ini adalah pertama kali aku melihatnya. Anak muda, keberanianmu sangat hebat.”

Ketika mendengar kata ‘putriku’, aku lebih terkejut, pada saat bersamaan sangat gugup dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak menyangka bahwa ibu jessi ada di apartemennya, dan lebih tidak menyangka ibunya sangat muda, meskipun ibuku dan Mawar sangat muda, tetapi tubuh mereka memiliki sebuah rasa yang mengendap selama bertahun-tahun. Namun, ibu Jessi terlihat penuh dengan semangat, itu sebabnya aku tidak bisa menebak usianya.

Aku merasa wajahku terbakar, pertama kalinya berjumpa dengan ibu mertua, lalu tidak membawa barang apapun, dan juga membuat lelucon besar, aku benar-benar ingin menguburkan diri didalam lubang.

Aku berkata dengan canggung: “Halo Tante, tante benar-benar sangat muda, cantik dan penuh semangat, makanya bisa mencelakaiku membuat lelucon seperti itu.”

Mendengarku memujinya, ibunya tersenyum lalu berkata dengan gembira: “Wah, mulutnya sangat manis, jika ayah Jessi bisa berbicara sama sepertimu, maka wajahku ini pasti akan lebih muda beberapa tahun. Cepat masuklah, putriku dari tadi berias disana, aku mengira suasana hatinya baik, tetapi siapa yang tahu gadis kecil itu ternyata sedang menunggu orang.”

Ibu Jessi sambil tersenyum sambil berkata. Dia terlihat sangat mudah didekati dan sangat lucu, melihat dia, aku teringat saat pertama kali berjumpa dengan Jessi. Dia juga terlihat seperi gadis nakal dan lucu, aku pikir dia pasti mewarisi sifat ibunya yang aktif dan nakal itu.

Aku tidak menyangka Ibu Jessi begitu ramah. Aku merasa lega dihatiku, ketika menghadapinya juga tidak begitu gugup lagi, aku sambil tersenyum berkata: “Mulut Paman mungkin tidak begitu manis, tetapi pasti sangat baik terhadap Tante, kalau tidak Tante juga tidak akan terlihat begitu muda dan imut.”

Tidak peduli berapa usia seorang wanita, selama mereka adalah wanita maka pasti suka mendengarkan pujian, dan benar, perkataanku ini langsung membuat Ibu Jessi tertawa bagaikan bunga. Tetapi yang kukatakan adalah sebenarnya, aku pikir Ibu Jessi pasti sangat dilindungi dengan baik oleh Mark, jadi itu sebabnya perasaan bahagianya tidak hilang dari waktu ke waktu.

Pada saat ini, suara Jessi terdengar dari dalam kamar, dia berkata: “Jennifer, tidak bisakah kamu menjaga sedikit sikapmu, ketika terungkit pria dingin itu maka kamu akan sangat senang?”

Jennifer langsung memarahinya: “Gadis kecil, tidak sopan, siapa yang mengizinkanmu memanggilku dengan nama, percaya tidak aku akan memukul pantatmu?”

Jessi mengabaikannya, dan berkata kepadaku: “Sudah datang malah tidak segera masuk?”

Aku meletakkan barang kakak Ergi, dengan minta maaf berkata: “Tante, aku datang terburu-buru, tidak tahu Anda disini, jadi aku tidak membelikan apapun kepada Anda, aku pasti akan menebusnya lain kali.”

Jennifer mengangkat dagunya, dengan senyum licik dimatanya, berkata: “Tidak perlu hadiah, aku hanya menerima hadiah dari suami dan juga menantuku, sisanya aku tidak mau.”

Selesai mengatakannya dia bersenandung ke dapur, aku dengan suara kecil: “Bukankah aku adalah menantumu?”

Jennifer berdiri dipintu dapur, mengangkat alisnya berkata: “Apa yang kamu katakan?”

Aku dengan cepat berpura-pura bodoh, berkata: “Tidak ada.”

Jennifer menatapku sekilas dengan curiga lalu berjalan masuk ke dapur, aku bergegas ke kamar Jessi dengan seikat mawar ditanganku. Pada saat ini, Jessi sedang duduk di kasurnya, lalu memegang kkoran ditangannya, rambutnya tidak diikat, wajahnya yang sangat cantik membuat orang tidak dapat menggerakkan pandangan. Melihatku datang, dia mengangkat pandangannya lalu tersenyum, kemudian pandangannya jatuh ke mawarku, sambil tersenyum bertanya: “Ini benar-benar cara kuno, aku mengatakan bahwa mengulang kembali mengejarku, dan kamu mengejarku dengan cara seperti ini?”

Aku menutup pintu, meletakkan bunga mawar di vas dekat kasurnya, memotong beberapa batang bunga, berkata: “Kamu yakin ingin aku mengulang kembali mengejarmu? Tetapi mengapa aku ingat ada seseorang yang mengirim pesan kepadaku, mengatakan dia sangat merindukanku? Dan menggodaku, hmm…. Apakah aku salah mengingatnya?”

Sambil mengatakannya, aku mengeluarkan ponsel dari saku, berkata: “Aku harus cepat mengecek, apakah itu aku sedang bermimpi.”

Jessi mengangkat alisnya berkata: “Itu bukan aku yang mengirimnya kepadamu.”

Aku tertegun, melihat dia tidak bermaksud bercanda, dengan langsung aku terbodoh sejenak, berkata: “Apakah…..Apakah Tante menggunakan ponselmu mengirimnya kepadaku?”

Jessi menganggukan kepala, aku teringat aku telah mengatakan begitu banyak kata-kata mesra di dalam pesan, aku merasa sangat canggung. Jessi tiba-tiba mengeluarkan suara tertawa, melihat ekspresi dia yang seperti anak kucing berhasil mencuri ikan, dengan langsung aku baru mengerti, bertanya: “Apakah kamu membohongiku?”

Jessi berkata dengan sungguh-sungguh: “Aku hanya tidak ingin kamu merasa terlalu puas, tujuan belum berhasil, dan kamu masih perlu untuk bekerja keras.”

Melihat dia yang begitu nakal, aku merasa telah melihat lagi dia yang pertama kali kutemui, ditengah elegannya menunjukkan nakal yang menarik hati orang, membuat hatiku tergerak yang tidak bisa digambarkan. Aku dengan perlahan berjalan kesana, dia tidak tertawa lagi, bertanya padaku apa yang ingin kulakukan. Aku meletakkan kedua tanganku dipundaknya, dengan lembut berkata: “Tidak, hanya ingin menghukummu saja.”

Selesai mengatakan, aku membungkuk dan ingin menyium Jessi, dia tidak mendekat, perlahan-lahan menutup mata, aku melihat bibir merah menggodanya, mulutku yang kering, dan juga menutup mata. Namun, tepat ketika aku mengira bisa menciumnya, bibirku malah menyentuh sesuatu yang dingin dan tidak rata. Aku membuka mata, melihat mata Jessi penuh dengan candaan, dia mengangkat tangannya, dan memegang sesuatu ditanganya, pada saat ini bibirku tertempel pada benda ini.

Aku terdiam dan tidak berdaya, dan berpikir bahwa aku kembali dipaksa oleh Jessi keluar dari ‘medan perang’, aku melirik sekilas benda ditangannya, bertanya: “Apa itu?”

Jessi mengangkat alisnya, berkata: “Coba tebak.”

Aku mengambil barang yang ditangannya, berkata: “Itu seperti medali kehormatan, bukan?”

Jessi berkata dengan datar: “Ya, itu hadiahmu.”

Hatiku tergerak, bertanya: “Apa yang kamu katakan?”

Jessi berkata: “Ini hadiahmu. Kamu telah bekerja keras untuk negara beberapa kali, memberikan kontribusi, melindungi pahlawan kita, dan menyelesaikan misi tentang Andreas di Dongbei, atasan pastinya akan menghadiahimu, medali ini adalah hadiahnya. Tidak hanya itu, mulai sekarang, Alwi, kamu adalah kaptennya.”

Aku melihat medali ini, aku merasakan emosi yang aneh dihatiku. Meskipun aku tidak pernah ingin menjadi seorang tentara, tetapi ketika aku mendapatkan medali, lalu dianugerahi pangkat kapten, ada sebuah rasa hormat muncul dibenakku. Aku pikir ayah pasti mengalami kejadian ini, tidak, dia bahkan lebih cemerlang daripada aku, aku pikir ketika dia dianugerahi medali, pasti tidak ada kursi kosong di bawah panggung, dan aku hanya memiliki Jessi, seorang penonton, tetapi aku sudah sangat puas!

Jessi berkata: “Alwi, selamat, hanya saja karena identitasmu yang khusus, jadi tidak bisa memberimu sebuah upacara penghargaan.”

Aku menggelengkan kepala, berkata: “Tidak apa-apa, hanya ada kamu penontonnya, itu sudah cukup!”

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu