Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 339 Sumber

Tiba-tiba ada orang yang meneleponku, bertanya padaku apakah aku ingin tahu rahasia Aiko, jika ingin tahu aku harus segera pergi ke satu-satunya kafe depan rumah sakit untuk bertemu dengannya.

Aku menekan suaraku dan bertanya: “Siapa kamu?”

Dia tidak berbicara, tapi langsung menutup telepon, aku melihat kembali nomor telepon itu dan menemukan bahwa itu nomor dari Shanxi, tapi saat aku meneleponnya kembali, yang terdengar hanyalah logat seorang perempuan Shanxi yang sedang berbicara, aku menutup teleponnya, segera menyerahkan nomor telepon ini kepada Chick untuk memintanya menelusuri.

Meskipun ditelusuri, aku yakin dia tidak akan menemukan apapun.

Sulistio dan Nody melihat sikap tegang diriku, mereka kemudian bertanya apakah ada masalah yang muncul, maka aku menceritakan perihal nomor telepon itu kepada mereka, Sulistio memicingkan matanya dan berkata: “Kafe satu-satunya? Tidak mungkin ada orang memasang jebakan disana kan? Kak Alwi, kamu jangan terburu-buru pergi, lagipula, aku rasa perkataan orang itu kemungkinan besar hanyalah tipuan, kalaupun kakak ipar memiliki sebuah rahasia terkait dengan hubungan kalian berdua, masakan membutuhkan perantara orang lain untuk bertanya?”

Nody mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata: “Bocah bodoh ini akhirnya mengatakan sesuatu yang benar.”

Sulistio memutar bola matanya dan berkata: “Siapa orang bodoh? Itu sama saja dengan pangeran.”

Nody terkikik dan berkata: “Sekarang aku sudah bisa dengan tepat memanggilmu ‘sama dengan pangeran’, mengajarkanku banyak peribahasa dalam mimpi.”

“Memamerkan kemesraan.” Sulistio lagi-lagi memberi dia hinaan, lalu berkata padaku: “Kak Alwi, apakah kamu sudah mempertimbangkannya? Bagaiman caramu mengaturnya?”

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata: “Aku tidak pergi, seperti katamu, aku dan kakakku memang memiliki sebuah rahasia, juga tidak mungkin kuberitahukan kepada orang lain, hanya saja orang ini sangat tergesa-gesa untuk memintaku segera datang, seperti ada sesuatu hal yang mendesak, jika aku datang, aku akan kehilangan kontrol, jika aku tidak pergi, aku juga tidak memiliki pilihan lain, dia tidak bisa melakukan permainan kesabaran denganku.”

Sulistio menganggukkan kepalanya dan berkata: “Aku akan menyuruh saudaraku untuk berpura-pura makan disana, hanya untuk melihat keadaan.”

Dengan samar-samar aku berkata: “Orang itu berani meneleponku dari sana, pasti dia sudah mengingat semua orang-orang kita, saat salah satu dari orang kita keluar, kemungkinan dia akan langsung pergi.”

“Lalu bagaimana rencananya?” Sulistio mengernyitkan alis dan berkata: “Kita akhirnya tidak akan membiarkan orang itu kan?”

Aku berkata bahwa masalah ini akan diberikan kepada Mondy.

Begitu mendengar hal ini, Sulistio cepat-cepat berkata: “Merepotkan dia untuk apa, dia sudah bersamamu berkeliling kesana kemari, saat ini dia pasti sangat kelelahan, suruhlah dia cepat istirahat, aku akan segera memanggil seorang saudaraku yang baru.”

Aku dan Nody bertukar pandang dan dengan tersenyum berkata: “Nody, kamu lihat kan?”

Nody tersenyum dan berkata: “Lihat, sesorang kelihatannya sedang mengkhawatirkan orang lain, semua kebaikanmu itu sepertinya sia-sia saja.”

“Apa yang kamu maksut?” Sulistio tidak pahamapa yang sedang kami katakan.

Aku memutar bola mataku dan berkata: “Jika aku menyuruh Mondy untuk bertugas, dia pasti akan kembali kesini, pada waktu itu, bukankah kalian bisa saling bertemu? Aku kecewa, aku demi kebaikan kalian makanya berpikir seperti ini, apalagi, Mondy sedang di bank untuk mengurus suatu hal, hanya berjarak satu menit saja.”

Begitu mendengar hal ini Sulistio bersemangat dan berkata: “Kak Alwi memang benar-benar menyayangiku, jika nantinya aku memang benar-benar dengan Mondy, aku tidak akan menerima uang apapun darimu.”

Aku tertawa keras dan berkata: “Tidak hanya tidak menerima uang dariku, tapi kamu juga harus memberikan hadiah tanda terimakasih kepadaku.”

Sulistio terkekeh dan mengiyakannya.

Maka aku segera menelepon Mondy, selesai mengatur semuanya, Chick membalas pesanku dan berkata bahwa nomor itu adalah nomor seorang gadis desa biasa, sudah dipakai lebih dari sepuluh tahun lamanya, nomornya terlacak telah diretas oleh seseorang, melalui pencarian ini, aku menemukan kurang lebih seratus web peretas yang ia gunakan, saat ditelusuri ini sangatlah rumit, kira-kira menunggu sampai benar-benar tuntas, orang ini telah pergi, dia tidak akan meninggalkan jejak informasi apapun.

Mendengar hal ini, aku tidak tahan lagi untuk memberi perhatian pada orang ini, berpikir jika aku punya kemampuan untuk mengurus orang ini, mau aku seorang ahli komputer, ataukah aktor yang hebat, tapi aku sangat hebat dalam menebak-nebak.

Aku meminta Chick untuk menghentikan mengejar retasan ini, kemudian hanya duduk untuk menunggu kabar dari Mondy. Siapa yang mengira, saat menunggu kabar dari Mondy, nomor tidak dikenal kembali meneleponku, aku meminta Sulistio segera menghubungi Mondy dan aku mengangkat panggilan telepon itu, suara sebuah robot berbicara lagi, katanya: “Alwi, sepertinya kamu tidak memerlukan bantuanku untuk mengetahui rahasia Aiko, tapi jika aku memberitahumu, rahasia Aiko berhubungan dengan ayahmu, kamu masih bisa setenang ini kah? Alwi, kamu yakin tidak ingin tahu sumber informasi tentang hubungan ayahmu dengan orang yang kamu cintai?”

Ada sumber apa diantara Aiko dan ayahku? Aku berkata dengan dingin: “Omong kosong, hanyalah sebuah omong kosong! Jika kamu kira kebohongan yang sederhana ini bisa membuatku tertipu, aku beritahu kamu jangan lagi menyia-nyiakan omonganmu.”

“Sepertinya kamu tidak lagi percaya pada perkataanku.” Orang itu berkata dengan dingin: “Baiklah, jika kamu mengira aku hanya omong kosong, hanya saja aku tidak tahu, apakah kamu juga tidak memerlukanku untuk mendapatkan dua wadah abu itu.”

Mendengar kata ‘dua wadah abu’ itu, hatiku tiba-tiba timbul sebuah ombak yang besar, karena aku tau, yang dia sebutkan itu pasti ayah dari Aiko, Tommy, dan juga milik ibu angkatnya, Yenny, mendengar maksut dari dia, dia mendapatkan wadah abunya? Yang paling penting adalah, keluarga Yan tidak mungkin membiarkan banyak orang tahu bahwa wadah abu Tommy berada di keluarga Yan, lain kata, identitas orang ini pastinya tidak biasa.

Hanya saja, jika memang demikian, semua perkataannya tadi asli atau palsu? Herannya dia juga membahas hubungan antara Aiko dan ayahku, apakah ada dendam yang tersembunyi?

Nody kali ini ini mengangguk-anggukkan kepala kepadaku, aku menghela napasku yang berat, menahan untuk terus menanyainya, tiba-tiba terdengar tawaan hina darinya dan berkata: “Kamu pikir kamu tahu dua wadah abu itu, apakah aku bisa percaya kata-katamu itu? Aku mohon, siapa yang mau menjamin dua wadah abu itu adalah kepunyaan mereka dan bukan milik orang lain, bahkan milik orang rata-rata sepertimu? Apakah mungkin wadah abu yang kamu pegang dan wadah abu milik Aiko sudah melalui tes identifikasi ayah?”

“Hahahaha.” Robot itu tertawa keras dan berkata: “Wadah abu itu mungkin bisa saja palsu, tapi didalamnya ada buat jenis barang yang benar-benar asli.”

Aku merendahkan suaraku dan berkata: “Apa dua jenis barang itu?”

Orang itu berkata: “Ini, kamu harus bertanya sendiri pada Aiko, ayahnya Tommy sewaktu hidup di tangan kirinya ada sepasang cincin giok, sepasang cincin ini adalah tanda cinta ayahnya dan Yuni, dia selalu memakainya, akhirnya Yuni membagi cincin ini kedalam wadah abu dua orang ini, peristiwa setelahnya aku yakin Aiko juga tidak mengetahuinya, tapi masalah keberadaan dua cincin giok ini, dia pasti tahu.”

Mendengar perkataan orang ini, hatiku berdebar-debar, orang ini kemudian berkata: “Aku akan menunggumu lima menit lagi, setelah lima menit kamu tidak datang, aku akan pergi.”

Aku segera berkata: “Jangan, sejak kamu punya barang itu, tidak akan masalah bila orangku datang untuk membawakannya satu padaku, tunggu sampai aku memastikannya baru setelah itu aku pergi menemuimu.”

Orang itu tidak berkata apapun, sepertinya dia mempertimbangkan omonganku, aku bertanya: “Bagaimana?”

Yang menjawabku di telepon adalah Mondy, dia berkata: “Orangnya sudah tertangkap Alwi, datanglah sekarang.”

Maka dari itu aku tidak terlalu banyak berbasa-basi dengan orang ini, demi mengulur sedikit waktu, aku meminta Mondy untuk mengirimkan orang untuk segera menangkap orang ini, sangat jelas, dia sudah menyelesaikan misinya. Aku berkata kepada Nody, lalu memutuskan untuk membawa Sulistio seorang diri. Begitu keluar dari rumah sakit, aku langsung melihat di pintu satu-satunya kafe itu berdiri seorang perempuan, menghisap sebatang rokok, dan sebuah perasaan yang putus asa tapi juga elegan.

Orang itu sudah pasti Mondy.

Sulistio akhirnya bertemu Mondy, senyumnya sangat lebar, aku berbisik: “Jangan tersenyum dengan jelek begini sialan, bisa-bisa kamu membuat Mondy lari terbirit-birit.”

Sulistio segera mengeluarkan sebuah senyuman manja seorang gadis.

Aku menepuk jidatnya, berpikir bahwa anak ini sialnya benar-benar tidak tertolong.

Ketika Mondy melihatku membawa Sulistio bersamaku, yang awalnya tidak ada ekspresi sama sekali, saat mereka berdua saling menyapa, mereka hanya saling memberi anggukan kecil, kemudian menuntunku naik ke lantai atas. Sesampainya di sebuah ruangan terpisah di lantai atas, aku membuka pintu, mataku langsung tertuju pada seorang pria dengan penampilan luar yang memesona sedang duduk diatas kursi. Pria itu langsung melihatku, kemudian langsung menyindirku dan berkata: “Aku dengar Alwinya Nanjin adalah seorang pria, tidak terpikir olehku bahwa kamu adalah orang yang takut pada kematian, tidak berani datang sendirian.”

Aku memerhatikan pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan merasa bahwa aku pernah bertemu dengannya di suatu tempat, tapi juga meyakinkan diri sendiri bahwa aku tidak mengenal orang ini, aku mengernyitkan alisku dan bertanya: “Kamu ini siapa?”

Pria ini tertawa, dia memberikan jawaban yang tidak terduga olehku, katanya: “Aku? Aku ini adalah ayah tirinya Aiko, yang juga adalah suami dari Yeni sekarang.”

Suami Yeni yang sekarang? Aku memerhatikannya sedetail mungkin, dan aku baru menemukan bahwa dia adalah saudara keluarga Yan, terutama mereka semua hampir berpenampilan mirip, tidak heran aku punya perasaan yang sangat kukenali. Aku bertanya padanya mengapa dia mencariku? Dia menjawab: “Aku mencarimu untuk berdiskusi. Tentu saja, kamu juga boleh memilih untuk tidak membicarakannya, tapi jika begitu, kamu jangan harap akan mendengar sepatah kata dari mulutku.”

Aku kembali memerhatikan orang ini dari atas sampai bawah, keyakinannya membuahkan sebuah kesan yang baik, hanya saja terlalu lembut, membuat orang merasakan sedikit ketidaknyamanan, berkaitan dengan identitasnya, jika aku tidak salah ingat, dari data yang kuterima dia adalah orang Beijing, tidak ada orang yang tahu identitasnya, tapi bisa jadi dia adalah orang pilihan keluarga Yan, latar belakangnya pasti tidak biasa saja.

Berpikir sampai disini, aku bertanya: “Kamu adalah suami dari keluarga Yan, aku adalah musuh dari keluarga Yan, kamu bilang ingin berdiskusi denganku? Jika obrolan ini terdengar oleh Yeni, kamu tidak takut dia akan marah besar?”

Pria itu berkata dengan dingin: “Kamu tidak perlu menakutiku, aku tahu kamu tidak akan memberitahukan padanya bahwa aku disini menemuimu, dan jika kita benar-benar bisa bekerjasama, bukankah ini hal yang baik untukmu dan untukku?”

Aku belum berbicara, melihat penampilan orang ini dari atas sampai bawah, aku berkata: “Apa maksut dari perkataanmu yang sebelumnya itu?”

Pria ini terkekeh dan berkata: “Sudah tidak sabar menunggu?”

Selesai dia berbicara, matanya menengok kearah Sulistio dan teman-temanku, aku mengerti maksutnya dan berkata: “Sulistio, kalian pergilah dahulu.”

Sulistio sedikit khawatir, pria ini dengan rendah hati berkata: “Kalian tadi juga sudah mencoba kan, aku bukanlah orang yang jago berkelahi, apakah mungkin aku akan membunuh dia?”

Sulistio memandangku dengan khawatir, aku menganggukkan kepala kepadanya dan Mondy, juga kepada saudara-saudara kami untuk meninggalkan ruangan ini, setelah mereka semua pergi, pria ini berdiri di depanku, mengulurkan tangannya dan berkata: “Hai, nama saya Teddy Chen.”

Aku langsung membalasnya: “Hai.”

Teddy Chen tertawa dan berkata: “Perkataanku barusan, bagian mana yang menarik perhatianmu?”

Aku belum sempat berbicara, dia langsung berkata: “Kamu tidak berbicara pun aku juga sudah tau, bagian yang kamu ingin dengar adalah hubungan antara Aiko dan ayahmu, benar kan? Baiklah, aku akan memberitahumu, tapi, jika informasi ini keluar dari mulutku kamu tidak akan percaya, sini, aku akan perdengarkan kamu sebuah rekaman…….”

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu