Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 698 Yang satu adalah Kekasih, Yang satunya lagi adalah keluarga

Kaki Felicia tiba-tiba tersiram oleh sup panas, ini tidak terduga oleh semua orang, aku dengan langsung mengendongnya dan berlari kearah kamar mandi, kemudian menyirami kakinya, dan terus menggunakan air dingin menyirami kakinya.

Dia mengenakan celana jeans robek, dan ada celah dilututnya, melalui celah itu aku dapat melihat kulitnya sudah memerah, jika tidak langsung disiram dengan air dingin, aku rasa akan meninggalkan jejak, aku sambil menyiram air dilukanya, sambil merasa bersalah karena kecerobohanku. Sebenarnya, dengan kemampuanku, aku bisa menghindarinya, tetapi Felicia tidak tahu, jadi dia menghindar dan semua ini terjadi.

Felicia duduk disana dan tidak bergerak sama sekali, dan hanya menatapku terus menerus. Air sangat dingin, dan itu seharusnya sangat sakit mengenai lukanya, tetapi dia bahkan tidak mengerutkan alisnya sedikitpun, seolah-olah dibanding denganku, luka ini tidak apa-apanya.

Tidak peduli seberapa tebalnya kulitku, aku juga tidak bisa menahan tatapannya seperti inni, jadi aku hanya bisa bertanya: “Mengapa kamu melihatku seperti itu?”

Dia tersenyum, lalu berkata: “Sangat langka adik kecil bisa sangat gugup, tentu saja aku harus melihatnya. Tetapi kamu sangat gugup terhadapku, apakah kamu tidak takut kalau aku akan menyangka kamu bermaksud terhadapku?”

Meskipun nada bicara Felicia seperti sedang bercanda, tetapi aku tidak bisa mengatakan seberapa besar perasaan sebenarnya yang ada didalam candaan ini, aku berkata dengan datar: “Kak Felicia, kamu sama sekali tidak terlihat seperti aktris.”

Dia tidak menyadari bahwa aku telah mengganti topik pembicaraan dengan diam-diam, dia bertanya sambil tersenyum: “Oh? Bagian mana aku tidak terlihat seperti aktris?”

Aku berkata: “Jika diganti dengan orang lain, dan seluruh kaki disiram oleh sup, pastinya akan sangat khawatir. Lagipula, aktris sangat peduli terhadap penampilan, jika ada bekas luka dikaki, maka akan sangat merepotkan.”

Tetapi siapa yang menyangka bahwa Felicia malah lumayan tidak peduli dan tertawa, lalu berkata: “Ini hanya seberapa, bukankah masih ada kamu? Kamu dapat menanganinya dengan baik, aku pastinya tidak akan khawatir akan meninggalkan bekas luka.”

Mungkin dia menyadari bahwa dia telah mengatakan perkataan yang tidak seharusnya dikatakan, dia tersenyum lalu dengan natural mengalihkan pembicaraan: “Sayang sekali sup itu, itu adalah sup dari berbagai bakso yang paling aku sukai.”

Selesai mengatakan, dia melihatku, dan berkata dengan nada memerintah: “Kamu harus menggantiku sup.”

Aku sambil tersenyum berkata: “Itu pasti, tenanglah Kak Felicia, malam ini aku akan membuatkanmu sup bakso, jamin kamu akan minum sampai kenyang.”

Felicia memeluk lenganku, dengan tidak puas berkata: “Kamu sudah melukai kakiku dan menumpahkan supku, dan hanya ingin maafku dengan ketulusan seperti ini?”

Aku bertanya: “Kalau begitu Kak Felicia menginginkan kompensasi seperti apa?”

Felicia tersenyum manis, berkata: “Kompensasi secara alami harus dengan ketulusan hati, benarkan?”

Aku bertanya kembali: “Apakah aku boleh mengatakan tidak benar?”

Felicia tertawa lalu berkata: “Tidak boleh.”

Aku berkata dengan lucu: “Bukankah itu benar, katakanlah, kompensasi apa yang kamu inginkan, selama bukan menginginkan orangku, aku akan memberikannya.”

Perkataanku yang setengah asli dan setengah palsu itu membuatnya sedikit terkejut, lalu dia tersenyum dan berkata: “Walaupun kamu mau memberikan dirimu kepadaku, aku juga tidak menginginkannya. Aku mendengar bahwa Kuil Jiwa di Nanjin lumayan bagus, kalau tidak kamu menemaniku pergi bermain kesana. Hanya saja, akhir-akhir ini kamu ada urusan untuk ditangani, jadi, mari kita mengesampingkan sebentar masalah ini, dan ketika semua urusanmu telah diselesaikan, kamu baru membawaku kesana, bagaimana?”

Melihat kedua mata Felicia yang penuh harapan, aku merasa jika aku menolaknya, maka aku telah melakukan sebuah hal yang sangat kejam, lagipula aku memang harus bertanggung jawab atas lukanya, jadi aku menganggukan kepala, berkata: “Baik.”

Felicia melihatku setuju, dia dengan tersenyum berkata: “Kalau begitu, apakah kamu perlu membicarakannya terlebih dahulu dengan Jessi? Kalau tidak, nantinya dia akan salah paham terhadap kita, selain itu, kamu orang yang dijaga ketat oleh istri, apakah berani membawaku keluar tanpa izin?”

Ketika sedang mengatakan perkataan ini, tatapan matanya sangat menghina, sangat jelas bahwa dia memandang rendah ‘ketakutan’ku terhadap Jessi, bagaimana mungkin aku tidak tahu bahwa dia menggunakan metode radikal? Sebenarnya dia tidak berharap aku memberitahu Jessi, mungkin dia takut Jessi akan salah paham terhadapnya, dan mempunyai pemikiran yang tidak baik, mungkin juga karena dia takut Jessi akan menghalangi perjalanan ini.

Tidak peduli alasan yang mana, ini membuktikan bahwa dia benar-benar memiliki masalah yang besar.

Aku berpura-pura seperi sangat ‘takut’ kepada Jessi, berkata: “Yang kamu katakan benar, aku benar-benar tidak berani tidak memberitahu Jessi dan membawamu keluar bermain dengan diam-diam, jadi aku harus menelefonnya untuk lapor.”

Mendengar perkataan ini, tatapan mata Felicia sedikit tidak wajar, berkata: “Kamu benar-benar ingin menelefonnya, benar istri yang sangat ketat, sebelumnya juga tidak…..”

Aku melihatnya, dia tiba-tiba menutup mulut, aku bertanya: “Sebelumnya kenapa?”

Dia mengerutkan kening, berkata: “Sebelumnya…..sebelumnya ketika kamu dan Claura bersama, aku juga tidak pernah melihatmu seperti ini padanya.”

Aku sambil tersenyum berkata: “Aku dan Claura adalah pasangan suami istri palsu, aku tidak mencintainya, dan tentu saja tidak akan memperlakukannya seperti Jessi.”

Terungkit Claura, aku teringat Mawar yang telah meninggal, lalu bertanya: “Oh iya, apakah kamu mendengar informasi yang terkait Claura?”

Felicia menggelengkan kepala, berkata: “Tidak ada, dia adalah target perlindungan utama negara, dan merupakan penjahat yang sangat rahasia, bagaimana aku bisa mendapatkan informasinya?”

Selesai berkata, dia dengan penasaran bertanya: “Kenapa? Kamu masih perhatian padanya, takut dia akan mati?”

Aku berkata dengan datar: “Kamu telah mengatakannya terbalik, aku takut dia tidak mati, aku ingin memberitahunya bahwa ibunya telah meninggal, dan bertanya padanya bagaimana perasaannya, apakah pada saat itu ada merasa sedih atau merasa bersalah.”

Felicia tidak berbicara, lalu melihat lukanya sendiri dan berkata “Sudah lumayan lama, masih mau menyiramnya berapa lama lagi?”

Aku melihat sebentar ponsel, hampir 20 menit sudah lewat, lalu aku menutup keran air dan menggendongnya masuk ke kamar, melihat bahwa celananya tidak menempel di kulit, aku merasa lega dan berkata “Aku pergi mengambil obat, kamu pergi ganti celana.”

Felicia menganggukan kepala. Aku berjalan keluar dari kamar, Monica bertanya padaku bagaimana keadaannya, aku mengatakan tidak begitu serius, tetapi kulitnya memerah, dia mengatakan bahwa dia memiliki obat yang sangat baik, dan menyuruhku pergi makan, dia akan pergi membantu Felicia menangani lukanya.

Aku berpikir Felicia terluka di kaki, aku seorang pria pergi menangani lukanya tidak begitu bagus, jadi aku mengiyakannya, tetapi siapa yang tahu ketika Monica belum lama berada didalam, aku mendengar suara tidak senang Felicia, setelah beberapa saat, Monica berjalan keluar dari kamar dengan kesulitan.

Melihat ini, aku bertanya: “Apa yang terjadi?”

Monica berkata: “Banyak tempat yang merah, dan sedikit meyakitkan ketika dioles obat, ditambah lagi lukanya sangat jelek, suasana hati Felicia sangat buruk, dan menyuruhku keluar, aku melihatnya duduk bengong disana dengan sedih, punggungnya masih belum sembuh, kakinya seperti ini lagi, tidak boleh tidak menanganinya.”

Aku meletakkan sumpit, berkata: “Aku yang akan melakukannya.”

Selesai bicara, aku mengambil obat dari tangannya lalu berjalan sampai depan pintu kamar, mengetuk pintu lalu bertanya: “Kak Felicia, aku akan masuk?”

Sambil mengatakn aku membuka pintu dan masuk kedalam, Felicia dengan cepat mengambil sesuatu untuk menutupi kakinya, dengan mata merahnya, berkata: “Kamu keluar, janganmelihat kakiku.”

Melihatnya penampilannya yang sedih dan takut, aku sedikit tertekan, berkata: “Kak Felicia, bukannya tadi kamu mengatakan kamu tidak khawatir dengan luka dikakimu? Tampaknya saat itu, mulutmu berbohong, melihatmu seperti ini, sangat jelas bahwa kamu sangat khawatir.”

Felicia menutup mulutnya, lalu dengan suara kecil berkata: “Siapa yang menyangka bahwa dia akan membengkak sampai seperti ini, bagaimana bisa aku tidak khawatir?”

Aku bejalan kesana, dengan perhatian bertanya padanya: “Jangan duduk seperti itu, apakah punggugmu sakit?”

Felicia menganggukan kepala dengan kasihan, berkata: “Rasanya sangat sakit, kalau tahu begitu maka aku tidak pergi memasak dengan keadaan terluka, sekarang menjadi terluka dua kali.”

Aku berjalan kesana, memegang bahunya berkata: “Berbaringlah, lain kali kamu jangan masuk ke dapur lagi, Monica lebih hebat melakukan semua ini daripadamu, lebih baik kamu menunggu untuk makan saja.”

Felicia dengan patuh berbaring, wajahnya sedikit kesal, lalu bertanya: “Apakah sekarang kamu sedang meremehkanku? Kalau bukan karenamu, apakah aku akan tersiram sup? Aku pergi ke dapur, bukankah juga takut kalian merasa aku datang kesini untuk makan dan minum secara gratis, dan pengaruhnya tidak baik?

Aku berkata dengan tak berdaya: “Apa yang salah dengan makan dan minum gratis? Bukannya hanya lebih semangkuk nasi dan sebuah tempat tidur, aku masih sanggup untuk merawatmu.”

Selesai mengatakan perkataan ini, aku mengertakan gigi, berpikir dalam hati, apa yang telah kukatakan? Meskipun aku tidak bermaksud apapun, tetapi tidak bisa memastikan dia tidak berpikiran sembarangan, melihatnya dengan bersalah, hanya melihat dia tersenyum jahat kepadaku, membuka mulutnya dan baru ingin berbicara, aku langsung berkata sebelum dia: “Biarkan aku melihat bagaimana keadaan lukamu.”

Aku sambil berkata sambil mengangkat selimut yang menutupi kakinya, aku menyadari bahwa dia mengganti rok mini, rok itu hanya menutupi bagian bawah bokong, bahannya sangat tipis, rok hitam itu membuat kaki putihnya terlihat lebih bersinar.

Aku melihat ke bawah pahanya, melihat betis kanannya memerah, aku mengerutkan kening berkata: “Lumayan parah, kalau tidak aku panggil dokter untuk melihatnya.”

Sebenarnya luka seperti ini tidak perlu mencari dokter, lagipula aku mengikuti Ficky Chen mempelajari beberapa teknik pengobatan yang sederhana, dan menangani luka luar seperti ini sangat hebat, hanya saja, ini adalah kaki putih Felicia, aku tidak berani mengabaikannya sama sekali.

Felicia berkata: “Tidak usah, aku percaya padamu.”

Aku menganggukan kepala, melihatnya mengigit bibir, dan melebarkan matanya, berpura-pura kuat, hatiku sangat merasa lucu dan juga sakit, aku berkata: “Kamu berkata begitu, tekananku menjadi lebih besar.”

Felicia tertawa, berkata: “Kamu harus mengobatiku dengan baik, kalau tidak jika kakiku tidak sembuh, aku akan bergantung padamu, dan menyuruhmu bertanggung jawab kepadaku.”

Aku tidak menjawab perkataannya, tetapi mengeluarkan sedikit obat dan kemudian dengan pelan mengoleskannya ke kakinya, ketika tanganku menyentuh kakinya, dia sedikit gemetaran, aku melihat dengan sudut mata hanya melihat wajahnya sedikit memerah dan matanya menatapku dengan kasih sayang, aku sudah sangat akrab dengan tatapan mata seperti itu, hanya saja pada saat ini aku tidak tahu harus menghadapinya dengan suasana hati seperti apa.

Aku berpura-pura tidak menyadarinya, dan mengoleskon obat tanpa pikir panjang, lukanya masih sangat panas, area dimana ujung jariku lewat sangat mulus, setelah selesai mengoleskannya, aku mengangkat pandanganku, dan melalui celah rok hitamnya, dengan samar-samar aku dapat melihat celana dalam renda pinknya…….

Felicia tiba-tiba meletakkan tangannya diatas rok, menutupi pandanganku, dengan wajah memerah berkata: “Adik kecil, apa yang sedang kamu lihat? Dasar mesum”

Aku dengan terburu-buru memalingkan wajah, berkata: “Maaf, aku tidak sengaja, kamu istirahat sebentar, aku pergi mengambil makanan untukmu.”

Sambil mengatakan, aku dengan panik pergi, setelah keluar, melihat wajahku yang memerah, Monica dan lainnya menggunakan tatapan ambigu bertanya padaku bagaimana keadaannya, aku berkata: “Tidak apa-apa, kalian makan saja.”

Mulutku mengatakan seperti itu, tetapi hatiku semakin tidak tenang, aku mulai ragu akan sebuah hal, apakah dia teringat sesuatu, selain kemungkinan ini, aku tidak bisa terpikirkan kemungkinan lain lagi bahwa dia akan tiba-tiba mempunyai maksud terhadapku.

Tetapi jika dia benar-benar mengingatnya, mengapa tidak mengatakannya dengan langsung kepadaku? Dia begitu pintar, seharusnya tahu bahwa jika dia memberitahuku bahwa dia teringat aku, maka akan lebih baik daripada aku menghindarinya seperti sekarang, jika dia tidak ingat, mengapa dia tiba-tiba memiliki perasaan seperti itu terhadapku? Sebenarnya tautan mana yang bermasalah?

Aku sedikit tidak mengerti juga sedikit ragu, tidak tahu apakah harus memberitahu Jessi. Meskipun awalnya aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan dari Jessi tentang masalahku dan Felicia, tetapi aku takut setelah dia mengetahui tindakan Felicia, dia akan memiliki pemikiran buruk tentang Felicia, dan itu akan merangsang konflik antara kedua wanita itu, aku tidak ingin melihat keadaan seperti ini.

Bagiku, Jessi adalah kekasih yang tak tergantikan, tetapi Felicia juga adalah anggota keluarga dekat, aku tidak ingin mereka berdua memiliki konflik apapun.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu