Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 181 Kamu Tidak Boleh Menikahinya

Aku berkata aku ingin mendominasi segalanya tentang Claura. Aku pikir dia akan mencemoohku. Tidak disangka dia hanya mengatakan satu kata, dia berkata: "Baiklah!"

Aku memandangnya dengan aneh, aku berpikir apakah ada sesuatu yang salah dengan wanita ini? Kenapa ia menjadi begitu enak diajak bicara? Atau, apakah dia sudah tidak marah lagi karena kesalahpahamanku padanya terakhir kali itu. Apakah sekarang dia ingin membantuku berurusan dengan keluarga Yang hanya untuk memenangkan hatiku? Tetapi, dia sudah melakukan begitu banyak kesalahan, bagaimana mungkin aku masih bisa memaafkannya?

Claura menyipitkan matanya, menggodaku dan berkata: "Kenapa? Apakah kamu pikir aku memiliki maksud lain sehingga menyetujui apa yang kamu katakan? Jangan narsis, aku membantumu, hanya ingin kamu memberikan barang buktinya padaku."

Ternyata Claura juga bisa takut. Aku tersenyum dingin, mengangguk, setelah selesai mengatakannya, aku pun meninggalkan rumahnya bersama dengan Felicia, rumah ini, aku sangat akrab, tetapi aku juga merasa sangat jijik, jika bisa, aku tidak ingin masuk ke dalamnya seumur hidupku.

Segera, kami sudah sampai ke asrama Bar Benz, aku membelikan obat untuk Felicia dan memberinya minum, menjaganya selama semalam, sampai jam 4 pagi demamnya sudah menurun, aku duduk kelelahan dan memperhatikannya dengan tenang di samping tempat tidur, otakku berpikir tentang Jessi.

Apakah dia akan bertunangan besok? Apakah dia akan kecewa karena kebisuanku? Apakah dia sedang menunggu seseorang untuk menyelamatkannya?

Aku berjalan perlahan ke jendela. Menyalakan rokok, merasakan tiupan angin dingin, melihat kota yang sunyi itu, aku merasakan kesepian yang mendalam.

Tiba-tiba ada yang memberikanku mantel, aku melihat Felicia, wajahnya sudah terlihat jauh lebih baik, dan aku pun merasa lega. Aku melihat jam, dan berkata: "Apakah kamu lapar? aku akan pergi membelikanmu sarapan."

Felicia menggigit bibirnya. Aku tahu apa yang ingin dia katakan, aku tersenyum padanya dan berkata: "Aku tidak keberatan."

Mata Felicia tiba-tiba memerah, dia masuk ke pelukkanku, mencium pipiku dan berkata: "Alwi, kamu benar-benar sangat baik, aku sangat mencintaimu."

Aku membelai rambutnya dengan ringan, dia memegang lenganku dan berkata mari pergi sarapan bersama, aku mengangguk. Setelah menyikat gigi dan mencuci muka, aku bergandengan tangan dengan Felicia dan meninggalkan asrama bersama-sama. Kami datang ke KFC, setelah memesan makanan, kami makan sambil mengobrol, seolah-olah tidak ada yang terjadi semalam.

Pada saat ini, aku melihat sosok yang akrab berjalan di luar, aku berdiri dan mengejarnya, meraih tangan orang itu dan memanggilnya "Jessi", orang itu tiba-tiba memalingkan wajahnya, aku tiba-tiba tertegun, karena orang ini bukan Jessi.

Gadis itu menganggapku sebagai pria bajingan, mengangkat tangannya dan menamparku, ia memarahiku orang gila, lalu pergi.

Dari belakang terdengar suara Felicia yang lembut dan berteriak, aku memalingkan wajah dan melihat wajahnya yang pucat, ia berdiri di sana, menatapku dengan gugup. Aku menghampirinya dan meraih tangannya, berkata dengan lembut: "Tidak apa-apa. Aku hanya salah mengenali orang. Ayo kita lanjut makan."

Felicia mengangguk, dan kami kembali ke tempat duduk, tetapi kali ini hatiku sangat kacau, pikiranku dipenuhi dengan kata-kata Jessi "Aku akan bertunangan besok". Kalimat ini seperti mantra, aku merasa diriku sudah mau gila dibuatnya. Saat ini, Felicia mengatakan bahwa dia hanya melihat kejadian orang salah mengenali orang semacam ini di TV. Aku menjawabnya dengan linglung. Dia mengatakan itu hanya akan terjadi ketika kita peduli dengan seseorang, apalagi aku orang yang sangat rasional, dia berkata aku pasti sangat peduli dengan 'Nona Jessi' itu.

Ketika aku mendengar ini, aku terkejut. Menatap Felicia, bertanya apa yang sebenarnya ingin dia katakan?

Felicia memegang susu kedelainya dengan erat. Dia berkata: "Aku hanya ingin tahu berapa banyak orang di hatimu. Aku tidak keberatan jika kamu tidak hanya mencintaiku sendiri. Tetapi aku tidak suka kamu tidak memberitahuku, aku keberatan jika kamu sebenarnya tidak mencintaiku sama sekali. "

Melihat wajah Felicia yang cantik, pada saat ini kesedihannya membuatku sangat merasa sedih, aku berkata: "Kak Felicia, jika aku tidak menyukaimu, bagaimana mungkin aku mencemaskanmu?"

Felicia sedikit tersenyum, menurunkan kelopak matanya, tidak mengatakan apa-apa, tetapi hatiku seolah merasa seperti dipukuli oleh palu, berdebar terus, dan membuat pikiranku kacau.

Aku tidak pernah berpikir aku tidak mencintai kak Felicia. Dalam pikiranku, aku selalu menganggapnya sebagai cinta pertamaku dan menganggapnya sebagai wanita yang paling aku cintai, kesadaran ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan. Sampai tadi malam, ketika pikiranku dipenuhi oleh Jessi, dan bukan dia yang sedang sakit, aku sedikit takut, Apakah aku benar-benar sangat mencintainya? Atau apakah cintaku padanya hanya keengganan dan tanggung jawab saja?

Jujur, mengenai hubungan asmara aku sampai sekarang merasa belum bisa begitu memahaminya. Aku tidak pernah berpikir tentang apa itu cinta, dan tidak memahaminya, aku juga tidak memahami wanita. Di mataku, jika aku menyukainya maka aku ingin mendapatkannya, ingin memiliki, jadi ketika keserakahan muncul di hatiku, aku mengira aku menyukai wanita-wanita ini. Apakah aku sudah salah mengiranya?

Ketika aku sedang berpikir, otakku seperti sedang kesemutan, Felicia tiba-tiba meraih tanganku, aku tersadar, matanya penuh dengan emosi, dia sepertinya melupakan kesedihannya tadi dan berkata: "Alwi, ayo kita menyewa rumah, oke?"

Aku tertegun dan bertanya mengapa dia tiba-tiba ingin menyewa rumah? Dia berkata dengan manja: "Aku hanya ingin saja. Aku ingin memiliki rumah dan keluarga kecil milik kita berdua. Kita hidup bersama di dalamnya. Setiap hari ketika kamu sudah selesai sibuk di luar, kamu bisa makan makanan yang hangat ketika kamu pulang. Aku bisa merajut sweater untukmu ketika musim gugur, aku akan membantumu memukul nyamuk di musim panas, aku bisa membantumu memilihkan pakaian di pagi hari, aku akan memijatmu dan mencuci kakimu di malam hari. Tentu saja, aku tidak akan memaksamu untuk tinggal di sini. Selagi kamu punya waktu untuk datang, aku sudah merasa puas. "

Mendengarkan perkataan Felicia, aku membayangkan sebuah gambar yang begitu hangat di kepalaku, hatiku sedikit menantikannya.

Felicia menjabat tanganku sambil menggerak-gerakkannya, ia bertanya kepadaku dengan ekspresi seolah sangat menantikan itu: "Apakah boleh?"

Menatap tatapan matanya, mana mungkin aku bisa menolaknya, aku berkata dengan lembut: "Oke."

Ada beberapa hal, terutama cinta, itu tidak akan mendapatkan jawaban hanya dengan memikirkannya saja. Jika demikian, maka biarkan waktu yang akan memberiku jawabannya.

Ketika aku mengangguk dan berkata iya, Felicia tersenyum ceria. Dia menatapku dan berkata dengan serius: "Aku tidak peduli ada berapa banyak orang yang ada di hatimu, tidak peduli kamu dekat dengan siapa di luar, aku hanya ingin satu ruang kecil, aku pikir, disana kamu sepenuhnya milikku, itu sudah cukup. "

Aku memegang tangan Felicia dengan erat, memarahinya "bodoh" Dia berkata dengan serius jika orang hidup tidak bodoh sedikit, bagaimana dia bisa bahagia?

Setelah mengataknnya, dia mendesakku untuk makan lebih cepat, ia mengatakan dia sudah tidak sabar untuk pergi memilih rumah denganku. Lalu, setelah kami sarapan, kami pergi ke agen. Akhirnya, kami menyewa sebuah rumah dengan 3 kamar tidur dan 1 ruang tamu di lingkungan kelas atas dekat Spedid. Karena tuan rumah awalnya ingin menggunakan rumah ini sebagai rumah pernikahan, jadi ia mendekorasinya dengan sangat bagus, semua perabotan sudah tersedia. Ada 1 balkon besar. Ada jendela di kamar tidur. Felicia sangat senang. Kami pergi membeli banyak bunga di hari itu, dia merapikan bunga dan rumput di balkon sepanjang pagi.

Aku duduk di sofa di ruang tamu dan membaca buku. Aku melihat Felicia yang merapikan bunga dan rumput, bernyanyi-nyanyi beberapa saat, tetapi tidak tahu mengapa aku tidak bisa tenang.

Aku melihat jam, sudah lewat jam 12 siang. Tidak tahu kapan upacara pertunangan Jessi dimulai?

Terdengar suara ketukan pintu, ketika aku membuka pintu, aku melihat Sulistio, Nody, dan kak Toba berdiri di pintu dengan membawa banyak hadiah. Aku tersenyum dan berkata: "Kalian ini cukup cepat juga ya."

Nody berkata sambil tersenyum: "Kami tidak secepatmu, kalian memilih rumah dan mendiaminya kurang dari 1 jam, apakah kamu sudah sangat tidak sabar untuk melewati dunia kalian berdua dengan kakak ipar?"

Felicia meninggalkan pekerjaannya dan bergegas berjalan datang, Nody tersenyum sambil berteriak "kakak ipar", wajahnya memerah seketika, ia meminta mereka untuk masuk dan duduk di sofa, dia pergi mencuci tangannya dan membuat teh.

Sulistio mengeluarkan disc dan berkata dia ingin menonton film. Ia bertanya apakah aku keberatan? Aku tentu saja tidak keberatan, ia berkata sambil tersenyum: "Aku menghabiskan banyak waktu untuk mencari film ini , tetapi aku tidak menemukannya, coba tebak bagaimana aku mendapatkannya?"

Aku tersenyum dan berkata: "Tepat ketika kamu ingin menyerah, kamu tiba-tiba menemukan filmnya?"

Sulistio melambaikan tangannya dan berkata: "Bagaimana mungkin ada hal yang begitu kebetulan? Nona Jessi, dia kemarin menyuruh orang mengirimkannya dari Beijing. Aku baru saja menerimanya, discnya pun masih panas."

Ketika aku mendengar bahwa Jessi yang memberikan itu untuknya, aku terkejut, dan merasa sangat tidak nyaman. Felicia datang dan membawakan teh, ia mencuci buah, menyuruh kami makan sambil mengobrol. Dia mengenakan celemeknya, mengikat rambutnya yang panjang, dan membawa sayuran yang telah ia beli ke dapur. Setelah dia masuk, Sulistio meneruskan perkataannya: "Nona Jessi benar-benar orang yang sangat perhatian, dia bahkan tahu akan hobiku."

Aku berkata: "Dia orangnya memang sangat perhatian."

Sulistio berkata: "Iya."

Sulistio baru saja memasukkan disc nya, segera, film dimulai. Aku awalnya tidak begitu tertarik, tetapi aku terpesona setelah menontonnya: Ini adalah film cinta yang sangat menyedihkan, sebuah kisah tentang seorang gadis kaya yang secara tidak sengaja diselamatkan oleh seorang pemuda biasa, ia memiliki perasaan yang mendalam padanya, ia terus berjuang demi untuk bisa hidup bersamanya. Gadis itu sangat baik kepadanya, dan telah berkorban banyak untuknya, tetapi dia tidak pernah mengatakan perasaannya kepadanya. Itu karena gadis itu pemalu, dan juga karena dia takut jika ia setuju untuk tinggal bersamanya, keluarganya akan menekannya.

Kemudian, gadis itu dipaksa menikah oleh keluarganya, dia berharap pria itu datang dan membawanya pergi, tetapi pria itu memilih berdiam saja dan membiarkannya menikahi pria lain karena dia khawatir dia tidak akan bisa memberikan kebahagiaan untuknya.

Film ini pendek. Hanya 1 jam, di akhir film, gadis dan pria itu tidak sengaja bertemu di jalan 2 tahun kemudian, pria itu sudah sangat sukses, wanita itu sudah menikah dan menjadi istri orang, hari itu sedang hujan. Akhirnya pria itu menanyakan sebuah pertanyaan yang sejak dulu tidak berani ia tanyakan, yaitu, apakah dia pernah mencintainya?

Gadis itu berdiri di bawah atap dan tersenyum dengan gembira. Dia berkata: "Selain cinta, alasan apa yang dapat membuatku bisa pergi dari duniaku dan masuk ke duiniamu?"

Film ini berakhir sampai di situ, memberikan perasaan tanpa akhir untuk penonton, dalam pikiranku aku selalu mengingat kalimat terakhir itu. Aku teringat akan identitas Jessi yang begitu terhormat, mengingat dia pernah berkata dia akan menungguku di dunianya. Perasaan "rasional"ku yang selalu aku pendam dalam hati tiba-tiba digantikan oleh sebuah dorongan hati, aku langsung berdiri, pada saat ini, aku mendengar Sulistio berkata: "Tokoh wanita itu benar-benar menyedihkan. Sebenarnya, dia tidak peduli pria itu memiliki kemampuan untuk melindunginya atau tidak, yang dia inginkan hanyalah tekad dan upayanya untuk melindunginya, tetapi sayangnya, nasi sudah menjadi bubur, mereka tidak akan pernah bisa bersama lagi selamanya. "

"Nasi sudah menjadi bubur, mereka tidak akan pernah bisa bersama lagi selamanya."

Kalimat ini seperti duri yang menusuk ke hatiku, aku bergegas ke kamar, mengunci pintu, mengeluarkan ponselku dan menelpon Jessi. Segera terdengar suaranya dari sisi lain ponsel, aku memberanikan diri dan berkata: "Jessi, aku tidak ingin kamu menikah dengan pria lain."

Jessi terdiam sesaat dan bertanya: "Lalu?"

Lalu? Aku mengepalkan tangan dan berkata: "Aku akan bekerja keras untuk menjadi lebih baik, aku akan menjadi pria yang layak untukmu. Pada saat itu, aku pasti akan membawakan hadiah yang sangat mahal dan pergi ke rumahmu untuk melamarmu!"

Jessi tertawa, ia berkata dengan nada main-main namun serius: "Tetapi yang aku inginkan adalah pria setia yang hanya mencintai aku seorang."

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu