Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 762 Mengikuti Margaku

Aku tinggal di Hangzhou selama seminggu, baru aku kembali ke Nanjin, dan saat ini, semua urusan keluarga Wang telah diselesaikan dengan Joko Chu, mulai sekarang, empat klan keluarga Tianjing tinggal tersisa tiga klan, dan keluarga Chu yang berasal dari urutan terbawah, meloncat menjadi klan keluarga nomor satu di Tianjing.

Untuk keluarga Yang, belakangan ini dipusingkan dengan berbagai berita buruk, tapi Widya tidak membangkitkan keraguan dari Larry, masih mengelola area tinju bawah tanahnya dengan tenang, dengar-dengar dia sudah menutup dua arena tinju bawah tanahnya, sekarang selain orang-orangku, ada juga puluhan orang yang bersedia mengikutinya, aku merasa senang untuknya.

Di malam saat kembali ke Nanjin, Monica segera menyiapkan makan malam, membiarkan aku bertemu dengan orang-orang di studio pakaian, dikatakan bahwa mereka membuat ulang desain untukku, lagipula gambar desainku dulu itu juga acak-acakan, bukan merupakan gambar profesional.

Setelah bertemu orang-orang ini, aku tidak naik mobil pergi, tapi berjalan tanpa tujuan di sepanjang jalan, sembari berjalan, aku sembari mengenang kembali masalahku dengan Jessi dulu, aku masih ingat kami dulu sering menunggu stik ayam goreng di warung pinggir jalan, teringat bahwa dulu kami juga sering berjalan santai di jalanan ini, tapi, sudah berapa lama kami tidak melakukan hal ini?

Kami berdua sudah jelas-jelas saling mencintai bertahun-tahun lamanya, tapi, kesempatan bertemu saja sangat sedikit, jangan lagi berharap bisa seperti sepasang kekasih yang berkencan pada umumnya.

mengepulkan asap rokok, aku tidak ingin memikirkan hal ini lagi, mengeluarkan ponsel, menelepon Jessi, hanya saja, tidak ada yang mengangkatnya. Aku dari awal sudah mengetahui hasil akhirnya, tapi aku masih tidak rela dan terus meneleponnya, menunggu bahwa suatu hari nanti aku bisa mendengar suara Jessi.

Sejak Jessi datang ke Tianjing terakhir kali, sudah terekspos masalah kerahasiaan hubunganku dengannya, aku mengira bahwa ponsel itu telah diambil, sekarang, aku ingin meneleponnya, mengobrol pun juga tidak bisa.

Aku marah, kemudian memasukkan kembali ponselku kedalam kantong, menengok ke belakang dan melihat Samuel yang mengikuti jalanku dan berkata: "Ayo, pulang saja."

Samuel menganggukkan kepalanya, kami naik mobil menuju Splendid.

Sebenarnya aku sudah memiliki beberapa properti di Nanjin, tapi, aku masih terbiasa untuk tinggal di apartment Splendid, karena aku adalah orang yang selalu menyukai nostalgia, dan aku memiliki terlalu banyak memori disana.

Hari-hariku berjalan dengan sederhana, sekedip mata sampailah pada pesta ulangtahun Cecilia, aku datang ke Hangzhou dua hari sebelumnya, mengajak pergi bermain Cecilia dengan Aiko, setelah pulang, kami berada di sebuah hotel bernama Spring House dan mengundang Nody juga beberapa orang terdekat untuk berpesta, juga hadir beberapa saudara kandung di sisi kami.

Yang membuatku terharu adalah, karena ku bilang bahwa kami tidak menerima hadiah ataupun uang, tapi mereka semua tetap mengeluarkan tenaga dan pikiran menyiapkan Cecilia sebuah hadiah, melihat satu per satu hadiah yang hampir memenuhi panggung itu, hatiku dipenuhi rasa haru. Sampai saat ini, aku Alwi tidak akan pernah kesepian lagi, bahkan teman-temanku juga tidak kasihan lagi.

Saat disini sedang menyiapkan makanan, disana, Samuel terengah-engah berlari kepadaku, kebahagiaannya sulit disembunyikan dan dia berkata: "Kak Alwi, ada tamu penting yang datang."

Aku menatap Samuel dengan penasaran, ingin tahu, dia tidak pernah begitu cemas dan gembira. Aku tersenyum menegakkan badanku dan berkata: "Tamu mana yang bisa membuatmu bahagia seperti ini?"

"Kamu pergilah dan melihatnya sendiri lalu kamu akan tahu." Samuel berkata sambil menarik lengan bajuku, mendorongku untuk segera pergi.

Aku berjalan keluar dengan penasaran, kami berjalan sampai pintu belakang hotel, ini membuatku semakin terkejut, semua tamuku masuk dari pintu depan, tamu ini...... kenapa masuk lewat pintu belakang?

Aku berpikir sembari berjalan ke belakang pintu, sebuah van hitam rendah datang, tapi saat aku melihat jelas orang yang duduk didalamnya, aku seketika terdiam disana, lalu, hatiku sakit seperti tertuang asam, dengan cepat sakit itu berubah menjadi kegembiraan.

Orang yang ada di dalam mobil itu pelan-pelan berjalan keluar, kemudian dengan suara amat lembut mengatakan: "Alwi."

Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat dan berkata: "Ibu, ini aku."

Bagaimanapun aku juga tidak menduganya, bahwa ibuku akan datang, tidak heran Samuel begitu gembira, dia gembira untukku.

Ibuku turun dari mobil dan perlahan-lahan berjalan mendekatiku, kemudia memelukku, dengan serak berkata: "Anak baik, ibu kira kamu masih marah padaku, tidak ingin memanggilku 'ibu' lagi."

Marah kepadanya? Aku merasa sedikit aneh, tidak mengerti kenapa ibu mengira aku marah padanya, setelah memikirkannya mendalam, aku baru teringat bahwa kami sering berdebat tentang masalah Alwi palsu, waktu itu dia pergi sambil menangis, hanya karena masalah ini sudah lama berlalu, aku juga tidak lagi mengingatnya, tidak menduga bahwa karena hal ini, dia selalu memikirkannya, takut kalau aku masih marah.

Seketika, aku dipenuhi perasaan bersalah, aku memeluk erat ibuku dan berkata: "Ibu, bagaimana bisa aku marah kepadamu? Aku juga seorang ayah, bisa memahami perasaanmu sebagai ibu."

Selesai mengatakannya, aku mengusap air mata ibuku, tersenyum dan berkata: "Ibu, sudahlah, jangan menangis lagi, kamu pasti sangat ingin bertemu Cecilia kan? Ayo, aku akan mengantarkanmu bertemu dengannya, dia sekarang sangat lucu, sudah bisa berjalan, jalannya seperti seekor bebek kecil."

Begitu ibuku mendengar ini, dia segera menaikkan alisnya dan berkata: "Benarkah? Cepat antarkan aku padanya."

"Baiklah, ayo." Aku mengenggam tangan ibuku dan berjalan menuju ruang privat.

Ruangan privat itu sangat besar, bisa memuat sampai dua ratus orang, orang-orang ini adalah orang-orang kepercayaanku, maka aku juga tidak khawatir untuk mengumumkan kedatangan ibuku.

Aku tahu sekarang ibuku mewakili keluarga Wei, harus sangat hati-hati untuk bertemu anak laki-lakinya ini, ini juga alasan mengapa dia menaiki mobil van dan masuk lewat pintu belakang. Aku merasa sangat bersalah, aku hampir berkepala tiga, tapi, aku masih tidak bisa menghormati ibuku, benar-benar tidak hormat, aku benar-benar gagal!

Saat aku aku membawa ibuku masuk ruang privat, semua orang menengok dengan penasaran, Mondy seketika berdiri dan berteriak semangat: "Ibu!"

Chick dan Nody juga menunjukkan sorotan mata yang bersemangat meneriakkan kata "ibu", sambil berjalan mendekati ibuku, saat ibuku melihat mereka bertiga, dia menunjukkan ekspresi gembira dan berkata: "Lama tidak berjumpa, kalian satu per satu, kalian sudah besar sekarang dan sudah berkeluarga."

Meskipun sifat Nody dan mereka semua sangat tenang dan mantap, tapi dimata ibuku, mereka tetaplah anak kecil, terutama Chick, dia kesal dan berkata: "Ibu, aku belum berkeluarga."

Ibuku berkata dengan lembut: "Bagaimana kamu belum berkeluarga?"

Muka Chick memerah, aku tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Pria gamers ini, dari awal memang sulit untuk mencari pasangan hidup."

Wajah Chick terlihat sedih, ibuku memprotesku dan menatapku seklias, dia berkata: "Kamu, jangan terlalu mengeksploitasi Chick, suruhlah dia juga meluangkan waktu untuk mencari pacar, kalau tidak, orang lain sudah mempunyai pasangan dan anak, dia masih kesepian dan menyedihkan."

Aku tersenyum dan berkata: "Baiklah, aku mendengarkanmu."

Saat ini Aiko telah datang menggendong Cecilia. Hari ini Cecilia memakai pakaian Hanfu yang cantik, rok tulle satin bersulam bunga merah muda, berpadu dengan kepala bulat yang imut, terlihat sangat lucu, seperti anak dewi yang berjalan keluar dari lukisan.

Saat melihat Cecilia detik itu, mata ibuku termenung, matanya menatap lekat pada Cecilia tersayang, dengan bersemangat menarik tanganku dan berkata: "Ini adalah cucu perempuanku?"

Aku tersenyum dan berkata: "Benar."

Aiko segera berkata: "Bibi."

Ibuku menatap Aiko, dia pasti tahu tentang keterikatan Aiko dengan ayahku, maka aku khawatir dia akan berpendapat tentang Aiko, tapi aku segera menyadari bahwa kekhawatiranku itu berlebihan, karena ibuku segera berjalan kedepan, mengambil satu tangan Aiko, dan berkata lembut: "Anakku, aku merasa bersalah padamu, juga berterimakasih karena telah memberi Alwi, telah memberi keluarga Chen seorang gadis kecil yang sangat lucu."

Aiko tidak terbiasa dengan keramahan ibuku terhadapnya, dengan suara merendah dia berkata: "Bibi, anda terlalu berlebihan, aku membesarkan Cecilia, sebenarnya sebagian besar untuk diriku sendiri."

Ibuku menggelengkan kepalanya, melihatku sekilas, menatap Aiko penuh kasih dan berkata: "Aku mengerti, kamu tidak perlu mengatakannya, aku mengerti semuanya, aku juga adalah seorang wanita."

Aiko tersenyum tipis, di waktu ini, dua wanita seperti sedang berbagi rahasia mereka, sorotan mata mereka menunjukkan perasaan saling mengerti.

Ibuku detik ini berkata: "Apakah aku boleh menggendongnya?"

Aiko tersenyum dan berkata: "Tentu saja boleh."

Ibuku sangat berhati-hati, dia seperti mendapatkan harta karun yang berharga, mengambil Cecilia ke pelukannya, dia berkata lembut: "Cecilia, apa kabar, aku adalah nenekmu, apakah kamu bisa mengatakan 'nenek'?"

Mata Cecilia tidak berpaling dari ibuku, kemudian dia menatap kearahku, aku tersenyum dan berkata: "Sayang, coba katakan 'nenek'."

Cecilia mengalihkan pandangannya ke ibuku lagi, membuka mulutnya dan mengatakan 'nenek', membuat kami semua terkejut, ibuku sangat senang, tak henti-hentinya menganggukkan kepalanya dan berkata: "Ah, sayang, Cecilia kita sangat hebat."

Melihat raut wajah bahagia ibuku, aku sangat menghargai Aiko, karena setelah ibuku dan aku bertemu lagi, melihat saat dia bahagia, aku berkata: "Ibu, jangan berdiri terus, segeralah duduk, mereka semua sudah tampak lapar, jika ibu masih berdiri disini, mereka semua tidak akan mengangkat sumpitnya."

Ibuku melihat kearah saudara-saudaraku, mereka mengangkat badannya, dengan rapi berkata: "Apa kabar, Bibi."

Ibuku melihat kearah mereka, kemudia menatapku, matanya memerah, tersenyum dan berkata: "Aku sangat baik, kalian juga baik kan, terimakasih karena telah bersama-sama Alwi diwaktu sulit, jika nanti kalian ada masalah datanglah ke Beijing, pergi ke rumah keluarga Wei untuk mencariku, aku pasti akan membantu kalian."

Merkea semua tersenyum dan mengatakan 'terimakasih", tapi terlihat bahwa mereka tidak benar-benar menyeriusi perkataan ini, ini sangat normal, karena mereka tidak tahu detailnya tentang ibuku.

Setelah ibuku duduk, terdengar background musik di panggung yang mengalunkan lagu , aku berjalan keatas panggung, mengambil mikrofon dan berkata: "Para tamu undangan, selamat datang di pesta ulang tahun putriku Cecilia, putriku adalah salah satu orang yang sangat kusayangi di dunia ini, aku mencintainya, dan sangat bersyukur untuk nona Aiko yang telah melahirkannya ke dunia ini, aku akan menyayanginya dengan segenap hidupku, akan berkorban demi melindunginya, sekarang, aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk putriku."

Orang-orang bertepuk tangan, aku menghela napas, bernyanyi dengan serius: "Ciumlah bayiku, aku ingin melompati gunung tinggi, mencari bulan yang sudah hilang jejaknya, ciumlah bayiku, aku ingin melompati samudera, mencari pelangi yang sudah hilang jejaknya, menangkap bintang jatuh yang seketika menghilang......"

Semua orang diam mendengarkan, ibuku dan Aiko, Mondy dan beberapa wanita matanya memerah, aku menatap Aiko, ingatan tentang kami berubah dari kabur menjadi jelas, aku pernah mencintainya, nantinya aku juga akan terus mencintainyahanya saja 'cinta' ini sangat berbeda dengan cinta yang dulu, aku tahu ini bukanlah yang dia inginkan, tapi yang bisa kuberikan padanya hanyalah ini.

"Lalahulala, hulalala, menyuruhnya belajar memanggil namamu, lalahulala, hulalala, pada akhirnya pulang dengan tenang, pulang dan memberitahumu segalanya, ciumlah bayiku......"

Satu lagu telah selesai dinyanyikan, aku mengarah ke lantai panggung membungkuk hormat, orang-orang memberi teriakan, banyak juga yang berdiri dan bertepuk tangan, mulut mereka meneriakkan 'kak Alwi', aku menegakkan kembali badanku dan mengucapkan: "Terimakasih."

Turun dari panggung, aku mengangkat birku untuk menghormati mereka, kemudian berkata: "Silahkan makan dan minum dengan gembira, anggaplah seperti keluarga sendiri."

Semua orang mengiyakannya.

Aku duduk dengan senang, aku ingin menggendong Cecilia, tapi ibuku melarangku dan berkata: "Sangat sulit bagiku untuk menjadi nenek pertama kalinya, dan kamu masih ingin berebut denganku, apa maksudmu?"

Aku tak berdaya dan berkata: "Baiklah aku mengerti."

Ibuku tersenyum dan berkata: "Ah benar, apakah nama resmi untuk Cecilia sudah ada?"

Aku menengok kearah Aiko, dia berkata datar: "Belum, apakah bibi mempunyai ide nama yang bagus? Bibi bisa memberikannya untuk Cecilia."

Ibuku terkejut tapi juga terharu dan berkata: "Apakah...... boleh?"

Aiko menganggukkan kepalanya dan berkata: "Tentu saja."

Ibuku berpikir dengan keras, tidak lama kemudian, dia berkata: "Bagaimana jika Pollia."

Pollia?

Aku memainkan mulutku, ibuku tidak senang dan menyentuh dahiku, berkata: "Kenapa? Tidak suka nama yang ibu berikan, tidak enak didengar?"

Aku sedikit kecewa dan berkata: "Bukan tidak suka...... tapi memang benar-benar tidak enak didengar."

Orang-orang di meja semuanya tertawa, ibuku memutar bola matanya padaku, Pollia adalah sejenis tanaman vanili, terlihat tidak berharga, tapi dia bisa menyembuhkan racun ular, aku memberinya nama ini, berharap agar hidupnya tidak serumit kalian, hidup dengan sederhana, tapi, saat menghadapi sebuah kesulitan, sama seperti ketika tanaman ini menghadapi bisa ular, sempurna, kuat dan berani."

Mendengar perkataan ini, aku mengangkat ibu jariku pada ibu dan berkata: "Dengar, semua dengar, ibuku sangat mengerti budaya, Pollia, baiklah, nanti Cecilia akan berganti nama menjadi Pollia"

Selesai berbicara, aku baru tersadar bahwa Aiko tidak berpendapat dan berkata: "Kak, bagaimana menurutmu?"

Aiko menatapku, tersenyum dan berkata: "Panggil saja Pollia Chen." ikut margamu chen.

Aku seketika terdiam disana, ibuku sedikit terkejut dan bertanya: "Bolehkah?"

Aiko berkata datar: "Tentu saja boleh, tapi jika kalian merasa tidak nyaman......"

Aku memotong ucapannya, tersenyum dan langsung berkata: "Nyaman, tentu saja nyaman."

AKu benar-benar tidak menduganya, Aiko membiarkan Cecilia mengikuti margaku, mungkin bagi orang lain ini sangat normal, tapi bagiku ini adalah sebuah kejutan, disaat ini, tidak ada kata selain bersyukur di hatiku.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu