Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 472 Terungkap?

Kak Yanti berkata dia tidak berani mengkhianati aku, melihat dia berkata begitu jujur, seperti sebuah pepatah, membuat sebuah ancaman kemudian memberikan hadiah, aku segera berkata kepada kak Yanti : “Jika kamu benar-benar ingin membantuku, aku tidak akan memperlakukan kamu dengan buruk, ibaratnya jika aku ada daging untuk di santap, aku tidak akan menyuruh kamu minum kuah saja, selama ada aku, walaupun dia suamimu jangan harap dia untuk menyentuhmu.”

Kak Yanti menyandarkan kepalanya di sofa, bermain dengan cincinnya sambil tersenyum, berkata : “Pria tampan, kenapa gaya bicaramu begitu gagah, aku takut aku akan terjatuh.”

Aku mengaitkan jariku ke jari kak Yanti, dia berdiri dan memutar pinggangnya yang lentur, kemudian berdiri di sampingku, sedikit membungkukkan badannya, roknya yang sudah pendek menjadi sedikit tertarik keatas, putih mulusnya kakinya mengelabui mataku, dan belahan dadanya tepat berada di depan mataku, terlihat dua buah mantau putih sebesar buah kelapa, montok dan menggoda, membuat orang ingin segera meminum air kelapa itu, dia meletakkan tangannya di pangkuan pahaku, mengangkat wajahnya, dan dengan sopan berbicara padaku : “Segala perintah dari Reino, pasti akan aku turuti.”

Sial, wanita ini dari kepala hingga kaki begitu menggoda, jika seorang pria berhadapan dengannya, dan tidak tergoda, berarti pria itu ada masalah, atau tidak seorang gay.

Aku menelan ludah, dan segera aku membuang pikiranku, dan berkata : “Kamu harus ingat perkataanku hari ini, Bar Happy Chappy dua hari ini tidak boleh beroperasi, kamu tunggu orang dari suamimu kesini, kemudian diam-diam kamu sampaikan pesan, bilang kalau para wanita-wanita ini kerja freelance di rumah, jika dia cukup pintar, untuk mengetahui bahwa ada tempat lain, dan kumpulkan para wanita ini, ambil kerjaan dan suapnya, tapi jika dia tidak cukup pintar, kamu pakai caramu, bertindaklah sendiri, dan menyalahkannya, apa pun itu, biarkan bos besar kamu tahu masalah ini, agar dia tahu jika utusannya sudah tidak bisa di andalkan, dan malah di langgar oleh saudara sendiri, kamu mengerti maksudku kan?”

Kak Yanti tidak berkomentar, hanya saja dia menatapku dengan pandangan takjub, aku bertanya padanya apakah ada masalah? Dia menggelengkan kepalanya dan berkata : “Tidak ada masalah, hanya saja aku sangat ingin menanyakan sesuatu padamu.”

“Soal apa?”

Kak Yanti berkata : “Kamu… Apakah ada yang tidak beres denganmu?”

Aku yang lagi meminum air, mendengar perkataan ini seketika aku memuntahkan airku, aku berkata : “Iya, aku tidak bisa, jadi kamu jangan merayu aku lagi, tidak ada gunanya.”

Kak Yanti mengeluarkan ekspresi kecewa, kemudian memalingkan pandangnya dari aku, tangannya yang tadinya ada di pangkuan pahaku, segera di tarik kembali, dia berbalik dan kembali duduk di sofa, dia menyingkirkan tubuhnya dan menyipitkan matanya, bertanya kepadaku : “Aku bisa membantumu melakukan hal ini, tapi kamu apakah tidak punya rencana? Misalnya tentang identitasku, kenapa bisa membawa kamu sampai disini? Jika aku merekomendasikan kamu begitu saja, bukankah akan menambah kekuatan untuk kita? Tapi kita berdua juga dengan mudah di curigai oleh orang lain.”

“Soal ini kamu tidak perlu khawatir, aku sudah mengaturnya.” Tentu aku tahu apa yang dia maksud, sambil berpikir aku berkata padanya.

Kak Yanti bangun dari duduknya, berkata : “Baiklah, kalau begitu aku tidak akan mengganggumu lagi, kamu bisa bersenang-senang disini, akan aku carikan kamu wanita untuk menemani kamu minum dan mengobrol.”

Aku berbicara dengan pelan : “Apakah kamu mempunyai seorang pria yang bisa di percaya?”

Kak Yanti menatapku dengan pandangan yang aneh, dari tatapannya terlihat penuh dengan makna, berkata : “Ada sih ada, kamu mau hubungan yang normal, apa yang tidak normal?”

Aku berkata tanpa gairah : “Kamu jangan banyak bicara denganku, aku ada urusan ingin minta bantuannya, harus yang benar-benar bisa di percaya ya, lebih bagus jika dia adalah sahabat rahasiamu, dan carikan aku wanita.”

Kak Yanti tidak bertanya padaku apa yang ingin di lakukan, kemudian dia segera menjalankan perintahku, tidak lama kemudian, datanglah seorang pria dan wanita, kak Yanti berkata dua orang ini merupakan putra angkatnya dan putri angkatnya, mereka sangat bisa di percaya, dia berkata padaku urusan apa saja bisa di serahkan kepada mereka, aku mengangguk, aku dan pria itu saling bertukar pakaian, sekilas info saja, baju pria ini adalah baju pelayan bar disini.

Setelah berganti pakaian, aku menjelaskan beberapa arahan kepada mereka, dan di bawah kepemimpinan kak Yanti, aku pun pergi dari sini, setelah aku beranjak pergi, aku masuk ke dalam toko yang tidak jauh dari sini untuk membeli topi dan masker.

Setelah menemukan tempat untuk bersembunyi, segera aku menelpon Govy, menanyakan kabar tentang pria yang masuk ke arena tinju itu, apakah dia sudah mendapatkan informasinya. Govy berkata dia sudah mendapat hasilnya, kemudian dia mengirim aku beberapa foto.

Aku berkata : “Aku perlu kamu mencari seorang untuk bekerja sama, seseorang yang khusus untuk melindungiku, disaat-saat penting, walaupun nantinya dia terungkap juga tidak masalah. Intinya begini, dia di depan, aku di belakang, kami berdua bekerja sama dalam beraksi.”

Aku tidak menyangka Govy berkata demikian : “Baru saja aku ingin memberitahumu, aku mendapat kabar bahwa atasan sudah mengutus orang untuk kesana, dan orang itu juga di kirim ke arena tinju, aku akan memberikan nomornya padamu, kamu ingin dia bekerja seperti apa, langsung saja kamu berikan perintah, kali ini kamu adalah kapten dalam operasi penyamaran ini, kamu bisa memerintahkannya untuk melakukan sesuai dengan rencana yang ada.”

Aku berkata : “Oke saya mengerti.”

Benar-benar tidak terpikirkan olehku, ternyata atasan sudah mengutus orang untuk kesini, hanya saja aku tidak tahu niat dari semua ini untuk membantuku, atau diam-diam ingin mengawasi aku, memata-matai aku? Tentu saja, aku ini orang yang cerdas, aku tidak akan bodoh untuk bertanya tentang hal ini, apalagi Govy juga tidak akan tahu alasan sebenarnya.

Setelah menutup telpon, aku segera menelpon nomor telpon ‘mitra’ kerjaku, dengan cepat telpon pun tersambung, suara di ujung telpon sana berbicara : “Apakah tuan Reino?”

Sepertinya orang ini sudah menyimpan nomorku, dan dia sudah menungguku untuk menghubunginya, aku berkata : “Iya ini aku, apakah benar dengan Tuan Herry?”

Lawan bicaraku dengan hormat berkata : “Iya, apa kabar, saya di utuskan dari atasan untuk beraksi dengan anda, maaf, kapten, apakah ada perintah yang ingin di jalankan?”

Di panggil ‘kapten’ oleh orang lain, dan dengan nada yang begitu hormat berbicara denganku, aku merasa agak tidak nyaman untuk sesaat, aku berkata : “Dengar-dengar kamu sekarang jadi petinju sinarmas?”

Herry berkata iya, dia juga mengatakan dia sedang mengawasi seseorang pria yang bernama Keanend, dia mengatakan bahwa orang ini datang sehari lebih awal darinya, sangat hebat, baru sehari datang saja dia sudah mengalahkan semua petinju yang ada disana, dan dia telah di sewa, dan di juluki sebagai “Raja Boxer” generasi baru.

Aku berpikir dan berpikir, berkata : “Kamu cari cara agar bisa janjian dan bertemu dengannya.”

Dengan keberatan Herry berkata : “Tapi kami tidak akrab.”

Aku berkata dengan pelan : “Pokoknya, kamu datang kesini dulu menemui aku, aku akan berikan sebuah catatan padamu, dan kamu berikan padanya, dia akan datang dengan sendirinya.”

“Dimana aku bisa menemuimu?” tanya Herry.

Aku melihat restoran Venetian di mall dengan gedung tiga lantai seberang dari Sinarmas, berkata : “Aku menunggumu di restoran Venetian.”

Selesai berbicara, aku segera meluncur ke restoran Venetian, masuk ke ruangan VIP, aku memesan beberapa makanan, dan aku meminta kepada pelayan untuk membawakan aku pena dan kertas, kemudian aku menulis : “Restoran Venetian ruangan Orchid, secepatnya datang, semua perangkat komunikasi dan cctv, di nonaktifkan!”

Selesai aku menulis, di ujung kertas aku menulis nama “Claura”.

Aku selalu diam-diam belajar tulisan Claura, sekarang sudah mencapai di titik dimana tulisanku sudah sama persis dengan tulisan Claura, sebenarnya aku hanya sesekali mempraktekkan tulisan Claura hanya untuk berjaga-jaga, dan sekarang aku tidak menyangka akhirnya dapat di gunakan.

Aku meletakkan catatan itu di atas meja, kemudian aku memberi uang senilai dua juta rupiah kepada pelayan, dan menyuruhnya membungkus satu porsi pizza, di kotak pizza tertulis nama ‘Keanend’, di waktu yang bersamaan aku memasukkan catatan itu ke dalam kotak pizza, segera aku pergi dari restoran Venetian, dan menemukan tempat untuk bersembunyi.

Setelah aku pergi, Herry menelpon aku, berkata bahwa dia sudah menerima pizza itu, aku mengingatkan dia bahwa pelayan yang mengantarkan pizza itu adalah seorang perempuan, dia melihat diatas tertulis nama ‘Keanend’, dan berikan kepada Keanend, dia mengatakan dia sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Sepuluh menit kemudian, Herry menelpon aku lagi, dia berkata Keanend sudah pergi, pada saat ini kebetulan aku sudah menemukan tempat untuk bersembunyi, ketika aku mendengar ini, aku berkata ringan : “Kamu ada pistol kan?”

Herry menjawab : “Ada.”

“Senapan apa pistol?”

“Atasan memberiku satu senapan dan satu pistol, sudah tersembunyi dengan baik.”

“Baik, sekarang kamu bawa senapan itu, dan cari tempat terdekat untuk bersembunyi, aku tidak bisa berpikir sementara waktu, dan Keanend pasti akan menyadari bahwa dirinya telah di tipu, pada saat dia keluar, dia pasti akan sangat berhati-hati, kamu dengar baik-baik, aku ingin kamu mengeluarkan seluruh kemampuanmu untuk menyerangnya, mengerti?”

Dengan penasaran Herry berkata : “Tapi atasan hanya menyuruhku untuk mengawasinya saja.”

“Atasan? Kamu jangan lupa aku ini sekarang kaptenmu, sekarang kita ada di luar, seorang tentara tidak boleh melawan, perintah yang harus kamu ikuti adalah perintah kapten, kamu mengerti?” Aku berkata dengan nada tinggi, aku berpikir jika Herry tidak berniat mendengarkan kata-kataku, aku benar-benar tidak memerlukan penolong seperti dia.

Untungnya Herry orangnya cukup tegas, segera dia berkata : “Baik, kapten, aku akan bersiap-siap, kapten.”

“Kamu hati-hati, jangan sampai ketahuan.” Aku memperingatinya, kemudian aku melanjutkan mengawasi situasi di restoran Venetian. Sangat cepat, Herry kembali menelponku, dia berkata dia sudah siap, di waktu bersamaan, Keanend keluar dengan raut wajah yang suram, dia sedang menelpon, kemungkinan dia menelpon Claura, dilihat dari raut wajahnya yang sangat kesal, pasti dia sudah tahu dirinya sedang di permainkan.

Setelah dia menutup telponnya, dia bergegas bergerak kearah depan, dengan sabar aku menghitung 1 2 3, satu peluru meluncur, dan menembak kearah Keanend, itu adalah tembakan dari Herry, tapi reaksi Keanend sangatlah cepat, segera dia menghindari tembakan itu, Herry kemudian melepas dua tembakan lagi, Keanend menghindar dengan kesal, secara bersamaan dia mengeluarkan pistol, aku mengatur nafas dengan tenang, dan kemudian aku menembak alisnya Keanend.

Aku tidak banyak menembak, hanya satu tembakan saja, membuat keanend berteriak dengan amarahnya karena di hujani beberapa peluru, Keanend masih berusaha melarikan diri, aku kembali menarik pelatuk pistol, dan satu tembakan headshot! Membuat dia langsung terjatuh ke lantai, dan berlumuran darah.

Disini merupakan daerah terpencil di Harbin, walaupun terpencil, tapi karena ada orang dari Sinarmas yang tertembak, membuat sekitaran menjadi ramai, hanya saja pada saat malam datang, hanya sedikit orang yang lewat, kecuali orang-orang yang berwisata.

Setelah kematian Keanend, kebetulan tidak ada orang disini, hanya ada mobil yang melaju kencang, aku menelpon Herry, berkata : “Mundur.”

Herry berkata : “Baik.”

Aku memecahkan semua cctv yang ada di Sinarmas, aku menyelinap ke ruangan pemantau dan memingsankan orang yang berjaga disana, aku menghapus semua file yang ada disana, dengan cara yang sama aku juga menghilangkan semua file yang ada di restoran Venetian, setelah ini baru aku kembali ke ruangan VIP, aku melepaskan bajuku, dan mengembalikan baju putra angkatnya kak Yanti, dan menyuruhnya pergi.

Tidak butuh waktu lama, dari luar sudah terdengar berita bahwa ada yang tertembak mati, semua orang dalam bahaya, tidak lama kemudian datang sejumlah orang untuk mengolah TKP, tapi tidak membuahkan hasil.

Setengah jam kemudian, Claura menelponku, aku sengaja menyuruh putri angkatnya kak Yanti menyanyi dengan suara keras, kemudian aku mengangkat telponnya, bertanya : “Istriku, ada apa?”

Claura berkata dengan penuh amarah : “Pembunuh yang aku utuskan ke arena tinju sudah terbunuh, kami memeriksa rekaman di seluruh cctv, rekaman Sinarmas, dan juga rekaman di restoran Venetian semua sudah di hancurkan, tapi sepertinya dia tidak menyadari cctv di persimpangan jalan dekat dengan Sinarmas, kameranya pas mengarah ke punggungnya.”

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu