Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 603 Kamu salah menilaiku

Widya mengatakan jika dia masih mempunyai kekuatan untuk menembak, maka tembakan kedua ini pasti akan mengenai dahiku, aku menatapnya dan melihat penuh kebencian dari matanya dan berkata: “Jika aku tahu kamu berpikir begitu, aku tidak akan buru-buru datang untuk mengantarkan makanan karena khawatir kamu akan kelaparan.”

Setelah mendengarkan perkataanku, Widya mengerutkan kening, melihat kembali mayat di lantai, raut wajahnya berubah ketika melihat pria dan makanan yang berserakan itu.

Aku tahu Widya mempercayai kata-kataku, dan tidak berargumen lagi, berbalik dan segera menuntunnya ke bawah. Ketika aku sampai ke mobil yang memeluk Widya, segera berkata kepada Sulistio: “Pergi ke rumah sakit.”

Sulistio mengangguk, berpura-pura penasaran dan bertanya: “Apa yang terjadi dengan Nona Widya?”

Aku berkata: “Tidak apa-apa, makan sesuatu yang buruk, merasa tidak enak badan.”

Pada saat ini Widya menatapku, aku memandangnya, dia mendengus hidung, satu tangannya menggenggam dengan erat pakaianku, karena terlalu kuat, kancing pakaianku terbuka langsung, tangannya yang halus memegangku dengan suhu tubuh yang sangat tinggi.

Aku memegang tangannya dengan erat-erat, berkata: “Nona Widya, jangan karena aku seorang pria sejati kamu menggertakku seperti ini. Jika aku melakukan sesuatu, risiko tanggung sendiri.”

Pipi Widya memerah, aku tidak tahu apakah karena marah atau karena obat, pada saat ini aku melihat sudut mulutnya berdarah, hatiku tergerak dan bertanya: “Kamu mengigit bibirmu?”

Widya menjawab pertanyaanku berkata: “Meskipun aku ditelanjangi, kamu juga tidak berani melakukan apapun, kalau tidak Nona Jessimu itu pasti tidak menginginkanmu lagi, jadi kamu tidak perlu pura-pura peduli.”

Mendengar itu, aku tahu dia bertahan dengan susah payah, dahinya penuh keringat, kakinya terus-menerus bergesekan, tubuhnya sangat panas sehingga dapat mengukusku. Aku menelan ludah, dan ingin mengolok-oloknya lagi, tetapi melihat sudut bibirnya berdarah, tiba-tiba aku merasa tidak tega karena itu membuatku mengingat Aiko.

Aku ingat pertama kali aku memiliki perasaan yang lebih dalam dengan Aiko, saat dia diracuni orang, aku tidak akan melupakan itu selamanya, hari itu agar tetap sadar, dia menusuk kakinya yang panjang itu dengan pisau, aku masih ingat jelas darahnya yang mengalir deras, membuat hatiku merasakan nyeri yang menyakitkan.

Sekarang melihat keadaan Widya, aku mengingat Aiko, hatiku langsung merasa kasihan, aku berkata: “Aku akan memelukmu, jika itu membuatmu merasa lebih nyaman.”

Widya bertanya dengan aneh: “Kamu ingin melakukan trik apa lagi?”

“Aku tidak akan melakukan trik apa-apa, tenang saja, aku hanya tidak ingin kamu juga mengigit lidahmu.” Setelah bicara, aku tidak memperdulikannya lagi, berbalik dan melihat keluar jendela.

Dalam pelukan, Widya perlahan menjadi lebih tenang, tubuhnya juga lebih rileks, hanya saja pembalasannya lebih jahat lagi, aku memikirkannya, jika bukan karena kenyakinan atasan, jika itu orang lain pasti sudah menanganimu.

Tapi ketika berpikir Widya menderita seperti ini karena aku, aku tidak mengatakan apa-apa, yang terjadi sekarang ini anggap saja sebagai penebusan dosa!

Tidak lama kemudian sampai di rumah sakit, aku membawa Widya masuk, saat perjalanan Sulistio sudah mengurus semuanya, dokter sudah menunggu di sana, jadi Widya bisa segera mendapatkan perawatan, tidak lama kemudian, dokter mengatakan dia bisa dibawa ke kamar pasien, dan juga mengatakan kepadaku sekarang dia sangat lelah, tidak memiliki tenaga, jadi menyuruhku untuk tidak melakukan aktivitas yang intens, dia juga mengatakan kesenangan diantara pria dan wanita itu normal, tetapi obat ini memiliki efek samping, jadi kedepannya aku harus berhati-hati.

Ketika dokter itu berbicara denganku, ekspresinya yang ambigu tidak dapat dijelaskan, aku tahu dia sudah salah paham denganku, bagaimanapun Widya wanita yang cantik dibawa ke sini hanya memakai piyama, siapa pun yang tidak tahu pasti mengira kami berdua memakai obat itu untuk bersenang-senang, akhirnya dia merasa tidak nyaman dan aku membawanya ke sini.

Aku juga malas untuk menjelaskan, menyuruh Sulistio menutup mulut dokter itu dengan uang, setelah dia pergi, aku kembali ke kamar pasien, melihat Widya sudah tertidur, dia tertidur dengan tenang, dan memudarkan dia yang selalu sombong, sepertinya kecelakaan membawakan kebahagiaan.

Aku menelepon Dony Yun, menyuruh dia untuk mengirimkan seorang wanita untuk menjaga WIdya, lalu aku dan Sulistio pun pergi. Setelah keluar, Sulistio penasaran dan bertanya kepadaku: “Kak Alwi, kesempatan yang begitu bagus, kenapa kamu tidak tinggal dan menjaganya? Bukannya kamu bilang yang paling dia butuhkan adalah perhatian?”

Aku menggelengkan kepada dan berkata: “Kamu tidak mengerti, pria ingin menyenangkan wanita itu harus tahu batasnya, hubunganku dengan Widya tidak begitu baik, meskipun aku menyelamatkannya, itu hanya karena ketidakadilan, membantu demi keadilan, jika memperlakukannya lebih ramah lagi, dia akan mencurigaiku, selain itu wanita ini sudah mencurigai bahwa aku adalah orang di balik semua ini, pada saat ini aku pergi, dia pasti berpikir aku sedang marah, ini pasti akan membuatnya berpikir apakah dia benar-benar sudah salah paham kepadaku.”

Sulistio mengangguk dan berkata: “Jadi kamu sengaja pergi, bukan karena ingin menjaga jarak dengannya, tetapi mencoba untuk lebih dekat dengannya, benarkan?”

Aku berkata iya, Sulistio menggelengkan kepalanya dan berkata: “Kak Alwi, aku tidak menyangka kamu berpikir begitu panjang.”

“Tanpa berpikir panjang, apa aku bisa hidup dengan aman sampai saat ini? Sudah dari awal dibunuh oleh anjing-anjing itu. “Aku berkata sambil tersenyum, “Ayo pergi, aku membawamu pergi terlalu lama, harus cepat mengembalikanmu kepada Mondy.”

“Baiklah.” Sulistio tertawa, terlihat seperti fanboy saja.

“Apakah mayat Kobra sudah diurus?”

“Tenang saja, aku sudah menyuruh orang untuk mengurusnya, agar kamu tenang Nody sendiri yang mengurunya, penyadap suara juga sudah ditemukan.”

“Baguslah kalau begitu.”

Setelah kembali ke apartemen, aku segera kembali ke kamar untuk melaporkan tugas kepada Jessi, setelah berbicara, aku mengeluarkan buku dan mulai menggambar.

Aku duduk di sana menggambar sampai malam, ponselku berbunyi, aku meletakkan buku gambar, dan mengambil ponsel, membuka dan melihat pesan dari Widya, isinya: “Alwi, terima kasih untuk hari ini.”

Aku tidak bisa menahan tawa, berpikir dengan bangga, sepertinya apa yang aku pikirkan adalah benar, hanya saja ketika mengingat Widya yang mengigit bibirnya, aku masih merasa tidak nyaman, baru saja ingin membalas pesan teks untuk perhatian kepadanya, ada pesan teks darinya lagi, isinya membuatku ingin menangis tetapi juga ingin tertawa.

Pesan teksnya begini: “Tapi kamu ingat, diantara kita dipisahkan oleh Nichkhun Yang. Seumur hidupku tidak akan pernah memaafkanmu.”

Aku memikirkannya dan membalas pesan teks yang mengatakan: “Jaga dirimu baik-baik, aku menyambutmu balas dendam kapan saja.”

Setelah selesai membalas pesan, Sulistio memanggilku untuk makan makan, Dony Yun dan Anna juga datang, di meja makan, mereka terus mendiskusikan detail pernikahan, melihat mereka sangat bahagia, tidak tahu apakah suatu hari aku juga akan merasakannya.

Keesokan harinya, aku bangun pagi-pagi, membeli beberapa persembahan dan pergi ke makam, sedangkan pengawalku, aku merasa sudah lebih baik jadi sudah memecatnya.

Sesampai di makam, Sulistio takut aku kelelahan, sepanjang jalan memapahku, berkata: “Kak Alwi, aku tahu kamu merindukan Si Toba, tetapi tubuhmu ini belum sembuh, selalu keluar kemana-mana, bagaimana mungkin bisa sembuh? Selain itu, Dony Yun akan rutin mengunjungi mereka dua bersaudara, kamu tenang saja, tidak akan ada yang berani memperlakukan mereka dengan tidak baik.”

Aku tertawa dan berkata: “Aku tahu kalian selalu mengingat Si Toba dan saudaranya, tapi kalian adalah kalian, aku adalah aku, tidak melihat mereka langsung aku merasa tidak tenang.”

Sesampai di makam Si Toba, aku mulai membakar uang kertas untuk dia dan saudara perempuannya, mereka berdua bunuh diri, nasib mereka sama, sangat menyedihkan sekali.

Sulistio berjongkok dan membakar uang kertas untuk mereka, aku melihat foto yang sudah menguning di batu nisan, menyalakan sebatang rokok, meletakkannya di bawah batu nisan, berkata kepada Si Toba: “Si Toba, aku datang melihatmu, maaf sudah lama tidak datang, kamu tidak akan menyalahkanku kan?”

Meskipun sudah bertahun-tahun yang lalu, meskipun mungkin sudah tidak banyak lagi yang mengingat Si Toba, tapi aku akan selalu mengingat dia yang tersenyum kepadaku saat di mobil, selalu mengingat saat di bar, ketika pipa baja akan jatuh menimpa kepalaku, dia dengan berani berdiri di depanku dan berkata ingin melindungiku.

Aku berpikir kami berdua telah melewati begitu banyak liku-liku bersama, begitu banyak penderitaan, merasa akan ada hari esok yang lebih baik, bahkan jika dia telah mati selama beberapa tahun, aku masih saja merasa tidak nyaman, suasana hatiku seperti jalan raya yang begitu padat, mata memerah dan berkata: “Jika kamu masih hidup, aku pasti akan marah denganmu, marah kamu sudah mengkhianatiku, marah kamu yang tidak berdaya dan tidak memberitahuku, aku akan membuat kamu membayarnya dengan seumur hidupmu, mengikutiku selamanya, mendengarkan perintahku, tapi…kenapa kamu tidak bisa menungguku?”

Sulistio berdiri dan menepuk pundakku, berkata: “Kak Alwi, jangan bersedih, setiap orang memiliki takdir hidupnya, mungkin inilah takdir hidup Si Toba.”

Aku tidak berbicara, berdiri di sana dengan tenang, Sulistio sambil membakar uang kertas untuk Si Toba dan sambil berkata: “Si Toba, kamu harus memberkati Kak Alwi di dalam surga, dia sangat menderita, kamu harus memberkati dia jangan sampai semakin menderita, dan semuanya bisa berjalan dengan lancar dan sukses, di sini aku berterima kasih padamu.”

Aku menatap Sulistio dan dia masih berbicara, pembicaraanya meminta Si Toba untuk memberkatiku, aku tidak bisa menahan tawa lagi, meskipun Si Toba telah pergi, aku masih memiliki Sulistio, masih ada Nody dan Dony Yun, ini adalah hadiah terbesar untukku.

Pada saat ini, aku mendengar suara langkah kaki dari belakangku, berbalik dan melihat sekelilingku, dan melihat Widya berdiri di sana, ketika dia melihat raut wajahku, menunjukkan pandangan yang aneh, aku menyeka wajahku dan bertanya kepadanya: “Apakah ada sesuatu di wajahku?

Widya menggelengkan kepala dan berkata: “Saudaramu?”

Aku mengangguk dan melihat bunga di tangannya, dan juga persembahan di tangan lainnya, bertanya: “Pergi melihat Nichkhun Yang?”

Widya menatapku dengan dingin, lagipula kami adalah musuh, dia mendengus dingin, dia mengabaikanku dan pergi melewatiku, mencari Nichkhun Yang. Setelah beberapa langkah, dia tiba-tiba membalikkan wajah dan berkata: “Sebenarnya kamu tidak perlu melakukan ini.”

Aku mengerutkan kening: “Apa maksudmu?”

Dia berkata: “Tidak perlu berpura-pura lagi, aku tahu kamu ke sini, ingin terlihat sebuah pertemuan yang kebetulan saja denganku, tapi bertemu kamu di pemakaman hanya akan membuatku semakin membencimu.”

Aku tidak bisa menahan ketawa, berkata: “Maksudmu, aku datang ke sini bukan untuk mengenang saudaraku, tapi untuk bertemu denganmu untuk memperbaiki hubungan?”

“Bukankah begitu? “ Widya mengerutkan kening, bertanya dengan cemberut.

Pemikiranku yang baik terhadapnya menghilang, berkata dengan dingin: “Aku tidak akan menggunakan saudaraku yang telah meninggal sebagai jembatan untuk konspirasi, kamu terlalu memandang tinggi dirimu, dan memandang rendah diriku.”

Setelah jeda, aku berkata: “Seharusnya aku tidak menyelamatkanmu kemarin, aku menyesalinya.”

Selesai berbicara, aku tidak peduli dengannya, berbalik dan pergi bersama Sulistio.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu