Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 118 Aku Bahkan Bisa Mengalahkanmu

Ketika dingo dibawa ke Nanjing, dua tiga menit lagi jam menunjukkan pukul delapan, aku tahu sebelum jam delapan pasti tidak bisa sampai ke sanny club, aku segera menelepon Aiko dan bertanya dimana dia sekarang, bisa tidak mengundur lombaku beberapa menit.

Aiko mengatakan dia sudah tiba ditempat pertarungan laga anjing, dan mengatakan mereka sudah bersiap-siap untuk lomba, ketika dia sampai anjing sudah dibawa Leo keatas arena pertarungan.

Aku tahu Aiko pasti mempersiapkan seekor anjing laga, mengingat anjing yang dia pilih seharusnya tidak buruk, aku tidak begitu mengkhawatirkannya dan berkata baiklah kalau begitu aku tidak akan buru-buru.

Setelah telepon ditutup, Kak Toba bertanya padaku bagaimana keadaannya, aku menjawab lomba sudah mau dimulai sambil menepuk kepala dingo dan sedikit kecewa mengatakan mungkin dingo kali ini tidak ada kesempatan naik ke arena pertarungan, tapi begini juga bagus, dingo tidak perlu menghadapi bahaya.

Ketika mengetahui Aiko mempersiapkan seekor anjing laga, aku tahu dingo yang dibawa pulang pasti tidak akan begitu berguna, tapi manusia memang selalu begitu. Suka mempersiapkan dua kemungkinan, karena takut terjadi sesuatu diluar ekspektasi, aku tetap membawa dingo kembali.

Tapi yang tidak disangka adalah setelah telepon ditutup tidak sampai sepuluh menit, Aiko meneleponku dan mengatakan dia kalah.

Kabar ini ibarat petir menyambar diriku disiang bolong, aku tertegun dan bertanya padanya apa yang terjadi? Aiko menjawab dengan suara jengkel: “Aku tahu, hari ini aku mengeluarkan banyak uang untuk membeli seekor pitbull, penjual anjing memberitahuku dia adalah anjing yang paling ganas di Nanjing, tidak disangka si Hendri keparat ini mencari orang jepang dan membawa seekor Tosa tidak lama anjing ptibull ku mati.”

Aku tahu Aiko jengkel bukan karena kalah dari lomba melainkan karena sanny club. sanny club adalah pintu pertama yang dia buka di Nanjing Kangzhuang Avenue, tidak boleh ada kesalahan apapun, jika tidak semua rencananya akan berubah, Aiko yang meninggalkan Dony untuk berdiri sendiri menjadi sebuah lelucon, tidak heran Aiko marah.jika hal ini terjadi pada boddhisatva aku rasa belum tentu bodhisatva tidak marah.

Membayangkan Aiko marah sampai pada tahap seperti ini, aku tidak sabar menggertakkan gigi, si Hendri sialan ini beraninya membuat kakakku marah sebanyak dua kali, jika tidak memberinya pelajaran, si keledai ini pasti tidak ingat siapa dirinya.

Aku berkata: “Kak, dua menit lagi aku sampai di arena pertarungan, kamu bilang sama dia tunggu sebentar.”

Aiko berkata: “Aku sudah kalah, di perjanjian tertulis dengan jelas satu orang membawa satu anjing, anjing mana yang menang menandakan pemiliknya juga menang.”

Aku berkata dengan senang: “Oh iya, di perjanjian mengatakan kedua belah pihak masing-masing membawa seekor anjing, setiap orang membawa satu anjing, dan disana tidak tertulis hanya kamu seorang yang boleh membawa anjing, aku juga tim dari kakak, lagipula, bukankah dia juga mencari orang jepang membawa seekor anjing dan bukan anjing yang dibawa sendiri kan?”

Saat ini, Kak Toba memarkirkan mobil dengan baik dan aku berkata pada Aiko: “Kak, aku sudah sampai di depan pintu, kamu bilang padanya, jika bisa telepon aku lagi.”

Aiko mengatakan dia mengerti lalu mematikan telepon.

Untuk sesaat aku sangat bersemangat, berpikir tuhan sedang memberiku kesempatan untuk menaklukkan kak Aiko, aku tidak boleh melewatkan kesempatan baik ini.

Aku membawa dingo turun mobil dan membelai kepalanya berkata: “dingo, sobatku bisa tidak kali ini bangkit lagi, kali ini semua orang mengandalkanmu, tapi kamu jangan terlalu sombong, jika kamu tidak bisa mengalahkan lawan, selamatkan diri sendiri itu lebih penting, demi kehidupan dan demi kebangkitan. Kita melarikan diri itu bukan sesuatu yang memalukan.”

Kak Toba tersenyum sedih dan berkata: “Alwi, untuk apa kamu mengatakan begitu banyak kata padanya? Dia juga tidak mengerti apa yang katakan.”

Aku menggeleng: “Tidak, dingo bisa mengerti apa yang ku katakan.”

dingo tiba-tiba menggong-gong dua kali pada kak Toba, aku tertawa terbahak-bahak mengatakan dingo marah, dia merasa kamu meremehkannya.

Kak Toba melirik dingo, mengatakan orang baik tidak berkelahi dengan anjing dan menyuruhku segera masuk ke arena pertarungan.

Kami membawa seekor anjing berjalan kearah sanny club, seorang bocah kecil mengisyaratkan kita untuk mengikutinya, kami mengikutinya ke tempat yang jauh. Ia membuka pintu rahasia dan membiarkan kami mengikutinya.

Setelah kami masuk, tidak lama datang seseorang, wajah orang ini sangat serius, langkah kakinya tergesah-gesah dan dia adalah Leo. Leo bertemu dengan kami dan mengatakan: “Kalian sudah datang, Dony menyuruhku segera membawa kalian masuk.”setelah itu, dia memberi tanda menunjukkan jalan.

Pria itu berbalik dan pergi, Leo menunggu pria itu pergi dan berkata: “Nona Aiko sedang berdebat dengan Hendri.”

Aku bertanya padanya apa yang sedang terjadi?

Leo menjawab: “Nona Aiko mengatakan kepada Hendri untuk bertanding satu putaran lagi, Hendri tidak setuju, Nona Aiko merasa dia tidak menggunakan anjing laga sendiri, ini melanggar perjanjian, ditambah banyak tamu yang menatap Aiko, Hendri hanya bisa setuju bertanding satu putaran lagi. Tapi Hendri tahu kak Aiko hanya datang sendiri, jika dalam dua menit kamu tidak muncul ini artinya nona Aiko mengaku kalah.”

Selama pembicaraan, aku sudah melihat cahaya di arena laga anjing dan berbisik: “Si bangsat ini pasti sengaja, dia meminta bantuan orang asing untuk berkelahi dengan anjing kakakku, karena dia tahu anjingnya sendiri tidak bisa mengalahkan anjing kakakku. Lalu, ketika kakakku kalah dan mengajukan keberatan padanya, dia baru mengatakan kalimat ini, dia pasti mengira kakakku tidak akan mempersiapkan dua ekor anjing dan pada akhirnya hanya bisa mengaku kalah.”

Aku perlahan-lahan jalan keluar, menuju arena pertarungan.

Arena pertarungan anjing sangat besar, tapi tidak banyak orang yang datang untuk menonton pertarungan dan arena ini dikelilingi oleh kaca-kaca hingga terlihat menjadi ruang pribadi, ruang-ruang pribadi ini dirancang sangat mewah, ada beberapa bunga buatan melekat pada pintu kaca, jika dilihat dari kejauhan seperti ruang bunga.

Pada saat ini, di setiap ruangan ada orang, ada ruangan yang lebih ramai, ada yang kurang ramai, yang tidak disangka adalah Dony dan Johan duduk diruangan yang sama sambil minum teh.

Ketika aku melihat Johan, kebetulan Johan juga melihat aku, dia menyipitkan mata menatapku menggunakan tatapan ganas. Seperti seekor ular yang menatap mangsanya.

Memang harus diakui dia teman baik Dony, meskipun orang ini sangat menyebalkan, tapi dia memberikan perasaan penindasan yang kuat pada orang lain, aura tubuhnya sangat kuat. Aku menarik nafas dalam-dalam, menstabilkan pikiranku, dan perlahan-lahan berjalan menuju kearah Aiko yang berdiri di garis depan yang sedang bernegosiasi dengan Hendri.

Dari kejauhan aku mendengar Hendri berkata: “Masih ada lima detik, nona Aiko, kamu mengaku kalah saja.”

Aku berteriak keras: “Mengaku kalah? Bukankah aku sudah datang? Ini bukan gaya kami menyerah sebelum bertarung.”

Semua orang yang awalnya menatap Aiko karena kecantikannya. Tapi begitu aku berbicara, tatapan semua orang menoleh melihat kearahku, lalu seluruh arena penuh dengan suara tawa, terutama Hendri yang tertawa terbahak-bahak, dia sambil tertawa sambil menunjuk dingo dan berkata: “Jangan bilang ini anjing yang akan kamu gunakan untuk berpartisipasi dalam pertandingan anjing laga kan?”

Aku tersenyum dan berkata ya, lalu semua orang tertawa lebih keras, bahkan ada yang mengatakan: “Seekor anjing besar membawa anjing jalanan, sungguh menarik, benar-benar sangat menarik.”

Setelah itu banyak orang memarahiku ‘Anjing murahan’, bahkan ada orang yang langsung teriak menyuruhku keluar, karena menurunkan nilai pertempuran anjing di sini.

Mendengarkan suara keras ini, aku sama sekali tidak merasakan apa-apa. Mungkin karena aku sudah terbiasa dihina orang, aku menahan Kak Toba yang ingin memarahi mereka, aku memberinya isyarat untuk tenang dan sabar, sekarang semakin mereka memarahi, semakin sakit wajah mereka. Aku ingin sekumpulan anjing sampah ini tahu, aku bukan seekor anjing murahan di Nanjing, melainkan seekor anjing gila yang bisa menggigit orang!

Aku melangkah kehadapan Aiko dan berkata: “Iya, ini anjing laga yang akan kugunakan untuk bertanding, ku harap kamu ingat namanya, dia dingo.”

Ketika aku menyebut nama dingo, seluruh orang di arena tertawa, saat ini, tidak tahu siapa yang melempar botol air. Botol itu menghantam tubuh dingo dengan keras, dingo tiba-tiba menggeram dengan suara rendah, suaranya seperti serigala dan matanya tajam, untuk sesaat seluruh orang di arena tertegun.

Aku berkata: “Hendri, bawa anjingmu naik.”

Hendri mengendus dingin dan berkata: “Seekor anjing jalanan, tidak cukup untuk membuat anjingku kenyang.”

Aku berkata: “Kenapa aku merasa kamu sangat mirip dengan binatang, ternyata kamu memang binatang ya.”

“Kamu!” Hendri sangat kesal padaku hingga ingin datang meninjuku, tapi ketika aku melihat Aiko yang berwajah dingin disamping, aku hanya bisa berjalan menuju arena pertandingan.”

Aku menatap Aiko dan tersenyum berkata: “Kak, jangan marah. akan aku menangkan pertandingan ini untukmu.”

Aiko menatap dingo, mungkin karena aku dia harus menyukai dingo juga, lalu berkata dengan kasihan: “Jika dingo kalah, kamu masih sangat sedih.”

Aku menjawab tidak apa-apa, aku percaya pada dingo, jika tidak bisa menang tinggal lari saja. Tiba waktunya Aiko hanya akan tidak suka pada kita.

Kalimat ini membuat Aiko tertawa dan berkata: “Jika kamu bisa menang, seluruh arena pertandingan anjing ini akan menjadi milikmu.”

Aku menyeringai dan berkata oke kita sepakat ya, aku tidak segan pada Aiko, Kak Toba yang berdiri disamping ingin mengatakan sesuatu, tapi ditahan oleh Aiko hanya dengan satu lirikan mata saja. Aku tidak ada waktu mempedulikan mereka, aku berjalan keatas panggung membusungkan dada sambil memegang dingo, aku berjalan sangat lambat, semua orang sedang berbisik, bahkan ada yang dengan senang membicarakan 108 cara kematian dingo, mereka yang mengenalku memarahiku betapa rendahnya aku ketika dilahirkan, ada yang memarahiku tidak tahu diri, bahkan ada yang mengatakan untuk mengusirku keluar dari Nanjing.

Sekumpulan orang ini membahasnya dengan keras. Seolah tidak takut aku mendengarnya, seberapa tenang diriku jika dikatakan begitu juga akan marah.

Ketika Hendri datang menggandeng seekor anjing hitam ke arena, dari kejauhan aku mendengar Aiko mengatakan pitbull.

Anjing ini terlihat sangat sombong, setelah melihatku dia tidak menggong-gong sekalipun. Tanjakannya sangat tinggi, dia tidak bisa melihat dingo yang ada dikaki ku, aku membungkuk menepuk kepala dingo dan berkata: “dingo, maju.”

dingo tiba-tiba meneggakkan tubuh dan mundur beberapa langkah, lalu semua orang tertawa dan berkata: “Lihat anjingnya ketakutan, ingin lari!”

Setelah dingo mundur sampai lima meter, dia tiba-tiba menyerang dengan ganas, lalu, ketika arena pertarungan anjing dipagar menjadi dua meter. Dia melompat tinggi dalam hitungan detik dia mendarat diarena dengan sempurna.

Para hadirin terdiam! Mata semua orang terbelalak secara tidak terduga, hanya aku saja yang menahan tawa di sana dan berpikir dingo sama denganku suka pura-pura.

Setelah dingo naik ke arena, dia menggelengkan lehernya dan mengangkat kepalanya, dan tiba-tiba “mengaum”, seperti serigala liar yang berdiri di atas bukit, suara aumannya sangat nyaring membawa semacam aura menakutkan dan langsung membuat pitbull yang ada didepannya mundur, lalu pitbull berbalik ingin lari, tapi saat ini dingo tiba-tiba bergegas menyerang pitbull seperti embusan angin, gerakannya sangat cepat, cakarnya tajam, tubuh dingo yang tampak lemah dalam sekejap melampiaskan kekuatan, dan langsung menjatuhkan pitbull, menginjak wajahnya dengan tendangan. Lalu,

dingo menggigit leher pitbull dan menariknya ke samping dengan sadis. Leher pitbull itu dirusak olehnya, dan darah menyembur keluar.

Pitbull tidak pernah kenal takut dan sakit, tapi saat ini dia tampak seperti bertemu dengan raja, merangkat ditanah, lalu menyadari dirinya sudah kalah.

Adegan berdarah membuat gadis-gadis kecil di TKP menjerit.

Pitbull yang arogan mati begitu saja, bahkan tidak ada kesempatan untuk berduka.

Aku perlahan berjalan keatas arena, ditengah semua tatapan penonton yang terkejut, aku menatap Hendri yang pucat dan berkata: “Sudah lihatkan? Sekalipun anjingmu sudah minum obat, aku juga bisa menang. Kamu merusak peraturan anjing laga, hari ini aku mau membongkar kedokmu.”

Kalimat ini langsung membuat seluruh arena terkejut!

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu