Cinta Dibawah Sinar Rembulan - Bab 492 Kecelakaan? Siapa yang Menyentuhnya?

Jessi bertanya kepadaku, apa aku masih menyukai Felicia. Melihat ia yang begitu yakin, aku tahu kalau aku jawab tidak, ia tidak akan percaya, bahkan diriku juga tidak akan percaya.

Sebenarnya aku juga terkejut karena diriku sendiri. Sebelum bertemu dengan Felicia, aku mengira bahwa diriku sudah cukup berani untuk menyerah atas hubungan ini dan dirinya, tapi saat kita bertemu, aku baru menyadari bahwa wanita yang aku tidak cinta begitu dalam, Feliciaku. Ia sudah tercetak di hatiku yang terdalam, yang paling tidak kurelakan. Aku mencintainya, meskipun ia sudah melupakanku, meskipun aku hanya berpura-pura tidak kenal dengannya, berpura-pura kalau hal-hal itu tidka pernah terjadi, tapi itu juga tidak bisa menutup perasaanku.

Aku mencintainya. Aku mencintai dirinya yang dulu, begitu baik dan seksi. Aku mencintai dirinya yang sekarang, begitu semangat dan lucu. Ia adalah salah satu bagian dari dalam hatiku. Hatiku berbekas karena dirinya. Ini adalah tanda yang tersisa karena kehilangan dirinya. Mungkin bekas luka didalam hati ini selamanya tidak akan pulih.

Keheninganku membuat raut wajah Jessi mendatar. Ia menanjak gas mobil dan seketika mobil bergerak jauh. Aku menarik nafas dalam dan berkata kepadanya, “Entah didalam hatiku tidak bisa merelakan mereka, aku bilang aku akan hanya bersamamu selamanya. Aku memegang janjiku.”

Meskipun aku masih mencintai Felicia dan Aiko, tapi aku sudah memutuskan untuk hidup selamanya dengan Jessi, jadi meskipun ketahuan aku tidak melepaskan mereka berdua, aku juga tidak akan merubah pikiranku.

Tetapi Jessi tertawa. Ia berkata, “Aku sudah tahu didalam hatimu selalu tertinggal dua mawar merah. Itu adalah tanda di hatimu. Kamu selamanya tidak akan melupakannya, tidak akan terhapuskan. Meskipun sebahagia apapun kita, tapi itu juga tidak bisa menghapus ingatan mereka dan cinta mereka didalam hatimu. Aku bukan tidak bisa menerimanya, karena aku tahu kalau aku menjadi dirimu, aku juga pasti susah melupakan mereka. Tapi aku tak sangka cintamu kepada Felicia begitu dalam, sehingga kamu lupa menyembunyikan perasaanmu dan terus menatapnya, seperti tidak ada orang lain.”

Aku menundukkan kepalaku. Aku teringat saat di Lanting Xu, aku memang terus menatap kearah Felicia, seketika hatiku merasa tidak enak. Mengapa aku bisa lupa? Jessi adalah pacar sah yang kuakui, tetapi aku memandang terus kearah Felicia di depannya. Pantas Govy juga menatapku sedih, mungkin ia tahu aku masih memiliki perasaan kepada Felicia.

Jessi berkata, “Saat itu, aku tiba-tiba curiga, kamu memilihku, apakah adil bagi kita berdua?”

Hatiku seketika terkejut dan langsung memandang Jessi. Ia tidak melihatku sambil menyetir mobil dan berkata, “Aku memilihmu, memang tidak pernah berharap kalau kamu hanya mencintaiku seorang. Aku hanya berharap bahwa aku bisa menjadi orang kesukaanmu. Sekarang aku merasa aku terlalu menilai tinggi kharismaku. Mau Aiko ataupun Felicia, kalau mereka ada keperluan, kamu bisa bebas merelakanku. Kurasa diriku sendiri yang paling tidak memiliki keberadaan.”

Aku menggelengkan kepalaku dan bilang kalau aku tidak pernah berpikir seperti itu.

Jessi menyuruhku untuk tidak berbicara dan mendengar ia selesai berbicara. Aku tak berdaya dan hanya bisa mendengarnya.

Jessi menarik nafas dan berkata, “Kamu merasa bersalah terhadap Aiko karena Ayahmu membunuh Ayahnya, karena ia sudah melahirkan anakmu. Kamu merasa bersalah terhadap Felicia karena ia pernah merelakan nyawanya demi dirimu, karena kamu tahu ia tidak ingin melupakanmu, tetapi kamu yang bantu memilih untuknya, agar ia melupakanmu. Kamu hanya tidak merasa bersalah kepadaku. Kalaupun ada, jika dibandingkan dengan mereka, aku punya sama sekali tidak berharga. Kalau Aiko rela melepaskan rasa dendam dan membiarkanmu untuk membentuk keluarga dengannya, kamu pasti akan memilih untuk meninggalkanku. Kalau ingatan Felicia kembali dan bilang ia tidak bisa meninggalkanmu dan menyuruhmu kembali untuknya, kamu juga pasti memilih untuk meninggalkanku.”

Aku terdiam, karena apa yang ia ucapkan itu benar. Aku juga tidak bisa tidka menolak kedua wanita itu, karena mereka sudah merelakan banyak demi diriku. Tapi apakah Jessi tidak merelakan banyak untukku? Demi aku, ia rela untuk tidak menjadi Nona Keluarga Song dan memilih aku dari anak ‘Pengkhianat Negara’. Ia pernah melindungiku dari peluru. Ia juga melindungi wanitaku dan anakku. Ia merelakan seluruhnya demi diriku dan membantuku untuk mencari bukti kematian Ayahku. Apa yang ia lakukan itu tidak dikit, jadi kalau suatu hari aku harus meninggalkannya, juga bukan karena cintaku lebih dalam kepada kedua wanita itu, melainkan aku tidak bisa mengecewakan mereka dan ia juga bisa menerima diriku yang seperti itu, jadi aku malu untuk menetap disampingnya.

Tapi Jessi menyalahpahamkan maksudku. Aku mengatakan, “Tidak. Kamu itu satu-satunya. Sejak awal, orang yang ingin kuajak hidup bersama itu hanya kamu, entah kamu yang dulu berdiri di tempat yang tinggi dan aku tidak bisa meraihmu, atau sekarang aku yang sedang berusaha mendekatimu. Aku tidak dapat menolak mereka berdua, tapi sebelumnya aku pernah mengatakan, kalau kamu bisa menerima diriku yang seperti itu, aku tidak akan meninggalkanmu.”

“Kalau aku tidak bisa menerimanya?” ucap Jessi pelan. Ia melihatku dan berkata, “Kalau aku tidak bisa menerimanya, apakah kamu bisa meninggalkanku sebebasmu? Begitu juga kamu bisa mendorong semua tanggung jawab kepadaku dan bilang karena aku tidak ingin menerimamu, jadi merelakan diriku adalah pilihanku, bukan pilihanmu?”

Aku benar-benar terdiam. Jessi memberhentikan mobil di sebuah gang. Ia berkata dengan pelan, “Aku tidak berharap kamu bisa melupakan mereka, tapi keputusanku hanya terbatas di saat kamu memilih, lalu kamu bisa memilihku. Tapi kalau kamu sendiri tidak memiliki pilihan yang pasti dan hanya tunggu mereka selesai memutuskan, kamu baru bilang ingin hidup denganku selamanya. Kamu yang seperti itu, apakah benar-benar mencintaiku? Apakah layak untuk kucintai?”

“Jessi.” Aku memanggilnya dengan tak berdaya. Ia menoleh kearahku sambil tersenyum dan berkata, “Semua orang bilang hatiku sekeras batu, bilang aku adalah anak Tuhan, bebas aku melakukan apapun. Tapi siapa yang tahu kalau aku jugalah seorang wanita? Aku bisa sedih, bisa marah, bisa sakit dan juga ada waktu yang tidak bisa terus bertahan.”

Aku ingin menarik tangan Jessi, tetapi ia menyembunyikannya. Ia berkata, “Sini cukup jauh dari Sinarmas. Kamu turunlah, aku tidak akan mengantarmu lebih jauh lagi, kalau tidak akan dicurigai oleh Tentara Kavaleri daerah sekitar.”

Aku bertanya, “Kalau begitu, bagaimana dengan kita berdua?”

Jessi memandang jauh dan juga tidak tahu kemana pikirannya terbang. Ia bilang, “Lebih baik kita berdua mengatur perasaan kita untuk sementara. Mungkin kamu juga harus berpikir apakah kamu benar-benar ingin hidup selamanya denganku. Semua janji itu hanya terjadi karena dorongan seketika. Jika kamu menyesal, aku juga tidak akan menyalahkanmu. Aku tidak memerlukan kasihan orang lain. Aku menyukaimu dan melatihmu, bukan berarti aku harus memilikimu. Aku tidak takut menghabiskan banyak waktu pada dirimu. Aku hanya takut aku mendapatkan hati yang terpaksa.”

Apa maksudnya? Aku kira setelah kita berdua melalui begitu banyak masalah, cinta kita akan kuat seperti tembok. Tapi siapa yang tahu bahwa masalah kecil bisa membuat hubungan kita seperti tahu begitu mudah terhancurkan. Aku melihat Jessi yang sudah memutuskan. Aku ingin membuka mulut untuk memintanya balik, tapi diriku juga merasa tidak berhak untuk mengatakan itu. Aku membuka pintu dan keluar, lalu menutup lagi. Aku melihat kepergiannya. Sejak awal sampai akhir, ia sama sekali tidak melihatku dan aku juga tidak lagi berbicara.

Melihat mobilnya makin tenggelam dalam jalan, aku bersandar dan menyalakan rokok, lalu aku duduk di lantai. Otakku terlintas lagi ucapannya tadi. Aku tidak tahan bertanya kepada diriku sendiri. Apakah aku tidak adil kepadanya? Tidak, tidak adil. Hanya karena ia tidak pernah meminta dan menunjukkan ketidakpedulian, jadi aku semakin ‘bebas’ dan merasa itu yang seharusnya, merasa diriku tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya. Ia juga terima begitu saja dan itu sudah cukup. Tapi aku selalu saja lupa, tidak ada orang yang tidak berharap dirinya adalah satu-satunya yang dicintai.

Aku juga tidak akan menerima wanita yang kusukai masih menyimpan pria lain didalam hatinya. Kalau hari ini aku bertukar posisi dengan Jessi, mungkin aku sudah kesal saat aku terus menatapi Felicia.

Setelah merokok, aku berdiri dan berjalan menuju Sinarmas. Jarak yang tidak cukup jauh, aku berjalan begitu lama. Aku teringat kembali ceritaku dengan Jessi, ceritaku dengan Aiko, serta ceritaku dengan Felicia. Aku membuat keputusan yang menyakitkan, yaitu melepaskannya.

Bukan karena aku tidak mencintai Jessi, juga bukan karena cintaku kepadanya lebih sedikit dibanding yang lain. Ia masih saja kesukaanku, tapi aku tidak bisa memberikan apa yang ia inginkan, ini tidak adil baginya.

Meskipun tidak bisa bersama dengan Aiko dan Felicia, tapi aku juga tidak cocok dengan Jessi yang bersih dalam hubungan asmara.

Tapi mengingat hubungan kita yang dalam begitu saja putus dan hilang, aku merasa hatiku seperti sedang berdarah, bahkan nafas saja tidak lancar. Aku mengingat kita berdua yang begitu dekat, mengingat kita yang bekerja sama, mengingat hubungan kita menjadi atasan dan bawahan. Emosinya berubah bukan lagi karena diriku. Cintaku dan kedendamanku tidak lagi berhubungan dengannya, aku tiba-tiba merasakan semua ini tidak lagi berarti.

Kalau melepaskan Felicia itu meninggalkan luka di hatiku, maka melepaskan Jessi itu berarti mencabut seluruh hatiku. Seketika aku baru menyadari betapa pentingnya Jessi bagiku dan baru menyadari bahwa ketidakrelaan kepada kedua wanita lain itu tidak sebanding dengan aku meninggalkannya.

Tapi apa yang terjadi meskipun aku mengatakannya itu? Aku masih saja tidak cocok dengannya.

Saat berpikir, tiba-tiba teleponku berdering. Ini panggilan berasal dari Govy. Aku menekan tombil terima. Nada Govy terdengar panik dan berkata, “Alwi, apakah Nona Jessi bersama denganmu?”

Hatiku seketika jatuh setelah mendengarnya. “Tidak. Ia baru saja pergi. Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?”

Govy berkata, “Gawat. Tadi ada orang yang menggunakan teleponnya untuk mengirimkan pesan singkat kepadaku, agar aku cepat membawa orang pergi dari Dongbei. Kalau tidak, ia akan membunuh Nona Jessi. Aku kira ada orang yang mencuri teleponnya, tapi sepertinya Nona Jessi dalam bahaya.”

Hatiku tiba-tiba menjadi sangat kesal. Siapa? Siapa yang berani menyentuhnya? Mengingat ini, aku langsung naik taksi dan menuju ke Lanting Xu. Jessi pasti mau kembali ke Lanting Xu, jadi kalau ia terjadi sesuatu, maka terjadi di jalan pulang ini.

Saat mobil berbelok ke jalan yang lain, aku melihat sebuah mobil yang tertabrak kearah tiang listrik, bahkan depan mobil sudah tertabrak hancur. Aku lompat dari mobil, entah supir taksi itu mengocehiku. Aku berlari ke mobil sana dan mendengar orang-orang di sekitar sana bilang menakutkan, bilang kalau mobil ini kehilangan kontrol. Wanita didalam mobil terluka parah dan ditolong oleh orang baik, entah bagaimana dengan keadaannya sekarang.

Mobil yang baik-baik saja mengapa bisa terjadi kecelakaan? Pasti ada orang yang mengejar Jessi, kalau tidak beraksi kepadanya, sehingga ia harus bersembunyi. Karena tidak ada waktu yang cukup untuk bersembunyi, ia tertabrak ke tiang listrik. Aku jadi teringat kata-kata Govy dan otakku tiba-tiba terlintas nama seseorang, yaitu Batalyon Kavaleri, yaitu Andreas.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu